
1347Please respect copyright.PENANApDIXmDPzDl
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1347Please respect copyright.PENANAVXRtuRzbiv
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1347Please respect copyright.PENANAqERFlFdhyX
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1347Please respect copyright.PENANABsTFCHvZER
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1347Please respect copyright.PENANAwfBt943SPg
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1347Please respect copyright.PENANAx4x8Bl5Oql
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1347Please respect copyright.PENANAqXp0JzNtji
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1347Please respect copyright.PENANAWf50Ig3t2e
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1347Please respect copyright.PENANA12I5NmyUYK
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1347Please respect copyright.PENANADhkLNrOr7n
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1347Please respect copyright.PENANAscmljGsfCK
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1347Please respect copyright.PENANA2hQLRj75p1
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1347Please respect copyright.PENANAhZDHhbg5hq
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1347Please respect copyright.PENANAH1iXUleOfw
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1347Please respect copyright.PENANA6nHXztLuPF
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1347Please respect copyright.PENANAXkEAW28Q9l
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1347Please respect copyright.PENANALWmgQvaGFB
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1347Please respect copyright.PENANAa0A4ibM3X6
"Bu Rina?"
1347Please respect copyright.PENANA9u0idxgVYc
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1347Please respect copyright.PENANAi93wBMWr6S
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1347Please respect copyright.PENANAI3VK1E5xBN
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1347Please respect copyright.PENANA6aP1fXhXDz
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1347Please respect copyright.PENANAM7H5ZVzWVJ
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1347Please respect copyright.PENANAUvYJ9VvW6H
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1347Please respect copyright.PENANAVRdIIv3a64
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1347Please respect copyright.PENANA84LZri2L8C
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1347Please respect copyright.PENANArw9KYCjPty
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1347Please respect copyright.PENANAAkjmEUGRxl
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1347Please respect copyright.PENANADxYKQF9zso
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1347Please respect copyright.PENANAj3MkyFyV0J
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1347Please respect copyright.PENANALomYBqL8cm
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1347Please respect copyright.PENANA3G6J5gHWNK
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1347Please respect copyright.PENANAh4Uxyorund
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1347Please respect copyright.PENANA0TCuVGugOR
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1347Please respect copyright.PENANAWcCUvcpdS2
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1347Please respect copyright.PENANAhxz5OOAcmH
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1347Please respect copyright.PENANAlLBv6xSC1y
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1347Please respect copyright.PENANAG1TCyHRbjl
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1347Please respect copyright.PENANA1vk5PwTdfb
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1347Please respect copyright.PENANAn81vDvqKaC
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1347Please respect copyright.PENANAfBLP5h3DhG
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1347Please respect copyright.PENANAWjATRmvO4a
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1347Please respect copyright.PENANAEOuRuv9VhB
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1347Please respect copyright.PENANA2aoVntGwJw
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1347Please respect copyright.PENANAKg6mv0bNfl
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1347Please respect copyright.PENANAYmv2y3bNVC
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1347Please respect copyright.PENANAkYQiKpIRzJ
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1347Please respect copyright.PENANAwEhBEETYv2
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1347Please respect copyright.PENANA5kSHhK3ltr
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1347Please respect copyright.PENANAahWyRFvtkB
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1347Please respect copyright.PENANAXGFVVZUAUV
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1347Please respect copyright.PENANAc4HD1YqXrf
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1347Please respect copyright.PENANAPgBIVFgDTh
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1347Please respect copyright.PENANA0PMq7LaTw1
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1347Please respect copyright.PENANAr1G9Lcl9yv
Begitu saja?
1347Please respect copyright.PENANA8tIrz0dmo1
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1347Please respect copyright.PENANA3XulDlAA9K
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1347Please respect copyright.PENANAbQbZT3lU9g
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1347Please respect copyright.PENANAGdNVu70w58
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1347Please respect copyright.PENANAx6MNFa9Uh9
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1347Please respect copyright.PENANAUxMfBzAHgz
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1347Please respect copyright.PENANATHaEhpYhBP
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1347Please respect copyright.PENANA87Uuhn22Op
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1347Please respect copyright.PENANAWSM5gBOaKe
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1347Please respect copyright.PENANAuqFBvCi8eG
Malam itu begitu sunyi.
1347Please respect copyright.PENANA1xs5DMvrWk
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1347Please respect copyright.PENANA3imCbJpWfV
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1347Please respect copyright.PENANA0hYtJUn5Yu
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1347Please respect copyright.PENANAFH5Kfh2WnE
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1347Please respect copyright.PENANAjNC5CWusrr
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1347Please respect copyright.PENANAIaTQJGjd2h
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1347Please respect copyright.PENANAbQoPwgjXpx
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1347Please respect copyright.PENANAIPXSOHE8ip
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1347Please respect copyright.PENANAZnWJgp6XSb
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1347Please respect copyright.PENANA3G4gmQiVJj
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1347Please respect copyright.PENANAyxcqwZ5fF0
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns18.218.181.138da2