
1623Please respect copyright.PENANAvBZ1vQSG0C
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1623Please respect copyright.PENANA9sFFTpWYZt
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1623Please respect copyright.PENANAoWduzexprb
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1623Please respect copyright.PENANAdHsYBEZRvS
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1623Please respect copyright.PENANAmzbDv4sIsY
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1623Please respect copyright.PENANAUX7cNagEIR
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1623Please respect copyright.PENANAX6Er7wDRlH
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1623Please respect copyright.PENANAsE1Uq57H7J
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1623Please respect copyright.PENANAi8sCl8iLYH
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1623Please respect copyright.PENANAlmq7oE7Xfo
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1623Please respect copyright.PENANATLCO033Zq4
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1623Please respect copyright.PENANARW46U1VQdw
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1623Please respect copyright.PENANAARFqh2tSNA
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1623Please respect copyright.PENANAwPJJ0qcqXq
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1623Please respect copyright.PENANA2mLTW4Esy8
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1623Please respect copyright.PENANANRjiDB7Hmj
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1623Please respect copyright.PENANAqB5lXaPsq9
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1623Please respect copyright.PENANA0iiFTucebO
"Bu Rina?"
1623Please respect copyright.PENANAMHTIf0jLzm
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1623Please respect copyright.PENANAhH61RjnvOi
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1623Please respect copyright.PENANAXEDOvIk9Qy
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1623Please respect copyright.PENANAwQZZNsmMRt
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1623Please respect copyright.PENANAP4UgVluGMm
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1623Please respect copyright.PENANAw62QwyVbEF
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1623Please respect copyright.PENANAK52bzza4qP
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1623Please respect copyright.PENANAy4bIpCOB99
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1623Please respect copyright.PENANARNIOJgY5Qu
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1623Please respect copyright.PENANAyH8ZEMLcqJ
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1623Please respect copyright.PENANApXS5Mo5aaN
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1623Please respect copyright.PENANAp27mXkqThn
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1623Please respect copyright.PENANA7pdomnVeap
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1623Please respect copyright.PENANArRGYWcvSnj
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1623Please respect copyright.PENANA6DACb0cxEf
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1623Please respect copyright.PENANAVJoiAhTLzR
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1623Please respect copyright.PENANAKvdG5De4Ek
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1623Please respect copyright.PENANAaDmT4jqJIc
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1623Please respect copyright.PENANAgsPNgZp5Vh
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1623Please respect copyright.PENANAGEpNFBbkqg
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1623Please respect copyright.PENANAbs2c0EiJRm
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1623Please respect copyright.PENANAhL6ST27pO0
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1623Please respect copyright.PENANAsLGJEBtOrL
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1623Please respect copyright.PENANAT88Hvp8Qi2
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1623Please respect copyright.PENANAeqI0kmPlEY
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1623Please respect copyright.PENANAUSiWbx7qgg
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1623Please respect copyright.PENANAbtRhidT0Eq
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1623Please respect copyright.PENANAem7ss5Lncw
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1623Please respect copyright.PENANAf7gUlDiIma
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1623Please respect copyright.PENANA47t06NzZ9O
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1623Please respect copyright.PENANAxdA0bUeC7R
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1623Please respect copyright.PENANAmhjwgqQCFn
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1623Please respect copyright.PENANAarrPyzJtg4
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1623Please respect copyright.PENANAoPY4xloGwD
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1623Please respect copyright.PENANAAClU0zwKGz
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1623Please respect copyright.PENANA5QpB3qY5Zl
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1623Please respect copyright.PENANA2n3Swyh5NW
Begitu saja?
1623Please respect copyright.PENANAdSwPYEKCcm
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1623Please respect copyright.PENANAo5o4D91clV
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1623Please respect copyright.PENANAixAVg7icvn
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1623Please respect copyright.PENANAoA4oG8ABE6
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1623Please respect copyright.PENANA35yRiSAQlC
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1623Please respect copyright.PENANAoDZbSFUypw
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1623Please respect copyright.PENANAhMFhNIFwt4
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1623Please respect copyright.PENANAPAYKeEX7hJ
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1623Please respect copyright.PENANA758yIZlx6k
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1623Please respect copyright.PENANAir5H6oWZNt
Malam itu begitu sunyi.
1623Please respect copyright.PENANAr8vN4SVT9e
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1623Please respect copyright.PENANAfTwO5vUGdR
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1623Please respect copyright.PENANAfyvRtszqCB
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1623Please respect copyright.PENANAqsUgYxFRCj
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1623Please respect copyright.PENANAFXgkDW3Qh1
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1623Please respect copyright.PENANAKsU70pbj6l
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1623Please respect copyright.PENANATMlfuXCIxY
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1623Please respect copyright.PENANAywZHmeAoMl
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1623Please respect copyright.PENANAZ4ytyYRNvQ
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1623Please respect copyright.PENANAKWAuuBLzid
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1623Please respect copyright.PENANAmhCS5R2Puy
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.176da2