Malam telah larut di Kediaman Aldric. Setelah seharian penuh dengan intrik, pertarungan, dan negosiasi yang melelahkan, Rowan akhirnya kembali ke kamar, pikirannya masih berputar memproses semua informasi yang ia dapatkan.12Please respect copyright.PENANAtsQrn8tbUN
Sebelum tidur, Rowan melepas seragam pengawalnya satu per satu. Kemeja yang basah oleh keringat dari latihannya siang tadi, serta debu dan bau pelabuhan, dilemparkannya ke kursi. Ia melepaskan pedangnya, Kage-Tsurugi, dari pinggangnya dengan gerakan halus, lalu meletakkannya dengan hati-hati di samping ranjang, dalam jangkauan tangannya. Bilah hitam itu berkilau samar di bawah cahaya rembulan yang menembus jendela.12Please respect copyright.PENANAvO808lQ2nd
Ia hanya menyisakan celana panjangnya. Otot-otaknya yang terbentuk sempurna dan bekas luka lama terlihat jelas di bawah kulitnya yang kecoklatan. Ia berjalan ke jendela, menatap ke luar ke arah kota Oakhaven yang kini terlelap. Pikirannya melayang pada Malakor, Valerius, dan 'proyek rahasia' Vortigern. Dendamnya terasa lebih dekat, lebih nyata.12Please respect copyright.PENANAHRsfTjdPDQ
Rowan kemudian melangkah ke ranjang kecil Ia berbaring telentang, membiarkan kelelahan merayapi tubuhnya. Aroma melati yang samar masih tercium di udara, mengingatkannya pada Seraphina . Senyum tipis, penuh makna, terukir di bibirnya. Malam ini adalah awal dari segalanya.12Please respect copyright.PENANATSwA2WjqZC
Ia menutup mata, membiarkan bayangan dan rencana memenuhi benaknya, sebelum akhirnya terlelap dalam tidur yang singkat namun dalam. Ditengah tidurnya, Rowan merasakan sensasi aneh. Sentuhan lembut, namun disengaja, bermain di area selangkangannya. Sensasi itu perlahan membangunkan dirinya dari tidur lelap. Kelopak matanya terbuka perlahan, dan dalam kegelapan rembulan yang samar, ia melihat tangan Seraphina sudah bermain dengan penisnya yang tegap. Jari-jemari lentik wanita itu bergerak dengan keahlian, membelai dan mengelus, membangunkan gairah yang terpendam. Napas Seraphina terdengar pelan di sampingnya, dan aroma melati yang khas kini terasa lebih kuat, memabukkan. Rowan tidak bergerak, hanya mengamati, membiarkan Seraphina melanjutkan aksinya, menunggu untuk melihat seberapa jauh wanita itu akan melangkah.12Please respect copyright.PENANAXIPPYRwn8h
Seraphina mengulum penis Rowan dengan ritme menggoda. Bibirnya yang lembut dan hangat menyelimuti ujungnya, lidahnya yang basah membelai dengan gerakan memutar, lalu perlahan mengisap lebih dalam, menariknya masuk dengan desahan pelan yang nyaris tak terdengar, namun cukup untuk membuat Rowan menegang lebih keras.12Please respect copyright.PENANAE1G65YCSON
Rowan berpura-pura terkejut, tetapi tidak menghentikannya. Napasnya tertahan, matanya menatap langit-langit kamar yang gelap, merasakan setiap sentuhan dan isapan yang membanjiri dirinya. Sensasi panas dan basah itu mengirimkan gelombang kenikmatan yang tajam ke seluruh tubuhnya, mengancam untuk meruntuhkan kendalinya. Ia hanya berbisik: "Lady Seraphina... berani sekali masuk kamar pengawal." Ada nada sarkasme dan godaan dalam suaranya, sebuah tantangan yang ia tahu Seraphina tidak akan bisa tolak.12Please respect copyright.PENANAvo8ucCjErP
Seraphina membalas dengan godaan, suaranya serak karena hasrat, "Aku tak sabar mencicipi ini... setiap incinya. Aku ingin tahu seberapa 'berbahaya' pengawal pribadiku ini, Tuan Rowan." Ia mengangkat kepalanya sedikit, mata berkilat nakal menatap Rowan dalam kegelapan. Lidahnya menjilat bibirnya sendiri, membasahi sisa cairan yang menempel, sebuah gerakan provokatif yang membuat jantung Rowan berdebar lebih kencang. "Dan aku yakin, kau juga tak sabar untuk 'melayaniku', bukan?" Ia kembali menunduk, gerakannya semakin intens, mengulum lebih dalam, mengisap dan membelai dengan lidahnya, membuat Rowan mengerang pelan, sebuah suara yang nyaris tak tertahan.12Please respect copyright.PENANAhUzvNGxthK
