Aku duduk di sudut restoran bandara yang luas, menatap jendela besar yang menampilkan pemandangan runway di sore hari. Udara di dalam restoran terasa sejuk, dengan aroma makanan yang memenuhi indra penciuman. Mejaku tertutup kain putih rapi, dengan peralatan makan yang bersinar dan gelas kaca yang jernih. Lampu gantung di atas kepala memberikan cahaya lembut, menciptakan suasana yang nyaman meskipun ada banyak kesibukan di luar restoran.
Jendela besar di hadapanku menampilkan pemandangan yang tak pernah sepi. Pesawat-pesawat dari berbagai macam maskapai terparkir rapi, beberapa di antaranya sedang menurunkan penumpang atau memuat kargo. Di kejauhan, pesawat lainnya lepas landas atau mendarat, meninggalkan jejak asap tipis di langit biru yang mulai dipenuhi warna jingga matahari sore. Suara deru mesin pesawat terdengar samar-samar, namun jauh dari hiruk-pikuk yang mengganggu.
"Tolong jemput Ocha ya sayang, kasihan dia dateng sendirian. Mana lagi hamil dia."
Begitu ucap istriku beberapa jam lalu saat memintaku untuk menjemput salah satu sahabatnya lagi yang datang dari luar pulau untuk menghadiri resepsi pernikahan Valen. Jujur saja setelah "insiden" kecil antara aku dan Valen pagi tadi, pikiranku sudah dipenuhi rencana-rencana mesum yang mungkin bisa kulakukan saat night party nanti malam. Kehadiran Ocha tentu akan menambah "keseruan", tak menutup kemungkinan malam ini aku pun bisa kembali menikmati tubuh wanita cantik itu seperti halnya yang pernah kulakukan beberapa bulan lalu saat berada di Bali. Saat malam resepsi pernikahannya.
295Please respect copyright.PENANArojanVf2Hh
***
295Please respect copyright.PENANAnNwsrQuuM0
BEBERAPA BULAN LALU
Waktu menunjukkan pukul satu siang, kurang lebih satu jam lagi akan diadakan pemberkatan pernikahan Ocha dan Andreas. Kami semua sudah siap menyambut momen bahagia salah satu sahabat istriku itu dengan seorang pengusaha hotel sukses. Undangan pria menggunakan setelah tuxedo hitam sementara para perempuan menggunakan dress warna soft peach yang semakin menampilkan keanggunan dengan ciri khas masing-masing.
Dengan gaun pengantin dan riasan yang natural glamour, Ocha terlihat sangat menawan. Kali ini menjadi yang paling bersinar diantara sahabat-sahabatnya. Acara pemberkatan di kapel berlangsung dengan lancar dan hikmat. Setelah rangkaian acara pemberkatan pernikahan selesai, Ocha dan Andreas pun resmi menjadi pasangan suami istri.
Hari itu kami habiskan penuh sukacita, berbahagia bersama pengantin baru sambil menunggu acara resepsi pernikahan yang akan dilAkunakan di ballroom hotel milik Andreas. Tepat pukul enam sore menjelang malam, acara resepsi dimulai dengan iring-iringan pengantin bersama keluarga di atas redcarpet menuju pelaminan. Ocha mengganti gaun pengantinnya menjadi lebih seksi dengan belahan dada rendah. Cantik menawan!
Pesta resepsi berlangsung dengan megah dan mewah. Banyak orang penting yang turut hadir termasuk juga beberapa orang pejabat tinggi yang sering kulihat muncul di layar kaca. Aku bisa melihat pacaran kebahagiaan di wajah Ocha yang sudah resmi jadi seorang istri, senyumnya tak pernah lelah mengembang ketika menerima ucapan selamat dari para tamu undangan.
Saat malam mulai berarak mendekat larut akhirnya para tamu beranjak pulang menyisahkan satu rangkaian acara lagi yaitu malam kebersamaan. Malam kebersamaan ini dikhususkan bagi seluruh keluarga besar dan para sahabat dekat dari kedua mempelai.
