Ocha membuka pintu kamar hotel yang dipesan Valen untuknya dengan sebuah kunci elektronik. Begitu berada di dalam aku sudah tak sabar untuk memeluknya dari belakang, mengelus perutnya yang buncit, meremas payudaranya yang besar.
“Oucchhh Jo…Udah nggak tahan ya?” Desis Ocha dengan nafas tertahan. Aku tau dia juga ingin melanjutkan apa yang telah kami lakukan sejak di restoran tadi.
“Buruan, waktu kita nggak banyak.” Kataku.
Kubalik tubuh Ocha hingga kami saling berhadapan. Bibir kami bertemu. Dimulai dengan kecupan-kecupan ringan dan dilanjutkan dengan pagutan-pagutan bibirnya dengan bibirku. Tanganku pun tidak mau ketinggalan. Kemudian tangan kananku mulai meremas-remas payudara kirinya yang masih tertutup kain dress. Sedangkan tangan kiriku memeluk punggungnya dengan gerakan mengusap-usap. Remasan pertamaku di payudara kirinya membuat Ocha tersentak keenakan.
Tangan kananku terus meremas-remas payudara kirinya. Tampaknya Ocha memakai bra yang cukup tipis, karena terasa di telapak tanganku kalau putingnya sudah mulai mengeras. Remasan tanganku pun berganti menjadi usapan-usapan di sekitar putingnya yang masih terlindungi bra. Puas bermain dengan payudaranya, kedua tanganku pun turun ke bongkahan pantatnya. Aku sedikit kaget, karena pada saat tanganku turun dari punggung ke arah pantatnya, aku tidak menemukan adanya tonjolan garis kain celana dalamnya.
"Aku udah nggak pake CD dari tadi." Ucap Ocha dengan nafas tidak teratur, menjawab kebingunganku.
Mendapat jawaban seperti itu, nafsu birahiku pun semakin tinggi. Aku angkat sedikit bongkahan pantatnya sambil kuremas. Kemudian aku tarik ujung bawah roknya sampai dengan pinggulnya, sehingga kulit pantatnya sekarang langsung bersentuhan dengan celanaku.
PLAK!
Aku tampar pantatnya dengan tangan kananku. Kemudian aku remas-remas kedua bongkahan pantatnya dengan kedua tanganku. Kuusap-usap pantat mulusnya. Perlahan-lahan jari tengah tangan kananku mulai bermain di sekitar dan di permukaan lubang anusnya. Mendapat sentuhan seperti itu, pantatnya mulai bergerak-gerak, bulu-bulu halus di pahanya pun mulai meremang.
"Geli, Jo..... Sshh hhahh!!" Desahnya.
Tidak sampai di situ, jari tengahku merambah ke area vaginanya. Kuusap-usap dengan sentuhan ringan ke paha bagian dalam. Kumainkan jari tengahku ke ruang antara lubang vagina dan lubang anusnya. Di area itu kurasakan sudah basah, bukan basah karena air, tapi basah oleh cairan lendir sedikit lengket yang keluar dari lubang vaginanya.
Kulanjutkan aktifitasku dengan menusukkan satu ruas jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang sudah basah dan licin. Efeknya cukup membuat Ocha kembali tersentak dan memekik tertahan serta menghentikan ciumannya ke bibirku. Perlahan-lahan aku mulai menggerakkan jari tengah ku keluar masuk lubang vaginanya tapi hanya sebatas satu ruas jari dengan tempo yang bervariasi.
Aku lumat bibirnya yang masih menganga. Kutempatkan tangan kiriku di lehernya, menahan agar wajahnya tidak menjauhiku sehingga aku bisa tetap melumat bibirnya. Ocha juga tidak tinggal diam, tangan kirinya mulai meremas-remas batang kejantananku yang sudah mengeras tapi masih terbungkus celana.
