Hubungan kami tak pernah di definisikan, tapi tubuh kami selalu saling mengerti. Kadang saat aku datang ke apartemennya dengan wajah letih dan bahu turun, Kevin langsung tahu.
855Please respect copyright.PENANAgsfWU67Qjq
Ia akan membuka pintu, memelukku erat, lalu bertanya di dekat telingaku, “Berat banget hari ini, ya?” Dan aku hanya mengangguk, mencengkeram kemejanya sambil menahan napas.
Ia akan mengajakku masuk tanpa kata lebih, membaringkanku di atas ranjang, membuka pakaian kerjaku satu per satu seperti sedang membuka luka. Dan saat semua sudah jatuh ke lantai, dia akan menatap tubuhku dan berkata pelan,
855Please respect copyright.PENANAUJkjAZsQz8
“Kamu cantik sekali kalau hatimu lagi kacau.” Aku tertawa kecil di balik air mata. “Kamu nggak bosan lihat aku gini terus?” tanyaku sambil menatapnya.
“Bosannya justru kalau kamu hilang.” itu kalimat yang sering mengikatku padanya.
855Please respect copyright.PENANAEPTGd0KW7K
Kevin mulai bereksperimen lebih jauh, suatu hari, dia menarikku masuk ke belakang mobilnya setelah lembur malam. Parkiran kantor sudah sepi, beberapa lampu sudah mati. Hujan turun, membuat suasana terasa dingin. Kami berdiri di celah belakang mobil, dan dia mulai membuka bajuku pelan.
855Please respect copyright.PENANAw4qWu10JWP
“Kalau ada yang lihat gimana?” tanyaku sambil menggigil, antara takut dan terangsang. “Kalau ada yang lihat, biar mereka tahu betapa kamu dibutuhkan untuk menghangatkan.” jawabnya dengan suaranya berat di telingaku.
Dia menciumi leherku, membuka blouse dan bra, mengisap putingku di celah yang sempit ini, “Nghh… Kevin…” Aku tidak peduli lagi, suara desahanku tertahan tersamar oleh hujan di luar.
Saat dia memasukan penisnya ke dalam tubuhku, dia menatap mataku penuh arti. “Hari ini kamu kerja lembur buat orang lain. Sekarang waktunya aku bikin kamu merasa fresh lagi.”
855Please respect copyright.PENANAq8P6RiPWh6
Dan dia lagi-lagi selalu benar, dalam waktu kurang dari sepuluh menit, aku sudah mencengkram pundaknya dan menggigit bahunya sendiri karena orgasme yang tiba-tiba meledak. “AAAARRGGHHH!!!”
Setelahnya, badanku bersandar kepadanya, dengan keadaan setengah telanjang , memeluk dalam diam.
855Please respect copyright.PENANARsyuC1mYG4
Di lain waktu, kami melakukannya di ruang kerjanya. Studio desainnya sepi malam itu, aku datang membawa draft presentasi, dan entah kenapa, saat melihatku berdiri canggung di depan komputernya, dia mendekat dari belakang dan memelukku.
855Please respect copyright.PENANABnCUWM8uLG
“Tiap kamu pakai kemeja putih gini, rasanya pengen aku robek,” bisiknya sambil menyentuh perutku dari belakang. “Kamu emang nggak capek?” aku setengah menggoda, setengah menantang.
“Capek. Tapi kamu candu, Arum.” Dia membalik tubuhku, menciumku dalam, lalu mengangkat tubuhku ke atas meja kerjanya.
855Please respect copyright.PENANAroBrfjdlTp
Kertas berserakan, laptop nyaris jatuh, dan aku sudah tidak peduli. Dia membuka celanaku dengan cepat, dan sebelum aku sempat bicara, lidahnya sudah menjelajah bagian terdalamku.
Aku menggeliat di atas mejanya, menahan erangan agar tak terdengar ke luar studio. “Mmph… aahhh… Kevin… lebih…dal…” Tangannya mencengkeram pahaku, sementara lidahnya menari-nari di dalamku seperti ia benar-benar ingin tinggal di sana. “Jangan berhenti,” bisikku sambil gemetar.
855Please respect copyright.PENANAy9AQyyAF1l
“Emang niatnya nggak berhenti.” ucapnya dari bawah sana.
855Please respect copyright.PENANAAoW2QHwW02
Setelah aku meledak dalam satu orgasme panjang, “Aaaaaaahhhh!!!” dia bangkit, membuka sabuknya, dan menatapku. “Buka mulutmu.” Aku tahu maksudnya.
855Please respect copyright.PENANAiuwVMxbxyD
855Please respect copyright.PENANAvrHSvo1M2m
***
Baca kisah lengkapnya dari profile penulis
ns216.73.216.117da2