Sejenak kami beristirahat meregangkan badan di kamar masing-masing. Sekitar pukul sepuluh malam kami diundang berkumpul lagi meramaikan malam kebersamaan. Allea sudah pergi duluan, istriku itu begitu exited karena inilah waktu dimana dia bisa kembali berkumpul dengan sahabat-sahabatnya. Aku memakluminya karena dalam satu tahun bisa dihitung jari Allea bisa merasakan kebersamaan bersaham sahabat-sahabat dekatnya seperti ini.
Setelah merapikan pakaian aku kembali keluar kamar dan berjalan menuju ballroom. Dalam perjalananku menuju ke ballroom, aku melewati kamar Ocha yang sedikit terbuka. Penasaran, aku memberanikan diri untuk melongok ke dalam kamar. Di atas ranjang terlihat Ocha sendirian dengan masih menggunakan gaun pengantin. Raut wajahnya nampak sebal sementara tangannya memegangi sebuah ponsel seperti sedang mengetikkan sebuah pesan.
TOK
TOK
TOK
Kuketuk pintu perlahan agar tak mengagetkan Ocha. Wanita cantik itu menoleh ke arahku, kami sejenak saling pandang beberapa detik sebelum kemudian aku melangkah mendekat.
"Sorry, pintu terbuka, kukira Allea ada di sini." Kataku saat menyadari di dalam kamar tidak ada orang lain selain Ocha.
"Ngga apa-apa, santai aja Jo. Allea kayaknya udah di ballroom deh." Balas Ocha.
"Terus kenapa kamu masih di kamar? Ada yang bisa dibantu? Apa perlu aku panggilin Andreas?" Tanyaku menawarkan bantuan.
"Percuma, dia masih sibuk sama temen-temennya." Ujar Ocha dengan raut wajah kesal.
"Terus aku bisa bantu apa?" Tanyaku kembali. Kulihat raut wajahnya berubah jadi keraguan.
"Aku kebelet pipis tapi...."
"Tapi apa?" Potongku. Kulihat raut wajah Ocha jadi lebih gelisah.
"Kamu bisa tolongin nggak Jo? Aku nggak bisa pipis sendiri." Kata Ocha sambil matanya menatap ke sekujur tubuhnya sendiri, seperti hendak menunjukkan gaun pengantin yang tengah dikenakannya.
"Lah kenapa?" tanyaku heran.
Gaun pengantin yang saat ini digunakan Ocha kulihat bagian bawahnya lumayan besar dan mengembang model ballgown. Artinya, Ocha tidak bisa pipis sendiri karena harus ada orang yang membantu mengangkat bagian bawah gaunnya yang cukup berat dan ribet sambil dia duduk di kloset.
"Kamu bantuin angkat gaun aku ya Jo, please..." Mohon Ocha meminta bantuanku.
Aku tidak bisa menolak permohonan Ocha. Semua instruksi Ocha kuturuti hingga kami berdua berada di dalam kamar mandi. Saat yang menegangkan. Ya semua tegang termasuk penisku. Ocha mengarahkanku untuk mengangkat bagian bawah gaunnya sambil dia menarik celana dalamnya turun. Tidak terlihat dari posisiku karena terhalang gaun Ocha yang besar.
Akhirnya Ocha bisa duduk di atas kloset dan pipis dengan tenang. Terdengar bunyi air kencing yang keluar dari vagina diikuti oleh tawa kami berdua yang merasa lucu dengan bunyi itu.
"Pipis cewek nggak lurus ya? Kayaknya belepotan semburannya." Godaku.
"Anjaaay!!" Jawab Ocha setengah tertawa.
"Emang kalau cowok pipis lurus?" Tanya Ocha sok polos.
"Iya dong, lurus! Jadi bisa diarahkan mau tembak kemana aja, nggak belepotan." Jawabku.
"Nggak percaya ah, mana buktiin coba!" Tantang Ocha dengan memberikan ekspresi wajah nakal.
Aku mencoba memanfaatkan situasi ini dengan mengeluarkan penisku yang sudah tegang maksimal keluar dari sarangnya. Sambil tangan kanan masih mengangkat gaun pengantin, tangan kiriku mengurut pelan penis dari ujung hingga ke pangkalnya. Ocha memperhatikan apa yang sedang aku lakukan.
