Farel Bintang POV992Please respect copyright.PENANAAYWzfgE3gN
992Please respect copyright.PENANAgkt2442V9q
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
992Please respect copyright.PENANAotYa2qv6tP
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
992Please respect copyright.PENANAvymw3sZcCo
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
992Please respect copyright.PENANAJoOHo1lqgs
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
992Please respect copyright.PENANAT5AAbHpJPa
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
992Please respect copyright.PENANAnNG7mrh4Qi
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
992Please respect copyright.PENANAHL7KVvx3CV
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
992Please respect copyright.PENANATWcyzB26u2
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
992Please respect copyright.PENANAGzSCMc8LL5
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
992Please respect copyright.PENANAei1Y8iNsOn
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
992Please respect copyright.PENANAGa8vI9VqOJ
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
992Please respect copyright.PENANA381bNSleia
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
992Please respect copyright.PENANApwSNtw7eaJ
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
992Please respect copyright.PENANACI28hq9zX8
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
992Please respect copyright.PENANA56v3vHVmBW
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
992Please respect copyright.PENANAWMubE7KODa
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
992Please respect copyright.PENANAfGUC6efC6D
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
992Please respect copyright.PENANAZ1WvzDE65B
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
992Please respect copyright.PENANAxK1IbxxFzd
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
992Please respect copyright.PENANAykA9h5GHA5
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
992Please respect copyright.PENANAa5H3DK1Khp
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
992Please respect copyright.PENANAix4E5UJRIt
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
992Please respect copyright.PENANAmyZM1DpekG
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
992Please respect copyright.PENANAtq8Ul0j9Zg
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
992Please respect copyright.PENANATnGN04ea8U
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
992Please respect copyright.PENANAmmSVxyaZHa
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
992Please respect copyright.PENANAkrM7BLbR5g
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
992Please respect copyright.PENANAzBqK3I89aV
992Please respect copyright.PENANATQcXvKrhWr
992Please respect copyright.PENANAjOjvHgmnnz
992Please respect copyright.PENANAaqo6bUDgmm
992Please respect copyright.PENANAic4YR1z1pt
992Please respect copyright.PENANAbGGtqNTmOT
992Please respect copyright.PENANAAfVN9Fla5C
992Please respect copyright.PENANAMSkBG931jh
992Please respect copyright.PENANAX3QSBHqXMe
992Please respect copyright.PENANA1xxuTGbCH7
992Please respect copyright.PENANAw0hbMrt6VW
992Please respect copyright.PENANAXls7ZtElDi
992Please respect copyright.PENANAO8pubAuUHd
992Please respect copyright.PENANAKmrIwE8yqd
992Please respect copyright.PENANAzRgxbM3Qd0
992Please respect copyright.PENANAX6ROJGy1CV
992Please respect copyright.PENANAonmZiFVRCv
992Please respect copyright.PENANACVwhIpdBNm
992Please respect copyright.PENANAGcbqm13ptO
992Please respect copyright.PENANArWM6c8YaoK
992Please respect copyright.PENANAGKyD6CKHUY
992Please respect copyright.PENANAG4KNSl3v6H
992Please respect copyright.PENANAcZlPoKQjIM
992Please respect copyright.PENANAemZTsjbKiK
992Please respect copyright.PENANAaI62jBxl26
992Please respect copyright.PENANAsLmHX8L0m8
992Please respect copyright.PENANA6c09vkWoPZ
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
992Please respect copyright.PENANAcduBA3Zo4S
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
992Please respect copyright.PENANAgQOnF62LTs
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
992Please respect copyright.PENANAz2JHVlNyid
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
992Please respect copyright.PENANA2OipuvtJwP
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
992Please respect copyright.PENANASaMkzU61DN
"Kau, kan?" tanyaku.
992Please respect copyright.PENANArC25B644rn
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
992Please respect copyright.PENANAcWD3GfQMTL
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
992Please respect copyright.PENANAcAHw6Y3yKm
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
992Please respect copyright.PENANA0qR5fFKdro
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
992Please respect copyright.PENANAm0Bc57qsCp
Ia benar-benar membenciku.
992Please respect copyright.PENANAU6aOxGdm6k
***
992Please respect copyright.PENANAULYVZWCzcp
ns216.73.216.82da2