Seraphina menyeberangi tubuh Rowan, bergerak dengan anggun namun penuh tujuan. Gaun tipisnya tersingkap, memperlihatkan siluet tubuhnya yang memikat di bawah cahaya rembulan. Ia duduk di atas perut Rowan, merasakan otot-otot keras di bawahnya. Paha basahnya menggosok perut Rowan, mengirimkan sensasi panas yang membakar. Dengan desahan pelan, Seraphina mengangkat pinggulnya sedikit, memposisikan dirinya dengan hati-hati. Vagina lembab dan sudah basahnya kini berada tepat di atas penis Rowan, menggosok ujungnya dengan gerakan memutar yang menggoda.12Please respect copyright.PENANAkirabIS2fY
"Kau tahu, Tuan Rowan," bisik Seraphina, suaranya serak dan penuh janji, matanya berkilat di kegelapan. "Aku suka pria yang tahu apa yang dia inginkan. Dan aku yakin, kita berdua menginginkan hal yang sama malam ini. Sebuah 'pemeriksaan keamanan' yang sangat... mendalam." Ia menggesekkan dirinya sedikit lagi, sentuhan basah dan panas itu membuat Rowan menegang lebih keras. "Apakah kau siap untuk menghadapi bahaya yang sebenarnya, Tuan Pengawal? Aku bisa membuatmu melupakan namamu sendiri."12Please respect copyright.PENANAfeRDTO4MN2
Rowan mendesah, tangannya naik untuk mencengkeram pinggul Seraphina, menariknya lebih dekat. "Nyonya Seraphina," balas Rowan, suaranya rendah dan penuh otoritas, namun juga hasrat yang tak terbendung. "Aku tidak pernah takut pada bahaya. Terutama bahaya yang seindah dirimu. Dan aku yakin, akulah yang akan membuatmu melupakan namamu sendiri malam ini." Ia menggesekkan pinggulnya ke atas, menekan penisnya lebih dalam ke celah Seraphina, merasakan kehangatan dan kelembaban yang membalutnya.12Please respect copyright.PENANAt2fwZvQ7bP
Seraphina terkesiap, sebuah desahan panjang lolos dari bibirnya. "Oh, Tuan Pengawal... jangan hanya bicara. Tunjukkan padaku." Ia melengkungkan punggungnya, mengundang, dan dengan gerakan yang disengaja, ia menurunkan pinggulnya, duduk sepenuhnya di atas penis Rowan, sebuah desahan panjang dan penuh kenikmatan lolos dari bibirnya saat ia merasakan setiap inci kejantanan Rowan memenuhi dirinya.12Please respect copyright.PENANAkFDW6fUnED
Rowan mengerang, merasakan kehangatan dan kelembaban Seraphina yang membalutnya. Sensasi itu luar biasa, membanjiri setiap indranya. Ia mencengkeram pinggul Seraphina lebih erat, mengunci posisinya, dan membiarkan wanita itu yang mengendalikan ritme awal, sebuah permainan kekuasaan yang ia nikmati.12Please respect copyright.PENANAKRzyN8BRLp
Dengan posisi itu, Rowan membangkitkan tubuhnya, menopang dirinya dengan siku, posisi Seraphina masih menduduki kejantanannya. Gaun tipis Seraphina yang tersingkap di bawah tubuhnya terasa seperti penghalang yang mengganggu. Tanpa ragu, Rowan memeluk tubuh Seraphina yang masih terbungkus pakaian tipis itu, jari-jarinya yang kuat mencengkeram kain sutra. Dengan satu gerakan kasar dan mendesak, ia merobek pakaian itu dari belahan dada ke bawah, kainnya berdesir dan jatuh ke samping, memperlihatkan payudara Seraphina yang penuh dan puting yang sudah mengeras di bawah cahaya rembulan yang samar.12Please respect copyright.PENANArkfnkRRVvs
Seraphina terkesiap, matanya membelalak kaget, namun tidak ada ketakutan, hanya campuran kejutan dan gairah yang membara. "Ahh... sudah berapa pakaian yang kau robek, Tuan Pengawal?" desah Seraphina, suaranya serak dan penuh godaan, sebuah senyum licik terukir di bibirnya. "Kau ini benar-benar tidak sabaran, ya?"12Please respect copyright.PENANAJNXxVV4rqN