"Itu mah bukan pipis, Lu coli Joshua!" Protes Ocha. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
Setelah selesai pipis Ocha hendak membersihkan vaginanya tapi tidak mungkin menggunakan shower bilas karena bisa membuat gaun pengantinnya basah. Akupun mulai terpikir hal mesum yang sungguh gila.
"Sini aku aja yang bersihin Cha." Tawarku.
"Gimana caranya?" Tanya Ocha penasaran.
Akupun membantu Ocha berdiri dari kloset dan berjalan perlahan keluar dari kamar mandi sambil bagian bawah gaun tetap diangkat. Tak lupa aku mengunci pintu kamar dari dalam. Seketika kepalaku langsung masuk ke dalam gaun pengantin dan mulai menjilat, menyapu bersih lubang vaginanya yang terasa asin dan pesing karena baru saja selesai kencing.
Rasa asin air seni bercampur aroma khas vagina kunikmati dengan nafsu yang tak terbendung lagi. Ocha tidak ada perlawanan sama sekali. Jilatan demi jilatan di klitoris hingga anus merangsangnya. Ocha mulai mendesah dengan hebat.
"Ouucchhh Jo! Fuck! Nakal banget kamu Jo! Aaacchh!" Tubuh Ocha berguncang dengan hebat namun terus kulancarkan jilatan di vagina sang pengantin baru itu.
Lidahku terus mengular menjilati tiap jengkal permukaan vagina, sesekali aku melirik ke atas untuk menyaksikan ekspresi kebinalan sang penganyin baru, Kombinasi birahi bercampur adrenalin mungkin kini sudah menguasai tubuhku, otak warasku sudah hilang berganti dengan nafsu setan.
Tak hanya dengan lidah, dua jariku kini pun mulai beraksi. Mengocok, menyesaki, mengobel seluruh bagian dalam vagina Ocha. Wanita yang beberapa tahun lalu sempat menjadi finalis sebuah festival kecantikan itupun makin liar mengekspresikan kenikmatan. Aku pun makin bersemangat menyesapi liang senggama dengan hisapan-hisapan lembut namun intens. Kurasakan vagina Ocha berdenyut-denyut di tengah permainan lidah dan tanganku, tubuhnya pun mengejang bak cacing kepanasan tanda orgasme akan segera menyerang.
"Quickie aja Jo! Buruan sebelum Andreas datang!" Pekiknya dengan nafas terengah-engah.
Benar juga, bisa kapan saja Andreas datang dan memergoki persetubuhan kami. Waktuku tidak banyak. Maka bergegas aku bangkit kemudian melucuti celananku hingga seluruh batang penisku yang hitam legam mencuat dengan sangat gagahnya. Ocha tak bisa menyembunyikan ketakjubannya pada pusaka kejantananku ini.
"Gila! Beruntung banget Allea bisa nikmatin kontol segede ini tiap hari." Gumam Ocha.
"Iya, tapi sekarang giliran memekmu yang ngrasain kontolku sayang." Desisku seraya mengangkat kedua tangan Ocha dan memposisikan tubuhnya membelakangiku, menghadap ke arah wastafel.
Dari posisiku berdiri aku bisa melihat daging montok pantat Ocha yang menungging. Kedua tangannya berpegangan pada bagian meja wastafel sementara satu kakinya ikut terangkat. Segera kutusuk vagina Ocha dengan penis tegangku. Bercinta dalam keadaan yang tidak normal, deg-degan karena takut ketahuan, ternyata memancing sensasi tersendiri yang bikin aku semakin bergairah.
"Aaahh! Anjingg! Sesak banget Jo!!"
Kutusukkan penisku ke dalam vagina Ocha masuk keluar dengan kasar. Terdengar bunyi benturan selangkanganku dengan selangkangan Ocha yang beradu dengan bunyi labia minora yang bergesek-gesekan dengan penisku. Irama yang menggairahkan, membuat Ocha terus menerus mendesah.
Sesekali Ocha menoleh ke belakang, seperti ingin menyaksikan lesakan demi lesakan penis hitamku di dalam vaginanya. Ekspresi wajahnya yang binal makin membakar birahiku, tak jarang kuhentakkan pinggulku kuat-kuat hingga membuat tubuhnya terdorong ke depan, nyaris mengenai bagian kaca wastafel.