Kemudian jemarinya mulai berusaha untuk membuka kancing dan resleting celanaku. Usahanya pun berhasil, kancing dan resliting telah terbuka sehingga tangan kirinya dapat masuk ke dalam celana dalamku. Tangannya pun dengan bebas melanjutkan aktifitas meremas-remas batang penisku, tapi kali ini jarinya yang lembut langsung menyentuh batang penisku.
Jari tengah tangan kananku masih setia bermain di lubang vaginanya. Kali ini jariku juga mencari klitoris. Kudorong jariku ke arah klitoris dengan posisi satu ruas jari masih di dalam vagina. Dorongan jariku berakhir di klitoris bagian luar, lalu kumainkan klitorisnya yang sudah mengeras itu dengan ujung jariku.
Tangan kiriku membelai dan mengusap punggungnya, tapi dalam posisi menelusup ke dalam bajunya, berusaha untuk mencari dan melepaskan kait penyangga payudara. Mengerti akan maksud dan tujuanku, Ocha mengangkat kedua tangannya ke atas. Kuhentikan sementara aktifitas tangan kananku di vaginanya, dan ikut membantu tangan kiriku untuk melepaskan baju dan sekaligus bra yang masih dikenakan Ocha.
"Wow!" Pekikku sebagai apresiasi kekaguman atas ukuran payudara Ocha yang begitu besar, khas wanita hamil.
"Kenapa? Gede banget ya?" Goda Ocha sambil mengedipkan mata kirinya.
Terpampang jelas di hadapanku dua bongkahan bulat besar berwarna kecoklatan, dihiasi bulu-bulu halus dengan areola berwarna coklat gelap dan puting seukuran ujung jari kelingkingku. Begitu seksi dan menggiurkan, apalagi bentuk perut yang membuncit makin menambha daya tarik Ocha sebagai perempuan yang tengah mengandung.
Kusergap kembali bibir Ocha dan kucium dengan ganas diiringi permainan tangan kananku yang meremas-remas dan memilin-milin puting kirinya. Ciumanku bergeser menuju pipi kirinya, kemudian ke arah bawah telinga kirinya, berlanjut ke leher bagian kirinya. Tangan kiriku berada di punggungnya menahan tubuhnya agar tidak terdorong jatuh ke belakang, sementara tangan kananku masih dengan asyiknya memilin dan meremas payudara kiri Ocha.
Kami beranjak menuju sofa dekat ranjang. Ocha langsung duduk di atas pahaku. Perutnya yang besar sedikit menyulitkan posisi kami, tapi itu tak jadi masalah, aku bisa mengatasi hal kecil semacam ini. Posisi duduknya berada di pangkal pahaku. Vaginanya tepat berada di penisku yang masih terbalut celana boxer tipis dengan kepala penis sudah sedikit keluar dari bungkusnya. Pinggul Ocha mulai bergoyang untuk menggesek-gesekkan vaginanya pada batang penisku. Cairan vaginanya membasahi penisku. Ocha mengerang saat puting kanannya kukulum dengan ganas. Jari tengah tangan kananku pun beraksi lagi menusuk-nusuk lubang kenikmatannya, membuat gesekannya semakin cepat dan liar.
"Terus Jo, teruussh...!" Racaunya.
"Aach! Aaach....Aach!" Desahan Ocha diiringi gerakan pinggulnya semakin cepat. Kupercepat tusukan jari tengahku. Lalu....
"Aaacchh...!!!" Jerit Ocha tertahan.
Badannya pun mengejang, tangan kanannya menjamah rambutku membenamkan kepalaku dalam payudaranya, tangan kirinya menarik tangan kananku dari area vaginanya.
"Gila, kamu squirt lagi?!" Pekikku takjub.
Ocha hanya tersenyum, menikmati orgasmenya. Tubuhnya masih kaku mengejang dengan tangan kanannya masih tetap menjambak rambutku. Tubuhnya perlahan mulai melemas. Disentuhnya kedua pipiku dengan kedua tangannya. Diciumnya bibirku.
"Dasar nakal, harusnya aku yang puasin Kamu tapi kenapa malah Kamu yang muasin aku lagi?" Ujar Ocha dengan tatapan syahdu, larut dalam birahi.