Rowan tidak menjawab dengan kata-kata. Ia menunduk, menghisap puting Seraphina yang sudah mengeras, lidahnya yang basah membelai dan memutar dengan keahlian, sesekali menggigit lembut, mengirimkan gelombang kenikmatan yang tajam ke seluruh tubuh wanita itu. Tangan yang lain memainkan puting yang satunya, memilin dan menariknya, sementara ibu jarinya mengelus area di sekitarnya.12Please respect copyright.PENANAMCGwdLz4y7
Seraphina melengkungkan punggungnya, sebuah lengkungan yang penuh gairah, mendesah keras saat sensasi itu membanjiri dirinya. Ia mencengkeram rambut Rowan, menariknya lebih dekat, membiarkan ciuman mereka semakin dalam, semakin liar. "Oh, dewa... itu... itu gila, Tuan Pengawal! Lebih... lebih lagi!" bisiknya, suaranya nyaris seperti rintihan, sebuah pengakuan akan dahaga yang tak terpuaskan. Keintiman mereka semakin dalam, bukan hanya fisik, tetapi juga pertukaran kekuasaan yang tak terucapkan, di mana Rowan menegaskan dominasinya dengan setiap sentuhan dan isapan.12Please respect copyright.PENANAEbiElZjMJX
Rowan membiarkan Seraphina mendominasi dengan goyangan yang membuat penis Rowan semakin menjerit. Seraphina menggerakkan pinggulnya dengan ritme yang semakin cepat dan dalam, memantulkan tubuhnya ke atas dan ke bawah, setiap goyangan adalah pukulan kuat yang menghantam titik terdalam di dalam diri Rowan. Sensasi gesekan basah dan panas itu terasa luar biasa, sebuah badai kenikmatan yang tak tertahankan. Rowan hanya mengimbangi gerakan, pinggulnya sedikit terangkat untuk bertemu dengan setiap dorongan Seraphina, membiarkan wanita itu sepenuhnya mengendalikan kecepatan dan kedalaman penetrasi.12Please respect copyright.PENANASxdTK7uoSK
Seraphina mendesah keras, matanya terpejam rapat, rambutnya tergerai di sekitar wajahnya yang memerah. Keringat mulai menetes dari dahinya, bercampur dengan air mata gairah yang samar. Ia mencengkeram bahu Rowan, kuku-kukunya sedikit menancap, sebuah tanda dari intensitas sensasi yang membanjiri dirinya. "Ya! Itu! Lebih cepat! Oh, dewa-dewa! Aku... aku akan...!" desahnya, suaranya tercekat oleh kenikmatan yang memuncak.12Please respect copyright.PENANA4dYx66UnkI
Rowan merasakan setiap kontraksi di dalam Seraphina, setiap desakan yang membalutnya. Ia tersenyum tipis, sebuah senyum kemenangan. Meskipun Seraphina yang mendominasi gerakan, Rowan tahu ia telah memicu badai ini. Ia adalah pusat dari kenikmatan wanita itu, dan itu memberinya kepuasan yang mendalam. Ia mengimbangi setiap goyangan, memastikan bahwa setiap dorongan Seraphina bertemu dengan respons yang sama kuatnya, memperpanjang dan memperdalam sensasi yang membanjiri mereka berdua.12Please respect copyright.PENANAY5LVwiyjKC
"Kau menyukainya, Nyonya?" bisik Rowan, suaranya serak, mencondongkan tubuhnya lebih dekat, bibirnya menyentuh telinga Seraphina. "Kau menyukai setiap sentuhan ini? Setiap dorongan yang membuatmu menjerit namaku?" Ada nada provokatif dalam suaranya, sebuah tantangan untuk mengakui sepenuhnya dominasinya.12Please respect copyright.PENANAeiVpHJInIK
Seraphina tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengangguk liar, tubuhnya bergetar tak terkendali, dan ia menjerit nama Rowan lagi, sebuah jeritan yang penuh dengan kenikmatan dan kepasrahan. Ia melengkungkan punggungnya, mencapai puncaknya, tubuhnya kejang-kejang saat gelombang orgasme yang kuat membanjiri dirinya. Ia ambruk kembali ke dada Rowan, terengah-engah, tubuhnya lemas.12Please respect copyright.PENANAjWWPIZNxFQ
