
1621Please respect copyright.PENANAKLLaOktqTz
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1621Please respect copyright.PENANAJufrwHAfvc
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1621Please respect copyright.PENANAyPmanJDImE
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1621Please respect copyright.PENANACiuAzdtwlJ
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1621Please respect copyright.PENANAeQQ86usJhd
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1621Please respect copyright.PENANAP376ZCRkrJ
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1621Please respect copyright.PENANAHdfrMLYomy
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1621Please respect copyright.PENANAAEjF4wL6jw
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1621Please respect copyright.PENANAFQAiUMd8bK
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1621Please respect copyright.PENANAWh8382hKgF
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1621Please respect copyright.PENANA6s4lGza73J
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1621Please respect copyright.PENANAR1l7beFuKy
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1621Please respect copyright.PENANAUunMRyQ0mK
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1621Please respect copyright.PENANAmJMqrT971V
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1621Please respect copyright.PENANA6ZSdmmiG5i
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1621Please respect copyright.PENANA19VSDwBzyG
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1621Please respect copyright.PENANA541KmchkoZ
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1621Please respect copyright.PENANAGUur7qoemA
"Bu Rina?"
1621Please respect copyright.PENANAp4W7bCcPGU
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1621Please respect copyright.PENANA8yi6DkVTF3
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1621Please respect copyright.PENANALJxdMjCUJw
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1621Please respect copyright.PENANA4Hb24Z1Qjd
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1621Please respect copyright.PENANAInaTUG9sM5
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1621Please respect copyright.PENANABfwXj9ztfX
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1621Please respect copyright.PENANAfCocIoc2TT
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1621Please respect copyright.PENANA6X0aJz6Eqq
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1621Please respect copyright.PENANA4v9r8ZqLYg
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1621Please respect copyright.PENANArUEHFVI1xo
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1621Please respect copyright.PENANAZtsZ0dMcHb
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1621Please respect copyright.PENANAVyhorEu87p
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1621Please respect copyright.PENANA2WYtl50qwW
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1621Please respect copyright.PENANAA6HWEbAcCP
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1621Please respect copyright.PENANATY1U9gF103
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1621Please respect copyright.PENANAn8J2sTmdlX
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1621Please respect copyright.PENANAMif9Zl04y3
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1621Please respect copyright.PENANAnFW3zGWvwf
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1621Please respect copyright.PENANAYiwsE2dC7R
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1621Please respect copyright.PENANABfQML2YzHL
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1621Please respect copyright.PENANAjqciq0lsPT
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1621Please respect copyright.PENANAQt4BsLrMku
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1621Please respect copyright.PENANAsmNnAhsg0v
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1621Please respect copyright.PENANABjJAfadQbR
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1621Please respect copyright.PENANAKs12eJmfTH
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1621Please respect copyright.PENANAf8j76pVoJT
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1621Please respect copyright.PENANA84U0DjxkPJ
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1621Please respect copyright.PENANACZXG6EMSJd
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1621Please respect copyright.PENANAhUYtxtvXKx
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1621Please respect copyright.PENANAW5gImxvyvv
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1621Please respect copyright.PENANAewkKUlM8qV
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1621Please respect copyright.PENANAuBGo4apsSY
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1621Please respect copyright.PENANA4Ixxse7WXp
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1621Please respect copyright.PENANArMyH1Hfk4R
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1621Please respect copyright.PENANAo2fH5KQt04
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1621Please respect copyright.PENANAUdcwrwBE3N
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1621Please respect copyright.PENANA8BZit28MW5
Begitu saja?
1621Please respect copyright.PENANA1PRW50SIDU
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1621Please respect copyright.PENANAoIoSzlIzSd
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1621Please respect copyright.PENANAfNB58quOZ9
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1621Please respect copyright.PENANAWsma6v0ooj
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1621Please respect copyright.PENANAsK91trjuGb
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1621Please respect copyright.PENANAdpOi3Zngbm
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1621Please respect copyright.PENANAlBQMiOfqwM
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1621Please respect copyright.PENANAyNFcFCV2xr
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1621Please respect copyright.PENANAkZRNCR0eCU
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1621Please respect copyright.PENANAH9DB12HVbm
Malam itu begitu sunyi.
1621Please respect copyright.PENANA4amDTPSxDd
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1621Please respect copyright.PENANAnmM1FG0dKl
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1621Please respect copyright.PENANAIBkFBGtjsr
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1621Please respect copyright.PENANA3mbDHrOAsv
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1621Please respect copyright.PENANAyCO92kWJyT
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1621Please respect copyright.PENANAvHKnj6Fclz
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1621Please respect copyright.PENANAg5hW0EHN0Z
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1621Please respect copyright.PENANAapB0v0ZoZc
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1621Please respect copyright.PENANAxSw9g5rVKl
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1621Please respect copyright.PENANAXm2RnBwqbz
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1621Please respect copyright.PENANAXnpo9v9a0h
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.176da2