"Buka celanamu semua Jo, giliranku buat muasin kamu.” Ucapnya lagi.
Tangan kanannya kemudian mengusap-usap perutku. Aku pun melepaskan kaos yang kupakai dan melemparkannya ke tempat tidur. Ocha mencium bibirku kembali. Melumat bibir atas dan bawahku berulang kali. Perlahan ciumannya berubah menjadi kecupan. Kecupannya bergeser ke pipiku, beralih ke leherku. Seiring aktifitasnya itu, posisi duduknya juga mulai bergeser dengan menempatkan bokongnya di ujung kedua pahaku dekat lutut.
Kuarahkan kepalanya dengan tangan kananku ke arah dadaku sebelah kanan. Putingku sebelah kanan merupakan titik yang paling sensitif di bandingkan puting kiriku. Ocha pun memperlakukan puting kananku seperti halnya terhadap puting kiriku, memainkan ujung lidahnya di putingku dan mengulumnya lembut.
Mendapat perlakuan seperti itu, nafsu birahiku semakin bergejolak. Kumainkan payudaranya dengan tangan kiriku. Keremas-remas dan kupilin-pilin puting kanannya. Sementara itu, tangan kananku tetap berada di tengkuknya.
Rangsangan demi rangsangan yang diberikan Ocha kepadaku terus dilakukan. Kecupannya juga menjalar ke arah perutku. Lalu Ocha menurunkan kaki kirinya dari ranjang dan meletakannya di antara kedua kakiku. Dibukanya kaki kanan dan kiriku, kemudian diturunkan kaki kanannya, sehingga sekarang kedua kakinya berada di lantai di antara kedua kaki dengan menjadikan kedua lututnya sebagai tumpuan badan.
Dilorotkannya celanaku sekaligus sampai sebatas paha dengan kedua tangannya. Batang kemaluanku yang telah mengeras pun langsung mencuat menunjuk tegak ke atas begitu terbebas dari himpitan celana dalamku.
"Hmmm, kontol orang Papua emang gede banget kayak gini ya?” Ucap Ocha lirih.
"Nggak semua sih, tergantung orangnya aja.” Balasku santai.
Dipegangnya batang kemaluanku dengan kedua tangannya yang halus. Dikocoknya perlahan-lahan batang penisku. Matanya terlihat sayu melihat penisku. Ocha mendekatkan wajahnya ke penisku. Melirik ke arahku sebelum akhirnya ujung lidahnya mulai menjilati lubang kencingku.
Dimainkan ujung lidahnya di kepala penisku. Dimasukkannya kepala kemaluanku ke dalam mulutnya. Dihisapnya dengan kuat. Lalu Ocha memainkan kepala penisku dengan lidahnya sambil tetap kepala penisku berada dalam mulutnya.
Dia melanjutkan dengan menjilati seluruh batang penisku. Menjilati pangkal penisku. Lalu didorongkannya penisku hingga menyentuh perutku. Dijilatinya permukaan bawah penisku, kemudian turun ke bawah dan dijilatinya buah zakar. Dihisap dan dikulumnya buah zakarku satu per satu. Dimainkannya pangkal buah zakarku dengan ujung lidahnya.
Ocha mencoba mengangkat kedua kakiku dengan memegang bagian belakang lututku dengan kedua tangannya. Aku pun ikut membantunya dengan mengangkat kedua kakiku dan menekuknya seperti posisi setengah jongkok. Kemudian dimainkannya lubang anusku dengan ujung lidahnya. Disapunya seluruh permukaan lubang anusku.
Kutempatkan tangan kananku di kepalanya. Sambil kuusap rambutnya yang lurus sebatas bahu. Mulutnya mulai menelan penisku. Tidak sampai seluruhnya, mulutnya terlihat kesulitan saat mencapai pertengahan batang kemaluanku yang menggemuk. Terus dia berulang kali memasukkan dan mengeluarkan penisku dalam mulutnya. Aku ingin sedikit memberikan pelajaran kepadanya. Kutahan kepalanya pada saat dia akan mengeluarkan penisku dari mulutnya. Kutekan kepalanya sampai batas maksimal tenggorokkannya.