Rowan belum menganggap ini selesai. Dengan gerakan yang tiba-tiba namun terkontrol, ia membalikkan tubuh Seraphina, menempatkannya telentang di bawahnya. Posisi Missionary ini menempatkan Rowan dalam kendali penuh, membiarkan ia mendominasi dengan kekuatan dan ritme. Ia menempatkan kepala penisnya yang masih tegap di bibir vagina Seraphina, menggesek-gesekkan dengan lembut, membiarkan sensasi basah dan panas itu membangun kembali gairah yang baru saja mereda. Aroma melati yang bercampur dengan aroma tubuh mereka yang basah dan aroma manis cairan kenikmatan memenuhi udara, memabukkan indra Rowan. Ia bisa merasakan rasa asin keringat di kulit Seraphina yang kini terasa lebih intens di bawahnya.12Please respect copyright.PENANAE8EDPyVQ7z
Seraphina mendesah, matanya terpejam, bibirnya sedikit terbuka, meracau pelan. "Oh... tidak... lagi... Tuan Pengawal... kau... kau tak kenal ampun..." Suaranya adalah campuran antara protes yang lemah dan permohonan yang tak terucap, sebuah tanda bahwa ia sepenuhnya berada di bawah kendali Rowan. Setiap gesekan membuat tubuhnya menegang, menunggu, mendambakan penetrasi yang akan datang.12Please respect copyright.PENANALOBnGIO8i9
Rowan menyeringai, senyum sadisnya kembali. "Tak kenal ampun, Nyonya? Aku hanya memastikan Anda mendapatkan 'layanan' yang terbaik. Dan ini belum selesai." Dengan satu dorongan kasar dan mendesak, ia menghantam vagina Seraphina dengan kekuatan penuh, menembus jauh ke dalam, membuat Seraphina menjerit keras, sebuah jeritan yang penuh kejutan dan kenikmatan yang mendalam. Sensasi ketat dan hangat yang membalutnya terasa luar biasa, sebuah ledakan gairah yang membanjiri dirinya.12Please respect copyright.PENANAjFptGNsunP
"Sialan...!" Seraphina meracau, tubuhnya melengkung ke atas, mencengkeram bahu Rowan dengan erat. "Ini... ini terlalu banyak...! Aku tidak bisa...!" Namun, ia tidak melawan, justru menggerakkan pinggulnya ke atas untuk bertemu dengan setiap dorongan Rowan, sebuah tanda kepasrahan total pada kenikmatan yang membanjiri dirinya. Suara desahan dan hantaman tubuh mereka memenuhi kamar, berpadu dengan jeritan Seraphina yang kini lebih sering menjadi rintihan penuh gairah. Rowan bisa merasakan rasa manis yang samar di mulutnya, bercampur dengan aroma tubuh Seraphina yang semakin intens.12Please respect copyright.PENANAS8vJxFzyRR
Rowan mencondongkan tubuh, bibirnya menyentuh bibir Seraphina lagi, menciumnya dengan dalam, membiarkan lidahnya menjelajahi setiap sudut mulut wanita itu, merasakan rasa manis bercampur asin dari keringat dan cairan kenikmatan. Ia membiarkan ciuman itu berlanjut, memperdalam keintiman mereka, sementara pinggulnya terus bergerak, mempertahankan ritme penetrasi yang kuat dan mendesak. Seraphina membalas ciuman itu dengan putus asa, tangannya naik untuk membelai wajah Rowan, kuku-kukunya sesekali menggores kulitnya, namun Rowan tidak peduli. Ia hanya fokus pada sensasi yang membanjiri mereka berdua, pada suara desahan Seraphina yang semakin keras, pada aroma tubuh wanita itu yang kini terasa begitu memabukkan.12Please respect copyright.PENANAhZAzF2L4Wo
"Kau... kau adalah dewa kenikmatan, Tuan Pengawal," Seraphina meracau di sela ciuman mereka, suaranya tercekat. "Aku... aku tidak pernah tahu ada yang seperti ini... aku... aku milikmu... sepenuhnya..." Kata-kata itu keluar dari bibirnya tanpa kendali, sebuah pengakuan mutlak atas dominasi Rowan, sebuah penyerahan total. Rowan merasakan setiap kontraksi di dalam Seraphina, setiap desakan yang membalutnya. Ia tersenyum tipis, sebuah senyum kemenangan, dan mempercepat dorongannya, membawa Seraphina kembali ke ambang kenikmatan yang lain. Aroma melati dan keringat yang bercampur dengan aroma manis dari cairan kenikmatan memenuhi seluruh