Perubahan Istri alim dan Polos - Sensasi baru

Hasrat yang Tak Terpenuhi

POV Riska

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡVyxMJRL1sP

Tubuhku mungkin terlalu ‘rapi’ untuk ukuran ibu-ibu muda. Kulitku masih putih, nyaris tanpa flek, mungkin karena aku rajin pakai lotion sejak SMA. Payudaraku 36, masih kencang, kadang bikin Nina iri tiap kami ganti baju di ruang ganti kantor. Pinggulku lebar, bokongku penuh—katanya itu bentuk ideal untuk "menggendong kenikmatan", apapun maksud Nina dengan istilah itu.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡDe8Ta9X7My

Wajahku biasa, kata orang sih manis. Tapi kata Mas Jaka, "Wajah kamu tuh adem, Ris. Enak dilihat, nggak pernah bikin capek." Aku senang dengarnya. Tapi entah kenapa, akhir-akhir ini aku ingin ada yang bilang... wajahku menggoda. Nakal. Atau bahkan bikin deg-degan.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ12Ph7cup4Q

Di kantor, obrolan Nina makin menggila. Hari itu dia cerita sambil makan siomay.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡMuq7OGnZBL

“Ris, kamu tahu nggak... batang yang panjang tuh nggak cuma nikmat pas masuk, tapi rasanya beda di dalam. Kayak... ngegesek bagian dalam yang kamu bahkan nggak tahu kamu punya.”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHiC2DfoYNI

Aku nyaris keselek. “Nina!”

Dia ketawa, nyolek lenganku. “Kamu tuh harus belajar ngerasain, bukan cuma nurut.”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ5xlZdUOWKi

Kepalaku menunduk, wajahku panas. Tapi... jujur, ada yang geli dalam perutku.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡp5vVPyNG77

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLE94iOrIx4

karyakarsa.com/DSASAXI88

---

Sore itu, aku disuruh antar berkas ke ruang Pak Arman. Ruangan sempit, dan dia berdiri di belakangku waktu aku membungkuk menata map.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡk0p6YpbsTv

Lalu... aku merasakan sesuatu. Ada bagian keras dari tubuhnya menyentuh pantatku. Awalnya cuma singgungan, tapi lalu dia tidak mundur. Bahkan sedikit bergerak. Seolah—menggesek.

Tubuhku membeku. Aku ingin menoleh, tapi suara Pak Arman tetap datar, seperti biasa.

“Yang ini kamu simpan di rak atas ya, Bu Riska.”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡNjjYUlf9vB

Tangannya menunjuk, tapi tetap berdiri dekat. Bagian keras itu terus bersentuhan dengan bokongku.

Aku diam.

Bukan karena tidak tahu apa yang terjadi... tapi karena aku bingung dengan reaksi tubuhku. Rasanya aneh. Hangat. Merinding. Tapi bukan takut—melainkan seperti digelitik dari dalam.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ0EuAUg9zdU

Dan aku tidak bergerak. Tidak menjauh.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOR2j6SWYOc

Ketika akhirnya dia mundur, aku masih berdiri di tempat, jantungku berdegup kencang. Kaki lemas.

Setengah jam kemudian, aku ke pantry. Di sana ada Bang Udin, OB kantor yang sedang mengangkat galon.

Dia membungkuk, dan aku melihat... sesuatu.

Celananya tipis, mungkin terlalu tipis untuk ukuran pria sebesar dia. Dan di baliknya, jelas terlihat bentuk yang—besar. Panjang. Menggantung ke samping. Terlalu nyata untuk diabaikan.

Aku menelan ludah. Pura-pura tidak lihat. Tapi mataku sempat menangkap cukup banyak.

Bang Udin berdiri dan tersenyum sopan padaku. “Mau dibantu, Bu?”

“Enggak, makasih Bang.”

Aku cepat-cepat keluar.

Tapi sepanjang perjalanan ke meja, bayangan itu terus ada di kepala. Aku bahkan tak bisa fokus kerja. Dan yang lebih parah... bagian dalam pahaku mulai hangat.

Aku mencoba tahan. Tapi rasanya seperti luka gatal yang tak bisa digaruk.

