
Namaku, Arum Maharani.
979Please respect copyright.PENANAM2zWtl41e8
Perempuan Jawa, berhijab, tubuhku tingginya 167 centimeter, kulitku cenderung sawo matang, dan orang bilang aku punya sorot mata yang sulit ditebak, antara penuh luka atau terlalu pandai menyembunyikan semuanya.
979Please respect copyright.PENANAbDy2EvwOex
Dulu, aku sempat berharap menjadi perempuan baik-baik seperti kata orang tuaku, selalu diajarkan oleh ayat-ayat di pengajian atau buku-buku tuntunan perempuan solehah yang aku baca waktu remaja. Tapi hidup tidak pernah benar-benar menginginkanku untuk jadi perempuan baik-baik. Tubuhku ramping, meski tidak bisa dibilang kurus. Pinggangku kecil, bokongku padat. Payudaraku 34B, cukup proporsional di balik baju kerja dan kerudung polos yang selalu kupilih netral. Tak ada yang mencolok dariku, kalau dilihat dari luar. Tapi pria yang pernah tidur denganku selalu bilang tubuhku enak.
979Please respect copyright.PENANA61JurEmCuh
Hangat, lembut dan “bikin nagih,” begitu katanya.
Dan anehnya, aku selalu percaya itu. Bukan karena merasa cantik, tapi karena aku tahu betul bagaimana caranya membuat mereka terdiam, luluh, dan pasrah.
979Please respect copyright.PENANAIXvMbTz4LY
Aku bukan tipe perempuan yang mudah jatuh cinta, tapi aku juga bukan perempuan suci. Seks pertama kali kulakukan saat SMA, bersama pacarku waktu itu. Suka sama suka. Tapi tidak ada yang istimewa. Dilakukan di saat rumah kosong, buru-buru, penuh rasa takut.
Aku bahkan tidak ingat rasanya selain rasa was-was. Seperti mencuri, bukan mencinta. Hingga aku bertemu dia. Pacarku yang beda ras dan beda iman. Pria Chinese, Kristen. Waktu itu aku sudah dewasa, sudah mulai bekerja. Dialah orang pertama yang mengajarkan bahwa tubuh perempuan bisa menjadi ruang kenikmatan, pelarian, sekaligus pelampiasan.
979Please respect copyright.PENANAD290FJNrh0
Seks bersamanya bukan hanya enak. Tapi membuatku ketagihan. Ia membentukku, membuka banyak sisi gelap dari diriku yang bahkan tak pernah kuakui di hadapan Tuhan. Dia membuatku merasa berguna hanya saat aku bisa membuatnya puas.
Dan sejak itu, aku berubah. Bukan jadi perempuan nakal, bukan juga pelacur. Tapi perempuan yang tahu bahwa tubuh bisa jadi pelampiasan terbaik ketika dunia tidak memberimu ruang untuk marah atau menangis. Ketika orang-orang lebih sibuk menuntutmu kuat, sopan, dan setia, padahal mereka sendiri tidak pernah memberimu tempat aman.
979Please respect copyright.PENANABnjljJnRD4
Aku tidak punya banyak teman. Aku bekerja keras, pulang cepat, lalu mengunci diri di kamar. Lingkunganku tidak pernah ramah. Keluarga hanya tahu menuntut.
Dan lelaki, mereka hanya ingin aku cantik, taat, tidak punya masalalu.
979Please respect copyright.PENANAxiDfVbSPmt
Aku pernah mencoba membuka hati lagi. Pada seseorang yang katanya bisa menerima semua tentangku. Tapi ketika ia tahu masa laluku, tentang tubuhku, tentang bagaimana aku pernah menjadi milik lelaki lain. Ia malah pergi, diam-diam.
Seolah aku najis. Sampai akhirnya aku menginstal Tinder. Sebuah aplikasi yang sebenarnya tidak terlalu aku percayai. Tapi malam itu aku butuh pelarian.
979Please respect copyright.PENANAZrxmG63liB
Butuh berbicara, butuh didengar. Mungkin juga, butuh disentuh.
Dan dari sanalah aku bertemu dia.
ns216.73.216.30da2