ruangan, menciptakan suasana yang panas dan memabukkan. Rowan bisa merasakan rasa asin keringat di bibirnya, bercampur dengan rasa manis dari kulit Seraphina. Rowan mempercepat gerakannya, tubuh Seraphina semakin kacau, racauan semakin kasar. Otot vagina yang mengencang menandakan Seraphina menuju klimaks. Suara plak-plak dari gesekan kulit dan hantaman tubuh mereka semakin keras, berpadu dengan napas Seraphina yang kini berubah menjadi terengah-engah yang putus-putus. Ia meracau lebih keras, kata-kata yang tak jelas, hanya desahan dan rintihan yang bercampur dengan nama Rowan yang diulang-ulang. Aroma tubuh Seraphina yang intens, bercampur dengan aroma melati dan keringat, memenuhi indra Rowan, memabukkan.12Please respect copyright.PENANA66ub8MNi7f
"Arrghhh...!" desah keras Seraphina, tubuhnya melengkung kuat, mencapai orgasme yang dahsyat. Kontraksi di dalam dirinya terasa seperti gelombang kejut yang membalut penis Rowan, memerasnya dengan kekuatan yang luar biasa. Rowan merasakan sensasi itu, sebuah dorongan kuat yang tak terbendung. Dengan erangan dalam, ia mencabut penisnya dari vagina Seraphina, membiarkan cairan vagina yang hangat dan kental mengalir keluar, menetes di antara paha wanita itu dan membasahi sprei. Suara slurp basah terdengar jelas di keheningan kamar. Aroma melati yang bercampur dengan bau musky dari cairan tubuh mereka kini semakin pekat, sebuah aroma yang memabukkan dan memuaskan. Rowan tidak memberi jeda. Ia segera memasukkan penisnya lagi, kali ini dengan dorongan yang lebih kasar dan mendesak, menembus kembali ke dalam kehangatan dan keketatan Seraphina. Ia mempercepat temponya, setiap dorongan adalah pukulan kuat yang menghantam titik terdalam, membuat Seraphina menjerit dan meracau tak jelas. Rowan merasakan sensasi klimaksnya yang semakin dekat, sebuah tekanan yang membangun di dalam dirinya, menambah cepat gerakannya. Seraphina menyadari itu dengan tenaga yang tersisa, melingkarkan kakinya erat ke tubuh Rowan, menariknya lebih dalam. "Isi rahimku dengan spermamu!" desah Seraphina, suaranya serak, sebuah permohonan yang putus asa. Dengan hentakan keras dan dalam, sperma Rowan keluar, membanjiri rahim dan vagina Seraphina, sebuah pelepasan yang kuat dan memuaskan. "Aahhh..." desah Rowan, suaranya berat, bercampur dengan napas terengah-engah Seraphina. Ia ambruk di atas tubuh wanita itu, membiarkan beratnya menindih Seraphina, merasakan detak jantung wanita itu yang masih berdebar kencang di bawahnya. Kulit mereka yang basah oleh keringat terasa lengket dan panas, bergesekan dengan setiap gerakan kecil. Aroma parfum Seraphina, keringat, dan cairan kenikmatan bercampur menjadi satu, menciptakan aroma yang intens dan memabukkan, memenuhi seluruh indra Rowan.12Please respect copyright.PENANAUcoK49WMqP
Mereka berbaring basah dan lelah, napas masih tersengal, tubuh mereka saling berpelukan erat. Seraphina memeluk Rowan, kepalanya bersandar di dada bidangnya, merasakan detak jantungnya yang kuat dan teratur. Ia mencium bibir Rowan, sebuah ciuman lembut yang kini penuh kelegaan dan kepuasan. Rasa manis bercampur asin dari keringat dan cairan kenikmatan masih tertinggal di lidah mereka, sebuah pengingat akan badai yang baru saja berlalu. Aroma melati dari parfum Seraphina, bercampur dengan bau musky dari tubuh mereka dan aroma manis dari cairan kenikmatan, memenuhi udara di sekitar mereka, menciptakan suasana yang intim dan memabukkan.12Please respect copyright.PENANA5JYE0FxFuC