Malam itu, tubuhku terasa panas sejak sampai rumah. Pikiranku terus dipenuhi oleh sentuhan-sentuhan siang tadi—gesekan dari Pak Arman, bayangan tentang bentuk kelamin Bang Udin yang mencolok, dan obrolan Nina yang masih menggema di telingaku.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ4RcACZHNlV

Mas Jaka mendekat seperti biasa, merangkulku dari belakang saat kami sudah di tempat tidur. Tapi kali ini, pelukannya langsung membuatku gelisah. Ada rasa tegang dan berdebar yang tak biasa.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡOLAaZ3t4sD

“Kamu capek?” bisiknya sambil mencium leherku pelan.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡhV47cotCWu

Aku menggeleng, “Nggak... aku pengin.”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡge8nRAvZ95

Suaraku keluar lebih berat dari biasanya.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXdYHNywLxp

Ia tampak senang, langsung membalik tubuhku menghadap ke arahnya. Ciumannya lembut di awal, seperti biasa, tapi aku membalas dengan lebih cepat—lebih rakus. Lidahku menari di bibirnya, tanganku mencengkeram rambutnya. Bahkan aku sendiri terkejut dengan caraku.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡa7XHrpAATX

“Ris... kamu kenapa?” gumamnya di sela-sela ciuman.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡBvZhfF0R5O

Aku tak menjawab, hanya mendesah. Saat bibirnya turun ke leher dan dada, desahanku keluar tanpa filter.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡIHOUgYXX0h

“Ahh... iya... terus... jangan berhenti, Mas... dalam... lebih dalam...”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡu3OSbOsYLU

Kata-kataku meluncur begitu saja. Tidak kupikirkan. Tapi aku benar-benar menginginkannya. Tubuhku haus, basah, menegang. Pinggulku bergerak sendiri, menekan ke arahnya, meminta lebih.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9ZYYy6gcB5

Jaka tampak kaget. Tangannya gemetar, tapi sorot matanya mulai liar. Dia jarang melihatku seperti ini. Biasanya aku hanya diam atau sesekali menggeliat pelan. Tapi kali ini... aku mengerang seperti perempuan yang tak pernah disentuh bertahun-tahun.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡr564LrWr0b

Dan dia suka itu.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡCvZIMiaWrV

Masuknya terasa cepat. Mungkin terlalu cepat. Aku langsung menggigit bibir saat dia mendorong dalam. Tapi... bukan karena kenikmatan yang kupikirkan—melainkan karena aku berharap lebih.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ6fDShAv8WQ

“Tuhan... Riska...” desah Jaka, napasnya mulai memburu.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ9iryA6oCTR

Gerakannya makin cepat, makin keras. Aku mencakar punggungnya, membisikkan kata-kata liar tanpa sadar.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡytVe6e6uJQ

“Iya... iya Mas... ahh... cepet... dalemin lagi... kencengin... aku mau... mau banget...”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJIu4Fe4Xf3

Jaka mendesah keras, peluhnya jatuh di atas tubuhku. Lalu... dia menegang. Tubuhnya berhenti bergerak.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ8JKtsjE9Og

Dan aku tahu, dia sudah sampai lebih dulu.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡXo3yT06DKl

Aku terdiam. Nafasku masih berat. Tubuhku masih gemetar, tapi ada sesuatu yang... kosong.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡcazyu2VdxX

Dia mencium keningku. “Kamu luar biasa malam ini...”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ849svliRnS

Aku tersenyum samar. “Aku... juga ngerasa luar biasa, Mas.”

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡjtPzy79EZu

Tapi sebenarnya, di dalam hatiku—ada rasa heran. Kenapa tubuhku belum lega? Kenapa rasanya seperti... belum benar-benar selesai?

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLBiSd2Km07

Aku mencoba menghibur diri. Mungkin ini memang orgasme. Mungkin ini rasanya. Aku belum pernah sekeras ini sebelumnya, jadi wajar kalau rasanya aneh.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡI0zQEvneZu

Tapi ketika Jaka tertidur cepat, pelukannya hangat dan damai... aku hanya bisa menatap langit-langit.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡ7zFrLL748Y

Tubuhku terasa panas, tapi belum meledak.

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡHo6W36xxwC

Dan untuk pertama kalinya... aku mulai bertanya-tanya:

"Apa benar, tubuhku menanti sesuatu yang lebih besar? Lebih dalam? Lebih mengguncang dari yang pernah kubayangkan?"

LIke dan share ya ke medsos kalian kawan

biar smangat melanjtkan cerita

karyakarsa.com/DSASAXI88

Baca lanjutan versi tidak sensor & koleksi lainnya:

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡJ6eQmV7Wh1

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡF2jb5vveED

https://victie.com/novels/perubahan-istri-alim-dan-polos

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡLiHVmlvsGA

25721Please respect copyright.ＰＥＮＡＮＡPGEpxiJ9R9

atau copas link ini ke browsermu

https://linktr.ee/Dsasaxi88

ns216.73.216.238da2

Sensasi baru

註冊

登入

介面語言:

故事語言: