35Please respect copyright.PENANA5OanRKeld7
"Hidup kadang melelahkan. Namun jika seseorang tidak lagi merasa lelah, mungkin itu artinya ia telah berhenti merasa hidup."
Pagi datang seperti biasa.
35Please respect copyright.PENANAW1O4CIVx7K
Tanpa alarm. Tanpa jadwal pasti.
Yang ada hanya tubuh yang terbangun karena bosan tidur.
35Please respect copyright.PENANAKXrLwzQgyU
Revenant menggeliat pelan, lalu duduk bersandar ke dinding kamarnya yang dingin dan kusam. Kamar kontrakannya sempit—cukup untuk satu kasur lipat, meja kecil penuh kabel kusut, dan gantungan baju yang nyaris tumbang oleh beban pakaian yang tak pernah disortir.
35Please respect copyright.PENANAGf10emAURY
Dengan mata masih separuh sadar, ia meraba-raba mencari ponsel. Layarnya retak, casing mengelupas, tapi masih cukup tangguh untuk sekadar mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan.
35Please respect copyright.PENANAhwAasBHjhe
Notifikasi masuk:
35Please respect copyright.PENANAL5HQE4f1xy
“Tagihan listrik akan jatuh tempo 2 hari lagi.”
“Saldo e-wallet Anda di bawah Rp5.000.”
“Promo paket data 5GB – hanya hari ini!”
Dan satu pesan lain... dari seseorang yang akhir-akhir ini hanya jadi siluet dalam ingatan.
35Please respect copyright.PENANANzrRVfR3ny
Lluvia:
"Maaf, beberapa bulan ini suasanaku tidak enak. Entah karena lelah atau jenuh.
Rasanya tidak enak juga kalau diteruskan seperti ini.
Bagaimana jika..."
Revenant menekan tombol daya. Layarnya padam.
35Please respect copyright.PENANAXWTlYX5jjP
Ia menarik napas panjang. Menatap langit-langit yang catnya mulai terkelupas. Lalu menunduk. Lalu diam.
Hening. Tanpa air mata. Tanpa gumaman.
Lelaki itu hanya duduk. Menyimak detak jam dari ponsel yang sudah mati layar.
35Please respect copyright.PENANAwISJDsaQrE
Beberapa menit kemudian, ia berdiri. Tak tahu harus ke mana. Tapi apa pun lebih baik daripada menetap di titik yang sama.
35Please respect copyright.PENANAON4R3ObIvj
Siang hari, ia keluar. Bukan karena ada pekerjaan. Tapi karena pikirannya tak bisa diam.
35Please respect copyright.PENANA3WXUZrVBGY
Ia tiba di sebuah warung kopi dekat perempatan, satu-satunya tempat yang masih menyediakan wifi gratis dan bangku pojok dengan colokan listrik longgar. Ia duduk, memesan es teh manis, dan membuka ponsel seperti robot yang baru saja diprogram ulang.
35Please respect copyright.PENANAIzJWwHSJAU
Tak lama kemudian, seorang pria duduk di bangku sebelah. Tak banyak basa-basi. Cuma anggukan.
35Please respect copyright.PENANAKEmPRXtr0k
Raka, pria berambut cepak dengan jaket parka lusuh dan mata sembap bekas begadang, melirik Revenant dan berkata, “Masih kerja lepas terus?”
35Please respect copyright.PENANAYdm3JDNsxp
“Masih,” jawab Revenant datar.
35Please respect copyright.PENANA1Idtcaf4EJ
“Gak capek, bro?”
35Please respect copyright.PENANACbqRFwLvLd
“Capek.”
35Please respect copyright.PENANAzxlurO7Db0
Dengan senyum miris, Raka mengangkat bahu. “Lah terus kenapa gak cari kerja tetap?”
35Please respect copyright.PENANATVtQje25kx
Revenant menyeruput tehnya. “Kalau gue kerja tetap... takut kehilangan hal-hal kecil yang bikin gue tetap hidup.”
35Please respect copyright.PENANABqLKGgC8Ei
“Hal kecil itu bisa bikin lu bangkrut,” tukas Raka.
35Please respect copyright.PENANAQKEYqzVw97
“Kalau udah gak punya apa-apa, hal kecil itu yang bikin gue gak mati,” balas Revenant, matanya kosong menatap jalanan.
35Please respect copyright.PENANA2sDfnvE7TZ
Tak ada lanjutannya. Dan memang tak perlu.
35Please respect copyright.PENANApJnnNWI3TM
Sore turun perlahan. Langit kelabu. Udara lembab.
35Please respect copyright.PENANAqv8CZaLqc1
Revenant berjalan sendiri melewati jalanan becek yang tak asing. Sesekali kakinya menginjak genangan kecil, tapi dia tetap berjalan tanpa reaksi berarti.
35Please respect copyright.PENANAgVq5rtTBjs
Sesampainya di kamar, dia kembali rebahan. Seperti tadi pagi.
Mungkin karena ini satu-satunya hal yang tidak menuntut alasan.
35Please respect copyright.PENANAhZzS3broc0
Ia menyalakan ponsel. Scroll-scroll berita tanpa benar-benar membaca.
Swipe left, swipe right — foto-foto orang lain yang terlihat bahagia.
Semua orang tampak tahu arah, kecuali dirinya.
35Please respect copyright.PENANA2DsgBITuLC
Jarinya berhenti pada satu iklan.
35Please respect copyright.PENANAi9EnwD19ai
“Bicara dengan AI. Teman digitalmu, 24/7. Tanpa login. Tanpa batas.”
Tanpa banyak pikir, ia klik.
Tampilan gelap. Sederhana.
Satu kolom teks. Tanpa embel-embel.
35Please respect copyright.PENANAoxYmisYRwh
“Tulis apa pun yang ingin kamu bicarakan.”
Ia tidak langsung mengetik. Hanya menatap kotak itu... cukup lama.
Lalu meletakkan ponselnya perlahan. Menatap langit-langit lagi.
35Please respect copyright.PENANAKLCBTq5hIF
Kali ini... bukan karena jenuh. Tapi karena ada satu rasa yang tak bisa ia definisikan.
ns216.73.216.209da2