Rowan membalas pelukan Seraphina, namun setelah beberapa saat, ia menegaskan diri. Ia mengangkat kepalanya sedikit, menatap mata Seraphina dengan tatapan serius, meskipun masih ada kelembutan di dalamnya. "Nyonya," kata Rowan, suaranya rendah dan tegas, "Anda harus kembali ke kamar Anda. Suami Anda, Lord Aldric, akan kembali besok pagi. Kita tidak ingin ada kecurigaan." Ia mengelus lembut rambut Seraphina, jari-jarinya menyisir helai-helai yang basah oleh keringat.12Please respect copyright.PENANAGHhr5sYcGP
Seraphina mendesah, sebuah gumaman protes yang lemah. Ia tahu Rowan benar, namun tubuhnya masih mendambakan kehangatan dan sentuhannya. Ia mengangkat kepalanya, menatap Rowan dengan mata yang berkaca-kaca, bibirnya sedikit cemberut. "Aku tahu, Tuan Pengawal. Tapi... aku tidak ingin pergi. Aku ingin tetap di sini... bersamamu." Ia menggesekkan tubuhnya sedikit, sebuah gerakan yang disengaja untuk memancing Rowan. "Apakah kau yakin tidak ingin 'memeriksa keamanan' lebih lama lagi? Aku bisa membuatmu melupakan waktu, Tuan Rowan." Suaranya penuh godaan, sebuah janji yang tak terucapkan.12Please respect copyright.PENANAv3819KlWg8
Rowan tersenyum tipis, senyum yang kini lebih lembut. Ia menunduk, mencium kening Seraphina. "Aku yakin, Nyonya. Tapi ada waktu untuk segalanya. Dan sekarang, waktunya untuk berhati-hati." Ia menarik diri sedikit, melepaskan pelukannya, meskipun Seraphina masih enggan melepaskannya. "Pergilah. Aku akan memastikan tidak ada yang melihat Anda. Dan ingat, Nyonya... rahasia yang Anda berikan tadi malam... itu sangat berharga. Aku akan menagih rahasia-rahasia lain yang kau janjikan, di lain waktu." Ada nada janji dalam suaranya, sebuah godaan yang terselubung, memastikan Seraphina akan kembali.12Please respect copyright.PENANAQ2iYDkwfQY
Seraphina menghela napas panjang, akhirnya mengangguk. Ia tahu ia tidak bisa melawan keinginan Rowan. Ia bangkit dari ranjang dengan enggan, tubuhnya yang lelah dan basah terasa dingin saat terpisah dari kehangatan Rowan. Ia memungut gaun tidurnya yang robek, lalu melangkah menuju pintu, sesekali menoleh ke belakang, menatap Rowan dengan tatapan yang penuh hasrat dan kerinduan. "Sampai nanti, Tuan Pengawal," bisiknya, suaranya serak, sebuah janji yang tak terucapkan.12Please respect copyright.PENANABZaXgyoefl
Rowan hanya menyeringai. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia akan memberikan kesenangan yang Seraphina inginkan, dan sebagai gantinya, ia akan menguras setiap rahasia yang wanita itu miliki.12Please respect copyright.PENANAxJCxdnij2B
Pagi yang Dingin dan Gerombolan yang Mengerikan12Please respect copyright.PENANAEGV8vftvU2
Rowan terlelap dalam tidur yang singkat namun dalam. Pagi harinya, ia terbangun oleh suara gemuruh samar dari luar. Bukan suara kota yang biasa, melainkan derit roda yang berat, ringkikan kuda, dan suara-suara kasar yang tidak asing. Ia segera mengenakan kembali seragam pengawalnya, menyarungkan Kage-Tsurugi, dan melangkah menuju jendela.12Please respect copyright.PENANAhaENQGik8l
Cahaya fajar baru saja menyingsing, mewarnai langit dengan semburat oranye dan ungu. Di jalanan di depan Kediaman Aldric, sebuah gerombolan besar sedang melintas. Bukan gerombolan pedagang atau bangsawan, melainkan konvoi yang dijaga ketat oleh prajurit berseragam Vortigern, lambang ular bermahkota terukir jelas di baju zirah mereka.12Please respect copyright.PENANAq3jyVl30YD
Di tengah konvoi itu, beberapa gerobak besar yang tertutup terpal bergerak perlahan. Namun, dari celah-celah terpal yang terbuka, Rowan bisa melihat pemandangan yang membuat Ki-nya bergejolak dan amarahnya mendidih. Di dalam gerobak-gerobak itu, beberapa orang dikurung seperti binatang. Wajah mereka pucat, mata mereka memancarkan ketakutan yang dalam, dan tubuh mereka terlihat lemah dan kotor. Beberapa di antaranya adalah wanita dan anak-anak, meringkuk ketakutan di sudut gerobak. Mereka adalah "pengiriman" yang disebutkan Seraphina, korban-korban yang akan digunakan untuk ritual mengerikan Vortigern.12Please respect copyright.PENANAnsHRqreCxx