"AARGGHHTTT!! ARGGHHTTT!!!"
Kulonggarkan tekanan tanganku di kepalanya, dia pun kembali mengocok penisku dengan mulutnya. Semakin cepat dia mengocok penisku. Hingga aku merasakan penisku mulai berkedut, menandakan sebentar lagi aku akan mencapai klimaks. Segera kuangkat kepala Ocha untuk melepaskan mulutnya dari penisku. Lalu kutarik tubuhnya untuk kembali berada di pangkuanku. Tangan kanannya mencoba mengarahkan penisku ke vaginanya. Kutahan badannya agar tidak mendekati batang kemaluanku.
"Sabar dong sayang...." Godaku genit. Selanjutnya aku mendudukkannya ke samping kiriku. Aku pun bangkit dari duduk. Mengerti apa yang akan aku lakukan, Ocha membuka lebar-lebar selangkangannya.
Sekarang terlihat jelas pemandangan indah dari tubuhnya. Payudaranya yang besar dan perutnya yang membuncit indah. Vaginanya yang berwarna coklat sedikit gelap itu nyaris gundul seluruhnya, hanya ada bulu kemaluan yang sedikit lebat di bagian atas vagina. Aku memposisikan diri di depan vaginanya dengan berdiri dengan kedua lututku, kemudian duduk di atas kedua tumitku.
Mulai kuciumi paha bagian dalam paha kirinya menuju pangkal pahanya. Kucium dan kukecup perlahan-lahan hingga rambut-rambut halus pahanya berdiri merinding. Sudah tercium bau khas milik kemaluan seorang wanita. Kujilati pangkal paha sebelah kiri. Kumainkan dengan ujung lidahku. Terlihat vaginanya yang kembali basah oleh cairan kenikmatan. Desahannya pun kembali terdengar jelas.
"Occhh Jo!! Aku udah ngga tahan!!" Ucapnya sambil mengarahkan kepalaku dengan tangan kanannya menuju vaginanya.
Aku tidak langsung menuruti permintaannya. Kali ini kumainkan pangkal pahanya sebelah kanan dengan ujung lidahku. Aku sengaja membuatnya sedikit penasaran sehingga nafsunya akan semakin meledak. Kembali kukecup dan kucium paha kanannya bagian dalam, kujilati garis-garis halus selulitnya dan balik perlahan mengecup pangkal pahanya sebelah kanan.
Kulingkarkan kedua tanganku melewati kedua pahanya, sehingga kedua pahanya berada di atas lenganku dan kedua tanganku bisa dengan leluasa memainkan payudaranya. Kutarik pantatnya supaya lebih mendekati wajahku. Kumainkan klitorisnya dengan ujung lidahku.
Kutekan-tekan dan kusapu dengan ujung lidah. Terlihat mulut vagina yang telah terbuka berwarna merah sedikit kecoklatan. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang kenikmatannya yang sudah basah kuyup itu disertai remasan dan pilinan kedua tanganku di kedua payudaranya.
Dia pun meremang sedikit mengangkat pantatnya. Tangan kanannya menjambak rambutku, menahan agar kepalaku tetap berada di vaginanya, tidak mengizinkanku untuk mengehentikan aktifitas di vaginanya.
Terus dan terus kusapu bagian dalam lubang vaginanya dengan sesekali kuhisap bibir vaginanya dan sedikit kutarik keluar dengan menggunakan mulutku. Kumainkan juga ujung hidungku menekan-tekan klitorisnnya mengikuti irama permainan lidahku, hingga membuat vagina Ocha semakin basah. Kuhisap cairan kenimatan yang keluar dari vaginanya.
"Ooochhh Jo! Please masukin aja sekarang kontolnya! Aku nggak tahan!" Ocha sampai harus merengek memohon agar Aku segera menyetubuhinya sekarang juga.
