Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡRytASCFGp3

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeU8me2jPjn

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ3w4JWSgoHH

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡpTIlJzRdyn

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡo2YZAqbl8r

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡmZrpcAA9YD

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡt8EgzXdFno

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlpSTHLjFme

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ3gdw1NEXQ

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp7sPyBSoGg

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡZQcSkEZoMx

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW1CL2FCE54

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡTEGn40aoaI

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡdxavwNBQs1

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡW9UsvkOucm

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡthO1LD5S8N

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡT6hv7IZxRj

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFfT6C67QUj

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLTdDXVeNZT

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡeiQ9vSnEHN

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡlEpGTFIwX3

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ07oPG8zh0u

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡywU5X5ly8S

Dan dia suka itu.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMDD0sv16u5

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡw2vBpsKZjY

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0YRpX4dhWy

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡqIpWKlVjeC

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡE4zELOAUm4

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcyUalaB3GZ

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLGHdLQvUkx

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡFRUndmFbbs

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5TRQiVvve6

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡILY78IqaQE

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡbzExJXhZsB

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrm1bMW5saM

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDijVV2CUIh

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡrUMXXaZIEq

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡG8Rz5h9XSK

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡg9p1FGHyCZ

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4x1oh9LSuu

24670Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡkpEp45eh0K

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.176da2

Sensasi baru

註冊

登入

介面語言:

故事語言: