Wahai kekasihku satu-satunya.
Wahai cinta pertama dan terakhir dalam hidupku.
Ijinkan aku mengatakan ini untuk terakhir kalinya.
229Please respect copyright.PENANAZKxDQQiF4v
Bahwa aku mencintaimu, sangat mencintaimu.
Apapun yang terjadi, sampai kapanpun juga, aku akan tetap mencintaimu.
229Please respect copyright.PENANAzb8gpmyGRu
Akan kuberikan segalanya demi cintaku padamu.
Akan kulakukan apapun demi cintaku padamu.
Karena kaulah kehidupanku dan kematianku.
Hidupmu adalah hidupku, kematianmu adalah kematianku.
229Please respect copyright.PENANApROPUB3XoB
Kau adalah aku, aku adalah kau.
229Please respect copyright.PENANAihcKURlGwC
Selama Langit belum menghapus namamu di dunia ini, maka aku akan tetap setia menantimu kembali.
Tidak peduli selama apa aku harus menunggu.
Aku akan menunggu walau sepanjang sisa hidupku.
229Please respect copyright.PENANARqBG6jEMam
***
229Please respect copyright.PENANA7dgT5d1lAe
Saat kubuka mataku perlahan, hal pertama yang menyambutku adalah hamparan langit malam yang membara oleh kobaran api di bawahnya. Terhalang sebuah bukit gelap dengan sebuah pohon besar tepat di puncaknya, sekelebat rasa penasaran mendorongku untuk mendaki bukit tersebut. Aku sepenuhnya menyadari bahwa diriku masih berada di dalam mimpi, namun semua yang terjadi di sekitarku terasa begitu nyata. Salah satunya adalah kegaduhan di seberang bukit yang terdengar semakin jelas seiring langkahnya menuju puncak. Suara dentingan pedang, letusan senjata api dan benturan senjata lainnya menandakan bahwa sedang terjadi pertempuran hebat yang mungkin terjadi di pemukiman dan menyebabkan kebakaran.
229Please respect copyright.PENANAElZxaKe08K
Akan tetapi, apa yang terbakar di seberang bukit bukan pemukiman seperti yang telah aku perkirakan sebelumnya. Melainkan sebuah medan peperangan yang masih beberapa kilometer jauhnya. Bahan bakarnya adalah kendaraan perang dan mayat-mayat manusia beserta tunggangannya. Mereka yang masih bertarung hingga titik darah penghabisan tinggal seperempatnya. Dari lokasinya sekarang, kekuatan mataku masih bisa melihat lawan yang bukan dari pihak manusia. Berbagai macam makhluk berpenampilan mengerikan membabat habis para manusia tanpa ampun, dan beberapa di antaranya seakan abadi dan tidak terkalahkan. Kalau lawannya seperti itu, sudah mutlak bahwa manusia tidak memiliki peluang menang sama sekali.
229Please respect copyright.PENANA33cI8RnDJM
"Siapa..." Sebuah suara pelan nan parau mengejutkanku. Aku seketika menoleh dan mendapati sesosok pria berpakaian serba hitam tengah duduk bersandar pada satu-satunya pohon besar yang ada disana. Padahal aku tidak menyadari kalau ada orang sebelumnya.
229Please respect copyright.PENANA9qrJl0oIof
"Siapa disana...." ucapnya lemah.
229Please respect copyright.PENANAxYdVRq9yez
Tidak sepatah kata pun keluar dari bibirku. Aku hanya menghampiri pria itu dalam diam dan berjongkok di hadapannya. Aku tidak bisa menahan kerutan di keningku setelah memperhatikan kondisi pria itu dengan seksama. Tidak ada luka di tubuhnya, kecuali luka bekas tusukan tepat di ulu hati yang tidak henti-hentinya mengeluarkan darah. Aku langsung berinisiatif melepaskan sweater yang kukenakan dan menggunakannya untuk menutupi luka tersebut.
229Please respect copyright.PENANAFZ5VN08gNO
"Anda terluka," kataku, berusaha untuk meraih kesadarannya yang sepertinya semakin memudar sambil menekan pendarahannya. Namun darah dari luka tersebut justru menembus gumpalan sweater yang kugunakan.
229Please respect copyright.PENANAGCCNus8P5y
"Percuma saja. Aku pasti akan mati dalam beberapa detik," pria itu menepis pelan kedua tanganku. "Tidak ada satu obat pun yang mampu memulihkan luka ini."
229Please respect copyright.PENANAV0T0QvJRln
Tidak satu pun dari kami yang berbicara lagi. Aku sendiri hanya terdiam melihat pria itu berjuang melakukan yang terbaik untuk menerima kematiannya. Meski tersiksa oleh rasa sakit, dia tetap tenang dan berusaha mengatur napasnya yang hampir habis. Karena tidak tau apa yang harus kulakukan, tanganku yang satunya lagi kugunakan untuk menggenggam tangannya. Dia balas menggenggam tanganku saat aku melakukannya dan malah tersenyum tipis.
229Please respect copyright.PENANA4TwhbRsaii
"Aku tidak tau kau siapa. Aku tidak tau namamu, tapi biarkan aku berterima kasih padamu," ujarnya ngos-ngosan.
229Please respect copyright.PENANACH7zP3gosN
"Tapi aku tidak melakukan apa-apa untuk menyelamatkanmu, Tuan," jawabku.
229Please respect copyright.PENANAcnkLjUMA9R
Dia kembali tersenyum. "Aku berterimakasih karena sudah peduli padaku yang hina ini," lanjutnya.
229Please respect copyright.PENANA31qr5WCvaJ
Kedengarannya seperti pasak yang menohok jantung. Rasa prihatin dan kasihan meledak di dalam kepala dan dadaku hingga wajahku terasa sangat panas. Air mataku tidak terbendung. Melihat kondisinya yang kian melemah, kulepaskan sweater yang telah memerah oleh darah untuk menggenggam kedua tangannya yang semakin dingin.
229Please respect copyright.PENANAwpCQGXc2i9
Aku merasa seperti dapat memahami penderitaan batin yang telah dia simpan di dalam hatinya. Padahal ini hanya mimpi, tapi kenapa ini sama sekali tidak terasa seperti mimpi?
229Please respect copyright.PENANAMREnMwAj0U
"Jangan menangis, angkatlah wajahmu," celetuknya pelan.
229Please respect copyright.PENANAiLBo3r2zOQ
Spontan saja tubuhku bergerak mengikuti kata-katanya. Kepalaku menengadah, langsung menatap wajahnya yang terlihat semakin jelas oleh cahaya kobaran api di belakangku. Wajah rupawan yang terlihat tidak asing itu tersenyum semakin lebar padaku. Dan sepasang bilah merah tuanya yang hampir redup menatapku dengan begitu hangat.
229Please respect copyright.PENANAIdMQqCnn2n
"Ah... kau rupanya, tadinya kukira siapa," ujarnya, sambil menyentuh wajahku dengan tangannya yang berlumuran darah.
229Please respect copyright.PENANAgEgPa2gpx4
"K-kau mengenalku?" Hanya pertanyaan sebodoh itu yang mampu keluar dari mulutku.
229Please respect copyright.PENANAYnGRwRIbF3
"Tentu saja," sahutnya ramah. "Aku senang, Langit masih memberiku kesempatan untuk bertemu denganmu."
229Please respect copyright.PENANAdfzN9p6ivn
"Langit?"
229Please respect copyright.PENANAg9ttQdiLlY
"Benar. Jika kau ada disini, berarti aku bisa bernapas lega sekarang. Aku bisa pergi dengan tenang," ujarnya.
229Please respect copyright.PENANAB5x3LE1KYo
"Ke-kenapa?"
229Please respect copyright.PENANAwTUqjjZupW
"Kau bertanya kenapa?" Pria itu tersenyum semakin lebar hingga menampakkan deretan giginya yang rapi. Dan ibu jarinya bergerak menyeka air mata di wajahku perlahan. "Karena kau adalah masa depanku."
229Please respect copyright.PENANAZ8E9WEdSok
Bersambung...
229Please respect copyright.PENANAcomyxBqxnY
229Please respect copyright.PENANAanOmbMpkFC