Waktu menunjukkan pukul 7.00 pagi, aku sudah berdiri tepat di depan gerban SMA Airlangga tempat kedua remaja itu bersekolah. yah hari ini aku ingin menemui siswi yang bernama Andini seklaigus mengembalikan buku yang tertinggal di cafe waktu itu.
Bukan hanya itu, aku juga ingin menanyakan tentang iblis yang di maksudkannya pada saat bersama temannya di cafe. Menunggu bukan masalah untukku selagi aku dapat menemukan informasi yang aku mau.
Tak lama aku menunggu ku lihat salah satu dari mereka sedang berjalan bersama gerombolan siswi lainnya, tak membuang waktu aku segera menghampiri siswi itu.
"Permisi, kamu yang bernama Andini bukan?" tanyaku kepada remaja itu.
"Hmm, maaf kak, aku temennya Andini, kalau Andini hari ini dia nggak masuk lagi."
setelah mendengar penjelasan itu aku segera bertanya kembali perihal kenapa Andini sampai tidak masuk.
"Ikut saya sebentar, bisa?"
"Iya kak."
"Jadi, kenapa Andini hari ini tidak masuk?" tanyaku tanpa basa-basi.
"Hmm, anu... , itu kak, Andini sedang tidak enak badan."
"Kamu bohong kan?"
"Kakak yang di cafe waktu itu yah?" tanya dengan nada penasaran.
"Iya, ini mau balikin buku Andini yang ketinggalan di cafe waktu itu," kataku sambil menyodorkan sebuah buku kepadanya
"Jangan titip ke aku kak, kalau emang kakak penasaran tentang ucapan Andini waktu itu. Kakak boleh kerumah Andini sehabis sekolah nanti, aku yang antar," ucap gadis itu sambil memilin baju sekolahnya.
Hanya perasaanku saja atau memang gadis ini sedang takut, entah ,aku mengamati raut wajahnya yang sebagian di tutupi rambut. Aneh gadis ini seolah tak ingin menatapku.
"Kalau gitu saya pamit kak, nanti kita ketemu di sini lagi sehabis sekolah," ucapnya sambil buru-buru melangkahkan kaki menuju sekolah.
Aku tidak kembali kerumah, aku lebih memilih menunggu di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari sekolah.
'tuuuttt, tuuuut'
"Iya, halo ada apa Ra?"
"Dimana?, sibuk?, mau temenin nggak?"
"Kenawhy bebs?,,tumben nanya gitu."
"kenapa bego, bacot dah buruan jawa dimana sekarang," ucapku ketus
"Yaelah, ini di kampus main sama anak-anak. selow napa Ra."
"Bodo amat, pokoknya sekarang ke cafe depan SMA Airlangga."
"Mau ngapain di sana Ra, aku kan lagi si...,"
'tuuut tuuut'
Aku segera mematikan telpon sepihak, bodo amat dengan Bastian yang kesal setengah mati akan hal itu.
"Misi mbak, mau pesan apa?"345Please respect copyright.PENANASSEz7vV4Pf
"Cappucino latte 2, cheese cake 1, choclate cake 1 sama kentang goreng porsi besar 1 yah mbak."
"Sebentar yah mbak."
Sambil menunggu pesanan, aku hanya memandangi orang-orang yang lalu-lalang di depan cafe ini, hari ini sepertinya cuaca memang tidak bersahabat. Hujan mulai turun membasahi bumi, orang-orang yang tadinya berjalan lambat kini berlarian kesana kemari seperti segerombolan semut yang tertimpa air hujan.
"Permisi mbak, ini pesanannya."
"Terima kasih yah mbak," ucapku sambil tersenyum ramah kearahnya.
Menikmati minuman hangat di saat cuaca dingin seperti ini merupakan kombinasi yang sangat pas untuk aku yang sedang banyak pikiran. Melupakan sejenak masalah yang membebani kehidupanku akhir-akhir ini adalah hal yang bagus untukku sendiri.
Satu tegukan cappucino membasahi tenggorokan yang kering, kulihat mobil Bastian sudah terparkir di parkiran cafe.
"Dasar bodoh," gumamku ketika melihat Bastian yang sibuk memakai payung, padahal badannya sudah basah kuyup.
"Ra, ngapain nangkring di sini sih?"
"Emang ada larangan aku nggak boleh ngopi di sini gitu?" tantaku sewot.
"Yah, nggak sih, cuman di sini mah banyakan anak sekolahan Ra," ucap Bastian sambi mengelap bajunya dengan tissu.
"Lupain, jadi kamu manggil aku ke sini buat apa?"
"Temenin aku ke rumahnya Andini nanti siang."
"Loh, kenapa nanti sekarang aja yuk," ajaknya begitu saja.
"Bego emang, kamu tau gitu di mana rumah Andini?" tanyaku sambil memicingkan mata kearah Bastian yang oraknya kadang di bawah rata-rata.
"Lah, terus ngapain kesana kalau rumahnya aja nggak tau Ra."
"Nah itu, aku nunggu temennya dulu entar dia yang bakal anterin kita kerumah Andini, sekalian mau nanya juga aku sebenarnya kenapa."
Terjadi keheningan di antara kami, pasalnya kami sibuk dengan pikiran masing-masing serta kegiatan masing-masing, aku yang sibuk menikmati minumanku sedangkan Bastian sibuk mengeringkan pakaian sambil sesekali meminum cappucinonya.
Keheningan seperti apa yang menantiku?
Ketakutan seperti apa yang tersembunyi di diriku?
Bisakah semuanya berakhir saat ini juga?
ns18.226.169.66da2