Farel Bintang POV849Please respect copyright.PENANA3yTlEUaXNK
849Please respect copyright.PENANAbdwFxtlLb4
Pernahkah kalian punya masa lalu yang ingin kalian lupakan? Atau kalian sering terlena dengan masa lalu tatkala teringat ketika kalian menatap hujan. Jika kalian bertanya padaku, aku akan menjawab bahwa aku akan melupakan masa laluku. Masa laluku tidak seperti orang pada umumnya. Banyak lika-liku dan tampak abu-abu. Terlalu banyak kesalahan yang telah kuperbuat.
849Please respect copyright.PENANAQCl4OHv0y6
Aku dulu pernah punya kekuasaan. Semua orang tunduk dan menghormatiku. Tetapi kenapa hal seperti itu yang ingin kulupakan? Bukannya enak apabila kita bisa mendapatkan semuanya. Selalu ada Rahasia di balik cerita. Tidak kubiarkan seseorangpun yang dapat mengentahuinya. Biarlah ia terpendam oleh kenangan baruku yang lebih baik.
849Please respect copyright.PENANAkqMnaZxHPd
Kembali ingatan itu terputar olehku. Seseorang mengejarku dengan ganasnya. Bisa kuhitung berapa orang yang berusaha mengejarku. Teman-temanku juga mengikutiku di belakang, mengikuti di mana tempat terbaik untuk lari dari mereka.
849Please respect copyright.PENANAd2miBPtesx
"Woi, jangan lari kau!" teriak mereka di belakang.
849Please respect copyright.PENANA7cSh1SGwbG
"Cepat, jangan sampai kita dapat." Kata temanku sambil melihat ke belakang. Tampak jelas olehku wajah pemberani tak kenal takut itu dipenuhi oleh peluh berlari.
849Please respect copyright.PENANAN7IWEwDomg
"Ayo!" kataku memberikan semangat pada kedua teman yang mengikuti di belakangku.
849Please respect copyright.PENANAYsKEw1Sm0M
Akhirnya tempat yang kami tuju telah terlihat. Gedung tak jadi itu akan jadi tempat akhir dari pelarian kami ini.
849Please respect copyright.PENANAy4kZx790fn
Kedua temanku berteriak, "Woi, kami sampai." Aku tersenyum saat teman-temanku yang lain membalas senyumku di sana. Belasan murid itu siap tuk memberikan perlindung kepada kami yang sedang dikejar.
849Please respect copyright.PENANAaKGJCPfUC2
Aku menunduk penat. Bajuku basah oleh peluh yang keluar. Nafasku sungguh tidak beraturan lagi, seakan ingin pingsan dan terbaring di tanah berumput ini.
849Please respect copyright.PENANABmjPT0Moru
"Ga apa-apa, kau udah sampai di sini. Sekarang biar kami yang mengatasinya." Salah satu temanku menepuk pundakku.
849Please respect copyright.PENANAybeenBG6XH
Aku mengangguk mengerti lalu berputar balik menatap kelima orang yang mengejar kami tadi. Tampak wajah takut mereka menatap kami yang berjumlah belasan orang.
849Please respect copyright.PENANARTIAB63Ss3
"Awas kau, ya, kita belum selesai!" teriak salah satu dari mereka.
849Please respect copyright.PENANAse0beFWaJW
Aku tidak memerdulikannya. Mereka tidak tahu siapa aku. Perlahan tapi pasti, mereka meninggalkan kami.
849Please respect copyright.PENANAB5BZWQxXX3
Sebuah handphone yang kupegang menjadi alasan kami dikejar oleh mereka. Di ujung mataku, tegak seorang anak berkacamata menyandang tas ranselnya. Baju SMP yang ia pakai tampak rapi seperti anak-anak baik pada umumnya. Badannya cukup tinggi, namun nyalinya tidak menyamai dengan postur tubuhnya.
849Please respect copyright.PENANAbES5dBpitk
"Hei, ini punya kau. Kami hampir mati hanya karena mengambil ini dari tangan mereka. Sebaiknya jaga biar nggak dicuri mereka lagi." Aku menyerahkan handphone yang ada di tanganku.
849Please respect copyright.PENANAHDryKkuYWj
"Baiklah,terima kasih," ucapnya. Nadanya sedikit bergetar. Wajahnya seperti takut kepadaku.
849Please respect copyright.PENANAUwTi96lqPH
"Hahahaha, iya sama-sama. Kau juga teman sekolah kita. Wajib dibantu. Yaudah, pulang sana. Kalian juga," kataku pada belasan temanku yang lainnya.
849Please respect copyright.PENANA1KM0MM2AQR
"Baik Boss!" jawab mereka. Aku hanya tertawa mendengar panggilan mereka padaku. Sebenarnya aku tidak terlalu suka dipanggil seperti itu. Bagiku kami semua sama, tak ada yang menjadi pemimpin di sini.
849Please respect copyright.PENANAsiKmZuM168
Mereka semua meninggalkanku. Aku tetap di situ memandang langit mendung yang bergerak perlahan. Angin terasa begitu kuat menerpa wajahku. Titik demi titik gerimis mulai membasahi tanah. Aku menunggu momen ini.
849Please respect copyright.PENANAc5L2pqtK3W
"Anu, Siapa nama kau?" tanya anak yang tadi kutolong. Aku menoleh padanya. Wajahnya cukup tampan, namun pembawaannya terlihat sedikit culun.
849Please respect copyright.PENANA3sLSe3NhWu
"Apakah itu penting bagi kau?" kataku sambil menadah tangan berusaha menampung hujan gerimis yang turun.
