Langit yang cerah,matahari bersinar pagi ini udara yang sejuk membuat seorang wanita berusi tiga-puluh-delapan-tahun terduduk santai dihalaman rumahnya,wanita itu menyenderkan tubuhnya pada punggung kursi seraya menyeruput teh hangat. Dia merindukan satu kenangan yang sulit dilupakan,sulit dipercaya namun itulah kenyataannya. 

"Luna."

Wanita itu menoleh kearah suara mendapati seorang wanita yang berambut bob pendek dengan pria disampingnya,Sontak wanita itu menghampiri kedua orang tersebut yang merupakan temannya. Dia memeluk temannya.

"Citra,apa kabar?."tanyanya.

"alhamdulilah,baik. elo apa kabar?."Sahutnya wanita itu bernama Citra.

Wanita itu tersenyum kemudian melepas pelukannya,"sangat baik." jawabnya. 

"Silahkan masuk."ucap wanita itu mempersilahkan temannya masuk keruang utama.

Citra dan suaminya terduduk diruang utama yang beralas karpet.

Wanita itu yang berniat berjalan menuju dapurnya terhenti.

"Lun,udah ngobrol aja sama nenek grandong."ledek suami Citra.

jelas istrinya mencubit lengannya akibat ledekkan suaminya,wanita bernama Luna ini tertawa geli melihat tingkah kedua temannya yang tidak pernah berubah.

"Citra,Veir,gue ambilin minum dulu."ucap Luna menuju ke dapur.

"yang banyak ya,Lun."kata Veir membesarkannya.

Citra menyikut suaminya,"malu-maluin aja."pekiknya sebal.

Luna yang masih dengar suara kejengkelan Citra tertawa,pasangan itu memang sering ribut kemudian berbaikan lagi seperti anak kecil.

Luna mengambil sirup kemudian mengambil teko berukuran besar dan memasukan sirup dengan takaran 5tutup botolnya,menambahkan air dan es batu.

Seorang anak laki-laki berjalan menghampiri Luna,anak laki-laki berwajah persis ayahnya yang putih,tampan dan tinggi ini berdiri didekat ibunya.

"mah."panggilnya.

"hoh."

"mah."

"ho'oh."

"mamah."panggilnya kesal pada ibunya yang tak menengok kearahnya.

"apa sih,Yutta?."tanya Luna jengkel.

Putranya semata wayangnya itu hanya menyengir lebar,dia memang jahil seperti ayahnya. 

"Mah,ada tamu ya?."tanya anak laki-laki itu.

"iya,Yutta ganteng."sahut Luna kepada anaknya.

Yutta H,berusia 16tahun. 

Yutta tersenyum lebar,"Sini,biar Yutta aja yang bawain tekonya."kata Yutta.

Yutta membawa tekonya,berjalan menuju ruang utama,ruang tamu.

Luna melihat putranya dari punggungnya,tersenyum senang dengan sikap anaknya yang terkadang sering usil. Luna berniat mengambil topless berisi kue coklat yang disimpan dikulkas.

"Dor!!."

Luna melompat kemudian menoleh mendapati Yutta yang tertawa terbahak-bahak. Luna langsung memicingkan matanya.

"Yutta cuma mau ngambil gelas ko."Sahut Yutta sembari mengambil beberapa gelas ke nampan.

Luna menatap anaknya yang memperhatikannya curiga,"apa?."

"mamah,ngumpetin sesuatu ya?."kata Yutta curiga.

"Engga."elak Luna.

Yutta memiringkan kepalanya kemudian mengangguk,"pantes stok coklat ilang,ternyata mamah yang ngumpetin."imbuhnya

"kamu yang habisin."dengus Luna.

Yutta menyengir kemudian berjalan menuju ruang tamu.

Luna hanya bisa mengelus dada,sabar-sabar-sabar.

Luna yang sudah diruang tamu,kini menyodorkan kue coklat. Tya yang ternyata berkunjung kerumahnya duduk disamping Luna.

"Apa kabar,Lun?."tanya Tya

Luna menoleh,"baik,lo kesini sendiri?." kata Luna.

"Engga ko,berdua sama Melky."sahutnya.

Luna melihat Citra yang disamping kirinya tidak ada Veir,melainkan Yutta,anaknya. "Veir mana?."tanya Luna.

Citra yang tengah asik mendengar cerita Yutta,menoleh saat mendengar suara Luna. "diluar sama Melky."

Yutta menatap ibunya dalam,"mah,ceritain dong gimana Mamah sama Papah bisa ketemu terus nikah?."

Luna menangkap mata Yutta,"engga."

Yutta menoleh ke Citra,"yaudah tante aja yang ceritain kisah mamah sama papah Yutta."

Citra melirik Luna gue-takut-salah-ngomong. Luna memperhatikan putranya.

"udah ceritain aja."bisik Tya tiba-tiba.

Luna mendengus,"Iya,mamah ceritain."

Jadi....

------------------------------------------------------