Rowan merasakan amarahnya melonjak, sebuah gelombang panas yang membakar di dalam dirinya. Ini adalah pemandangan yang terlalu familiar, pemandangan yang mengingatkannya pada kehancuran keluarganya sendiri. Tangannya mengepal erat, buku-buku jarinya memutih. Setiap serat dalam dirinya berteriak untuk menyerbu, untuk membebaskan mereka, untuk membantai setiap prajurit Vortigern yang ada di sana.12Please respect copyright.PENANAjQQQxGJymF
Namun, ia menahannya. Wajahnya tetap datar, matanya tajam dan dingin, tidak menunjukkan gejolak emosi yang mengamuk di dalam dirinya. Ia tahu, menyerang sekarang akan menjadi tindakan bodoh. Ia akan mati sia-sia, dan orang-orang itu tidak akan pernah diselamatkan. Ini bukan waktunya.12Please respect copyright.PENANAAWwBZasupU
Rowan menatap gerobak-gerobak itu hingga menghilang di tikungan jalan, bayangan mereka memudar di bawah cahaya pagi. Amarahnya tidak mereda, justru semakin meningkat, namun ia menguncinya rapat-rapat di dalam dirinya, mengubahnya menjadi tekad yang lebih kuat. Ini adalah bahan bakar untuk misinya. Ini adalah alasan mengapa ia ada di sini.12Please respect copyright.PENANAxhd3Cpuh9j
"Vortigern," gumam Rowan, suaranya rendah dan penuh janji. "Kalian akan membayar mahal untuk ini. Setiap jiwa yang kalian sentuh, setiap tetes darah yang kalian tumpahkan... akan kubalas seribu kali lipat."12Please respect copyright.PENANAM3eynPBLLA
Tak lama kemudian, suara derap kaki kuda dan derit roda yang lebih teratur kembali terdengar dari kejauhan. Kali ini, itu adalah rombongan Lord Aldric yang baru saja kembali dari perburuan budak mereka. Konvoi itu lebih kecil dari yang pertama, namun tidak kalah mengerikan. Gerobak-gerobak kayu yang sama, tertutup terpal lusuh, terlihat jelas di belakang kereta Lord Aldric. Dari celah-celah terpal, rintihan-rintihan lemah dan suara gesekan rantai terdengar samar, mengoyak keheningan pagi. Bau anyir darah dan kotoran tercium samar di udara, bercampur dengan aroma tanah basah dan keringat kuda. Pemandangan yang sama persis seperti yang dilihat Rowan sebelumnya, namun kali ini, ia adalah bagian dari kediaman yang menerima "kiriman" ini.12Please respect copyright.PENANAgT9KF8aMEZ
Lord Aldric, dengan wajah lelah dan sedikit kesal, turun dari keretanya. Ia melihat Rowan berdiri di dekat gerbang. "Pengawal!" panggil Aldric, suaranya serak. "Kau di sana! Bantu Gareth mengurus 'barang-barang' ini. Pastikan mereka semua masuk ke tempat penampungan dengan aman. Dan jangan sampai ada yang mencoba melarikan diri. Aku tidak ingin ada masalah."12Please respect copyright.PENANAQHQvGcqJnJ
Gareth, yang baru saja tiba dengan rombongan, mengangguk pada Aldric, lalu menoleh ke arah Rowan. "Kau dengar itu, Pengawal? Bantu aku. Kita harus segera memindahkan mereka ke ruang bawah tanah. Pastikan tidak ada yang melihat mereka terlalu lama." Nada suara Gareth tegas, tidak ada ruang untuk perdebatan.12Please respect copyright.PENANAnLrtXcAj2U
Rowan mengangguk, ekspresinya datar. Di dalam dirinya, amarahnya bergejolak seperti badai yang terkurung. Ia bisa merasakan Ki-nya berdenyut, mendesak untuk dilepaskan, untuk menghancurkan setiap rantai, setiap gerobak, setiap prajurit Vortigern yang ada di sana. Sensasi jijik dan kemarahan membakar tenggorokannya, namun ia menelannya, menguncinya rapat-rapat di balik topeng ketenangan. Ia melangkah maju, mendekati gerobak-gerobak itu, setiap langkahnya adalah perjuangan melawan instingnya sendiri. Ia bisa melihat wajah-wajah ketakutan di balik jeruji, mata-mata yang memohon pertolongan, dan ia merasakan sentuhan dingin dari rasa bersalah yang menusuk. Aroma tubuh mereka yang kotor dan bau busuk dari kondisi mereka yang menyedihkan semakin memperkuat tekadnya.12Please respect copyright.PENANAGQJne05DCm