849Please respect copyright.PENANApeI9R7FKoi
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku sangat berterima kasih. Sedang apa kau?" tanya anak itu lagi.
849Please respect copyright.PENANAsjGGj2Da7z
Aku menarik nafas lalu menghembuskannya kembali. Aku senang ketika di tanya apa yang sedang aku lakukan.
849Please respect copyright.PENANAifpSbXiZrX
"Menunggu rinai hujan," jawabku. Mataku semakin berbinar menatap awan yang semakin gelap ingin menumpahkan tangisannya.
849Please respect copyright.PENANAgEHcRjCGTA
"Namaku Azka. Aku hanya ingin berteman dengan kau. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi. Aku menatap pundaknya yang lebar.
849Please respect copyright.PENANARSGGsVRR2h
"Hai anak baru, namaku Farel. Kalau ada yang masih berani mengganggu kau, bilang saja padaku karena kau sekarang temanku," kataku sambil tersenyum.
849Please respect copyright.PENANAgR4DjEksxb
"Oh iya, badan kau cukup tinggi. Aku sarankan kau untuk aktif di basket SMP kita," kataku lagi. Ia tampak membalas senyumku. Ia berlari menghindari hujan, sementara aku di situ menatap ke atas memeluk hujan. Baru kali itu seseorang memintaku menjadi temannya.
849Please respect copyright.PENANAko6OTm1Rbi
849Please respect copyright.PENANAvt0UoUqe2o
849Please respect copyright.PENANAQnndQLx7Pm
849Please respect copyright.PENANA8E8ye8PzB4
849Please respect copyright.PENANADRJJ8c9ihs
849Please respect copyright.PENANAV6ghoqxNrf
849Please respect copyright.PENANAEPVBbPI9tR
849Please respect copyright.PENANAmTsgnESocS
849Please respect copyright.PENANA7ZQGXiuzD9
849Please respect copyright.PENANAWLGXBP8P9k
849Please respect copyright.PENANA2ZgWqOkx3k
849Please respect copyright.PENANALmm2mNIvLa
849Please respect copyright.PENANAFaVm7pDxEo
849Please respect copyright.PENANAizEw7c2VtF
849Please respect copyright.PENANADjogLwZG9h
849Please respect copyright.PENANAzBvLdhE4OK
849Please respect copyright.PENANA1W3E7BgGjn
849Please respect copyright.PENANA7t2HKLRaCM
849Please respect copyright.PENANAR1bhZ9zJpL
849Please respect copyright.PENANABb6pbDs0We
849Please respect copyright.PENANAeIHxNHV7cB
849Please respect copyright.PENANAz1HDchkcge
849Please respect copyright.PENANAJXJvG7zntD
849Please respect copyright.PENANAmOTVMU6YaG
849Please respect copyright.PENANAgSKfOI70kw
849Please respect copyright.PENANAzcGEvp0ZJy
849Please respect copyright.PENANA9SOU9YD0Tb
Aku kembali lagi ke masa sekarang yang lebih datar bagiku. Terdengar olehku riuh suara murid laki-laki tanpa henti. Sayup-sayup mataku menatap ke depan. Wali kelasku sudah datang, namun berani-beraninya mereka ribut seperti ini, kecuali laki-laki yang hanya berjarak satu bangku kosong di sebelah kananku. Ia hanya memasang tampang cool.
849Please respect copyright.PENANANSkimneaeG
Aku segera membenarkan pandanganku. Di samping Wali Kelasku berdiri seorang wanita. Aku menatap mata bulatnya yang menggemaskan. Bulu matanya lentik lengkap dengan alis tebalnya. Kedua sudut bibirnya melebar membentuk senyum. Pancara manis dari wanita di depan itu tidak bisa kuelakkan. Ia menatapku dan tersenyum dengan ringannya. Aku mengenal wanita itu. Itu wanita bergitar tadi pagi.
849Please respect copyright.PENANAJmIBwYqCXF
"Hai semua, namaku Alvia," katanya memperkenalkan diri. Tatapannya masih tertuju kepadaku.
849Please respect copyright.PENANAF7ko2tQoLX
"Alvia, nanti kamu bisa berkenalan dengan mereka semua. Sekarang silahkan duduk," kata Wali Kelas.
849Please respect copyright.PENANAsYuYKSGZdF
Langkahnya yang lambat menuju ke meja. Ia tersenyum padaku sekali lagi, namun itu membuatku salah tingkah.
849Please respect copyright.PENANAgOgP4Fdus1
"Kau, kan?" tanyaku.
849Please respect copyright.PENANAmEA0o3pHRC
"Iya, benar." Ia seketika menjulurkan tangannya padaku. "Namaku Alvia. Namamu siapa?"
849Please respect copyright.PENANAhHvHSzyjJh
Tak ada ekspresi berarti dariku. Aku tak menggapai tangannya. kubiarkan sampai ia menarik tangannya sendiri.
849Please respect copyright.PENANAOe1WeZKGao
"Oh, kamu belum mau memberitahukan namamu, ya? Semoga kita berteman." Ia mengulum senyum.
849Please respect copyright.PENANAt0WkczalVR
Dibalik senyumnya, kulihat tatapan datar dari orang di sampingnya. Itu lelaki yang sama ketika tatapan itu terlihat saat ia sedang bermain basket tadi pagi. Tatapan yang mengandung kebencian. Seakan ingin menghantamku dengan keras.
849Please respect copyright.PENANA6Pqj9TYrkn
Ia benar-benar membenciku.
849Please respect copyright.PENANAjlSW9mUtMD
***
849Please respect copyright.PENANATYaU3KGlBi
ns3.133.83.123da2