Aku kembali berdiri dengan kedua lututku, dan mendekatkan penisku ke vaginanya. Aku pegang penisku dengan tangan kananku, lalu aku usap-usap bibir vagina dan klitorisnya dengan kepala penisku. Perlahan kudorong penisku untuk masuk ke dalam liang kenikmatannya. Kepala penisku pun berhasil masuk seluruhnya.
Semakin lama semakin dalam kudorong batang kemaluanku ke lubang vagina. Aku masih sedikit kesulitan memasukkan seluruh batang penisku, karena bentuk penisku yang menggemuk di tengah batangnya. Tangan kanannya berada di bawah perutku, menahan goyanganku supaya penisku tidak masuk lebih dalam lagi.
Kulakukan terus goyanganku yang mendorong dan menarik penisku ke vagina yang semakin lama dindingnya terasa semakin licin. Dengan satu dorongan kuat, kumasukkan seluruh penisku ke dalam liang vagina. Duk, kepala penisku terasa menubruk sesuatu, diiringi jeritan dari mulut Ocha.
"Aacchh..! Mentok banget Jo!!!"
Kudiamkan dulu posisi ini, agar vagina Ocha terbiasa dengan penisku. Penisku tidak seluruhnya ditelan vaginanya, masih sekitar tiga sentimeter lagi dari pangkal penis yang berada di luar vaginanya. Setelah beberapa saat, kugoyangkan perlahan maju mundur penisku. Vagina Ocha menjepit rapat penisku. Kupercepat tempo goyanganku dengan kecepatan sedang, dan desahannya pun menjadi semakin kencang.
"Ach ach ach..! Jo!! Apa itu di kontolmu?? Aaacchh!! Sumpah enak banget!!"
Racau Ocha saat merasakan pangkal kepala penisku dan tonjolan urat-urat di batang penisku menggaruk-garuk dinding dan bibir vaginanya. Matanya menatapku sayu, menikmati tusukkan demi tusukkan penisku di lubang kenikmatannya.
Kulingkarkan tangan kananku melalui bawah lututnya kemudian kuremas-remas payudara Ocha yang berukuran besar. Lalu kutundukkan badanku dan kudekatkan wajahku untuk mencium bibirnya dengan tumpuan tangan di atas ranjang. Terus kucium bibir Ocha, kumainkan payudara kirinya, kutusuk vaginanya bertubi-tubi.
"Jo...aku pengen di atas.." Pinta Ocha selang beberapa saat kemudian.
Kami pun berganti posisi. Aku berpindah menuju bagian ujung ranjang, menyandarkan punggungku di bagian ujungnya. Ocha kini di pangkuanku dengan melipat kakinya di kanan kiri pahaku. Di arahkannya penisku ke bibir lubang kenikmatannya dengan tangan kirinya.
Kubantu dia dengan memegang pangkal penisku. Dengan hati-hati Ocha memasukkan penisku ke vaginanya. Perlahan namun pasti penisku mulai amblas ditelan vaginanya. Digerak-gerakkan pantatnya mencari posisi yang paling nyaman untuk segera melakukan penetrasi.
"Duuh.. mentok banget Jo! Sumpah ini lebih gede dari punya suamiku!" Ujar Ocha lirih.
Ocha pun menahan agar penisku tidak masuk seluruhnya dengan menopang pantat di kedua tumitnya. Dirangkulnya leherku dengan kedua tangannya.
"Sshh.... Hhaahh!!"
Suara desahan Ocha kembali terdengar, seiring goyangannya yang tidak lagi naik turun melainkan menjadi kombinasi maju mundur disertai memutarkan pinggulnya, membuat penisku terasa seperti mengaduk-aduk liang kenikmatannya yang semakin lama kembali licin oleh cairan vagina. Kulepaskan ciumanku, dan beralih ke arah payudara. Kuhisap dan kukulum puting Ocha, persis seperti saat Aku masih kecil dulu.