"Terus sayang! Ahh! Fuck! Entotin sampek mentok Jo!" Racaunya tiap kali ujung penisku melesak kuat di dalam vaginanya.
Selang beberapa waktu aku mengganti posisi bercinta kami. Kali ini aku duduk di atas toilet, Ocha yang sudah tau maksudku langsung mengangkangiku setelah sebelumnya mengarahkan batang penisku ke dalam vaginanya. Tak perlu intruksi, sahabat istriku itu mulai menggoyangku dengan sangat cepat, tubuh rampingnya melonjak-lonjak seraya mulutnya mengeluarkan desahan keras.
"Ooohh! Fuck! Enak banget kontolmu Jo!"
"Suka ya?"
"Suka banget sayang! Mentok banget rasanya!"
Kupegang pinggulnya, menhan gerakan tubuhnya agar lebih pelan dan tak seliar sebelumnya. Dua tangannya memeluk leherku, sejenak dia kembali melirik ke bawah, seolah sedang mengecek ketebalan daging penisku yang masih bersemayam di dalam vagina.
"Sudah siap?" Tanyaku. Ocha hanya menggigit bibirnya sendiri sembari mengangguk pasrah.
"Entotin aku Jo..."
Sebuah instruksi yang makin membakar birahiku. Maka tak mau menunggu lagi langsung saja kugerakkan pinggulku naik turun. Ocha mendekap tubuhku begitu erat kala penisku dengan leluasa merojoki seluruh liang senggamanya dari bawah. Tubuhnya yang lebih kecil dariku melonjak-lonjak tiap kali kuhentakkan pinggulku kuat-kuat.
"Aaaacchh! Fuck! Jo!! Fuck!!"
Racauan dan cacian yang keluar dari mulut mungilnya membuat nafsuku makin meninggi. Kami terus bercinta layaknya sepsang kekasih yang telah mendamba rindu sekian purnama dan akan berpisah keesokan harinya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh peluh birahi, tiap lesakan penisku di dalam vaginanya seolah membawa cakrawala kenikmatan tiada batas. Namun selang beberapa waktu kemudian kurasakan peniku berkedut-kedut, tanda jika ejakulasi akan segera tiba.
"Keluarin di dalem aja Jo....Nggak apa-apa." Ujar Ocha seolah tau aku akan mengeluarkan sperma sesaat lagi.
"Kamu yakin?" Tanyaku sedikit ragu.
Bagaimanapun Ocha sedang melAkunakan resepsi pernikahannya dan mungkin saja malam nanti dia akan menghabiskan malam dengan bercinta bersama Andreas. Meninggalkan sisa sperma di dalam vagina istri orang lain sepertinya bukan hal bijak, apalagi kulakukan tepat di hari pernikahannya.
"Iya Jo, keluarin di dalem aja." Ujar Ocha sekali lagi seolah ingin mengusir keraguanku dari dalam kepala.
Benar saja, desakan dari dalm penisku sudah tak dapat lagi kutahan. Kudekap tubuh Ocha yang masih mengenakan gaun pengantin, kukayuh puncak birahi sebagai seorang pejantan tangguh hingga detik berikutnya desahan keras keluar dari mulutku bebarengan dengan berkali-kali semprotan sperma menghujam deras memuhi liang senggama sang pengantin baru.
"AAARGGHHHHTTT!"
"Ouuucchhh! Jooo! Banyak banget sayang! Aaachh!"
Kami hanya saling berpelukan dengan nafas memburu, tersenggal, menyisakan sejumput penyesalan karena dosa pengkhianatan pada pasangan masing-masing. Ocha menatap lekat wajahku dengan senyum yang sangat tulus, aku tak tau apa arti di balik semua itu hingga dia mengucapkan sebuah kalimat singkat yang cukup membuatk terkejut.
"Aku sayang kamu Jo. Terima kasih udah ninggalin peju di memekku."
295Please respect copyright.PENANADiGpbRgvrz
BERSAMBUNG
ns216.73.216.30da2