"Kijang Satu maju ke arah barat laut mendekat ke arah rumah itu!" Arnold memberikan perintah kepada tim.
"Roger!" sahut salah satu anggota tim.
Setelah tim Kijang Satu mendekati target, anggota tim menoleh ke arah Arnold menunggu perintah selanjutnya. Arnolod mengerti apa yang dimaksud oleh anggotanya itu, kemudian langsung saja Arnold memberikan aba-aba kepada rekannya untuk masuk ke dalam rumah itu dan melakukan penyergapan.
Setelah mendapatkan aba-aba dari Arnold, tim Kijang Satu-pun langsung menerobos masuk ke dalam rumah yang menjadi target penyergapan. Seluruh anggota Kijang Satu mulai mengamati kondisi di sekitar lokasi yang kemudian segera melaporkan kepada pemimpin tim, Arnold.
"Di dalam clear. Tidak ditemukan apapun." Lapor anggota tim dengan menggunakan Walkie Talkienya.
"Oke. Tetap waspada. Perhatikan kembali baik-baik keadaan sekitar, kalau ada yang mencurigakan segera lapor." Arnold memberi perintah kepada tim sembari mengamati lokasi di luar rumah bersama dengan tim yang lainnya.
"Siap!" Seru salah satu anggota tim.
Tim Kijang Satupun kembali mengamati kondisi sekitar dengan lebih seksama, 5 menit berlalu Arnold belum menerima laporan apapun dari anggota tim yang berada di dalam lokasi, karena merasa ada yang aneh, Arnold mencoba menghubungi anggota tim.
"Kijang Satu monitor." Seru Arnold.
Namun tidak ada satupun anggota tim yang memberikan respon terhadap Arnold. Dan tiba-tiba.....
"D..." Arnold mendapatkan respon dari Kijang Satu, namun respon yang diterimanya itu terdengar seperti suara orang yang sedang menahan rasa sakit.
Merasa ada yang aneh, Arnold dengan sigap memberikan perintah kepada tim yang berjaga di depan rumah untuk mencaritahu apakah ada yang mencurigakan atau tidak dan kemudian menyusul Kijang Satu ke dalam lokasi.
"Anton!!!" Arnold berteriak kepada salah satu Anton setelah melihat kondisinya, sontak anggota tim yang lain pun langsung melihat ke arah Anton.
Melihat salah satu anggotanya yang terluka, Arnold memberikan isyarat untuk siaga dan bersiap untuk melakukan gencatan senjata kepada seluruh anggota Kijang Satu. Anton mengeluarkan banyak darah di bagian perutnya. Sebagai pemimpin tim, Arnold memberikan pertolongan kepada Anton dengan cara menekan area luka Anton guna menghentikan pendarahannya dan kemudian salah satu anggota tim dengan sigap menghampiri Anton dan membantu Arnold untuk menghentikan pendarahannya.
"338." Gumam Arnold dalam hati setelah peluru yang bersarang di tubuh Anton berhasil dikeluarkan.
"Sniper di sekitar kita!" Arnold berteriak kemudian membawa Anton keluar dari lokasi.
"Sniper arah selatan!" ucap salah satu anggota tim yang berada di luar lokasi kemudian membidik senjatanya menuju arah selatan guna mencari pelaku.
Belum sempat membidik senjatanya, Arnold tiba-tiba diam terpaku dan disusul dengan keluarnya darah dari mulutnya. Satu selongsong peluru berhasil menembus rompi anti pelurunya itu. Arnold yang masih terkejut mencoba untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di dadanya itu. dan tiba-tiba.....
*BYUUURRRR* tiba-tiba satu ember air menumpahi wajah Arnold.
"Pe...Pelurunya sudah dikeluarkan?"Arnold bertanya dan langsung memeriksa dadanya untuk memastikan apakah pelurunya sudah dikeluarkan atau belum.
"Peluru? peluru apa? kamu itu dari tadi tidur sambil teriak-teriak ngga jelas. Mangkanya mama bangunin kamu, eh kamunya ngga bangun juga. Yaudah mama ambil aja ember terus mama isi air , langsung deh siram ke muka kamu." ucap Alice yang merupakan ibu kandung Arnold.
"Ya ampun aku kira, aku udah mati gara-gara terkena peluru sniper sialan itu." seru Arnold yang merasa lega karena itu hanyalah mimpi saja.
"Mangkanya kalau mau tidur itu berdoa dulu supaya mimpinya yang bagus-bagus, bukan mimpi yang aneh kaya tadi. Yaudah buruan mandi terus sarapan." seru Alice seraya meninggalkan Arnold di kamarnya.
Keesokan harinya setelah Arnold mengalami mimpi aneh itu, Ia bangun lebih pagi dari biasanya karena hari ini adalah hari pertamanya kuliah. Rutinitas yang dilakukan oleh Arnold di pagi hari adalah kegiatan yang tidak disukai olehnya. Ya, kegiatan yang tidak disukainya yaitu sarapan pagi. Mau tidak mau, Arnold harus mengikuti kebiasaan keluarganya itu dan kemudian pergi menuju kampus. Arnold berasal dari keluarga yang biasa saja, untuk pergi menuju kampusnya saja, Arnold harus menggunakan kendaraan umum.
"Ma, Pa, aku berangkat dulu ya." Arnold berpamitan kepada kedua orang tuanya seraya mencium tangan kedua orang tuanya dan kemudian pergi menuju halte bus.
"Iya. Hati-hati di jalan ya." Ucap kedua orang tua Arnold.
Seperti biasanya, sesampainya di halte bus, Arnold melihat seorang wanita yang sedang menunggu bus juga. Wanita itu memiliki wajah nan cantik jelita bak ratu.
"Kenapa gue ngga pernah bisa kenalan sama itu cewe ya?" gumam Arnold dalam hati.
Arnold diam dalam kesunyian sembari mencuri pandang kepada wanita itu, seketika Arnold dibuat terkejut ketika bus datang dan wanita itu masuk ke dalam bus.
"Di... dia senyum ke arah gue?"
"Dia senyum ke arah gue barusan? ini bukan mimpi kan?" Arnold masih tidak percaya jika wanita yang bagaikan ratu itu tersenyum kearahnya.
"Aaah cobaa aja gue bisa kenalan... siapa yaa dia?" tanya Arnold dalam hati.
Tidak lama kemudian bus yang ditunggu oleh Arnold pun datang, segera Arnold memasuki bus itu dan langsung berangkat menuju kampusnya.
***
Bersambung...
ns18.216.95.250da2