"Ach...Acchh...Aaachh!! Jo..Ini enak banget!!! Mentok!! Aaachh!!!"
Desahan Ocha terdengar makin lantang seiring gerakan tubuhnya yang makin terlihat begitu erotis. Goyangan Ocha semakin liar, kecepatannya pun semakin bertambah, dan semakin lama interval goyangannya semakin pendek. Vaginanya terasa semakin basah dan berkedut-berkedut. Jepitan vaginanya pun semakin kencang. Lalu kemudian...
"Aaacchhh..!!!"
Ocha memekik keras seiring badannya yang mengejang, dijambaknya rambutku sambil didekapnya kepalaku ke payudaranya dengan posisi setengah duduk sehingga penisku terlepas dari lubang vaginanya, disertai semprotan cairan vaginanya yang menyemprot penisku. Aku bisa merasakan bagaimana dinding vagina Ocha seperti meremas-remas batang kemaluanku dari dalam.
"Aaarghhtt!! Muncrat Jo!! Muncraattt!!!"
Racaunya dengan tetap mendekap tubuhku, menempelkan wajahku pada payudaranya yang berukuran jumbo. Aku menikmati momen seperti ini, suatu kesuksesan dalam bercinta bila bisa membuat pasangan mencapai klimaksnya.
"Udah belum? Ngga bisa nafas nih hehehe..." Candaku beberapa saat kemudian.
Nafas Ocha masih tersenggal-senggal, cairan squirt sukses membasahi sprei ranjangku. Ocha turun dari pangkuanku dan langsung bersiap membelakangi tubuhku, pantatnya yang semok menggoda untuk ditampar beberapa kali.
PLAK
PLAK
PLAK
"Acchhh!! Jo!! Nakal ih!" Rajuk Ocha sambil melirik genit. Terlihat bongkahan pantatnya yang bohai dengan lubang anus dan vagina basah kuyup oleh cairan vagina. Aku memposisikan diri di belakangnya. Kuarahkan batang penisku ke vaginanya.
"Pelan-pelan Jo....Gede banget punyamu....Aaaacchhh!!!"
Tanpa mempedulikan rintihan Ocha, Aku langsung menghujamkan seluruh batang penisku ke dalam liang senggamanya. Melesak kuat hingga menyentuh bagian paling ujung, jemari Ocha bahkan sampai harus meremas permukaan sprei yang basah akibat menahan penetrasi batang kemalauankku.
"Oocchh!! Gila! Gila!! Gede banget sayang!! Aaachh!!!"
Aku mulai menggoyangkan pinggul maju mundur dibantu kedua tanganku yang berada di pinggul sekal Ocha. Sesekali kutampar dan kuremas bongkahan pantatnya. Kupercepat tusukkan penisku ke vaginanya. Payudaranya yang besar pun turut bergoyang hebat sesuai iOm Hendra gerakanku. Aku semakin bernafsu untuk terus menggenjot vagina Ocha dengan penisku. Penisku sudah berkedut-kedut, sebentar lagi aku akan mencapai klimaks. Kupercepat ayunan pinggulku.
"Occhhhh! Mah!! Jo mau keluar!!!"
Aku menghentakkan tubuh makin cepat, badan Ocha bahkan sampai terdorong ke depan akibat menahan tumbukan penisku yang melesak cepat seiring kedatangan ejakulasiku. Benar saja selang beberapa saat kemudian penisku berkedut hebat sebelum semprotan sperma menyemprot deras membasahi liang senggama Ocha.
"Aaarghh!! Jo!! Kok di dalem sih??" Protes Ocha sambil bergerak maju hingga membuat penisku terlepas dari vaginanya.
"Duh! Banyak banget lagi pejunya..." Keluh Ocha ketika melihat ceceran spermaku sampai meluber keluar hingga membasahi bagian luar paha Ocha.
"Hehhehee, maaf Mah, kelepasan.." Ucapku santai.
"Dasar nakal!"
1214Please respect copyright.PENANAzGg4Km51Qv
BERSAMBUNG
ns216.73.216.95da2