20 tahun kemudian...
203Please respect copyright.PENANAV4bZZXyBHc
203Please respect copyright.PENANAVTGZeOmC3T
Gadis remaja itu masih sibuk mematut - matut diri di depan cermin. Rambut kuncir kudanya sudah rapi. Seragamnya juga, begitu juga polesan bedak dan lipgloss tipis di bibirnya, membuatnya terlihat makin fresh. Seulas senyum terbentuk di bibirnya. Kini dia siap untuk pergi ke sekolah.
"Nina Wijaya!!!..." teriak seorang wanita di luar kamarnya. Gadis manis yang ternyata bernama Nina segera keluar. Tak sadar bayangannya di cermin di belakangnya berubah menyeramkan. Rambutnya awut - awutan. Keluar darah dari mata, hidung, dan bibirnya.
"Ibu..." seru gadis itu lalu memeluk wanita yang tadi memanggilnya.
"Kau ini, sejak dibelikan cermin itu kau selalu saja berlama - lama di kamar, itu tak baik, nak, pamali," omel ibunya yang masih terlihat cantik di usianya yang tak lagi muda.
"Ah ibu ini, malah percaya hal aneh kayak gitu, lagian aku ini sudah 17 tahun, sudah mau dewasa, wajar dong kalau aku mau tampil sebaik mungkin," sahut Nina sambil mengoleskan selai stroberi ke roti tawarnya. Tapi belum sempat gadis itu memakannya terdengar panggilan dari luar. Siapa lagi kalau bukan Sasha dan Marni, dua sahabat kentalnya, yang tiap pagi rajin datang menjemputnya untuk ke sekolah bareng, kecuali waktu liburan tentunya. Mendengar suara sohibnya yang terus memanggilnya, Nina langsung menelan rotinya dan buru - buru meminum susu coklat yang sudah tersaji di meja. Saking buru - burunya gadis itu sampai tersedak dan terbatuk beberapa kali.
"Aduh, kamu ini, katanya sudah mau dewasa, makan minum aja masih berantakan kayak anak kecil," seru ibunya, tapi Nina tak menyahut. Dia langsung berlari ke depan sambil berteriak,
"Ibu, aku berangkat dulu, ya..." ujarnya. Tiga sahabat ini bergegas pergi ke sekolah dengan mobil milik Sasha. Setibanya di sekolah, ternyata waktu sudah mepet banget, untung mereka tidak sampai terlambat.
ns216.73.216.125da2