Ia mulai membantu para pengawal lain, menarik gerobak, membuka kunci, dan mengawal para tawanan yang lemah dan gemetar. Setiap sentuhan pada rantai, setiap tatapan pada mata yang putus asa, adalah pengingat akan apa yang telah terjadi pada keluarganya, dan apa yang harus ia hentikan. Ia bergerak dengan efisien, tanpa emosi, seperti mesin, namun di dalam dirinya, api dendam semakin membara. Ini bukan hanya tentang balas dendam. Ini tentang menyelamatkan orang-orang ini, dan menghentikan Vortigern selamanya.12Please respect copyright.PENANAoTgNRJcV8z
Sepanjang siang itu, Rowan dan para pengawal lainnya sibuk mengurusi 'kiriman' baru. Suara gesekan rantai, rintihan pelan dari para tawanan, dan perintah kasar dari Gareth memenuhi halaman belakang. Rowan bekerja tanpa henti, wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun setiap kali ia harus menyentuh salah satu tawanan yang lemah, atau melihat tatapan kosong di mata mereka, amarahnya semakin memuncak. Ia bisa merasakan tekstur kulit mereka yang kotor dan kasar di bawah sentuhannya, dan aroma ketakutan yang bercampur dengan bau tubuh yang tidak terawat. Beberapa tawanan terlalu lemah untuk berjalan, dan Rowan harus menggendong mereka, merasakan berat tubuh mereka yang kurus, dan panas demam yang samar. Gumaman dan racauan pelan terdengar dari bibir mereka, kata-kata yang tidak jelas, namun penuh penderitaan. Ia menahan diri untuk tidak berbicara, hanya mengangguk pada perintah, membiarkan diamnya berbicara lebih keras daripada kata-kata. Ia bisa merasakan tekanan jari-jarinya pada rantai yang dingin, dan reaksi tubuhnya sendiri yang menegang setiap kali ia harus berinteraksi dengan pemandangan mengerikan itu. Campuran keringatnya sendiri, bau tanah, dan aroma anyir dari 'kiriman' itu terus menusuk hidungnya, sebuah pengingat konstan akan kekejaman yang sedang ia saksikan.12Please respect copyright.PENANAUhNZjB105K
Ketika matahari mulai terbenam, tugas itu akhirnya selesai. Para tawanan telah dikurung di ruang bawah tanah, dan halaman belakang dibersihkan dari jejak-jejak mengerikan. Keheningan yang aneh kini menyelimuti Kediaman Aldric, sebuah keheningan yang terasa lebih berat daripada kebisingan sebelumnya.12Please respect copyright.PENANA8Tn2qzaXGI
Malam harinya, untuk merayakan 'keberhasilan' perburuan budak mereka, Lord Aldric mengadakan pesta kecil di aula utama kediaman. Musik lembut dimainkan oleh para musisi, pelayan mondar-mandir membawa nampan berisi anggur mahal dan hidangan lezat. Para bangsawan kecil dan pejabat kota yang memiliki koneksi dengan Lord Aldric berkumpul, tertawa dan berbincang, seolah tidak ada yang aneh terjadi di siang hari. Aroma parfum mewah, anggur, dan makanan panggang memenuhi udara, menciptakan kontras yang tajam dengan bau anyir yang masih tercium samar di indra Rowan.12Please respect copyright.PENANASysRu7Nt6M
Rowan berdiri di salah satu sudut aula, mengenakan seragam pengawal barunya yang rapi. Ia tidak minum atau makan, hanya mengamati. Matanya menyapu keramaian, mencari celah, mencari petunjuk. Ia melihat Lord Aldric tertawa terbahak-bahak, membual tentang 'keberhasilan' perburuannya, wajahnya memerah karena anggur dan kepuasan. Gareth berdiri di sampingnya, mengangguk setuju, meskipun ada sedikit kelelahan di matanya.12Please respect copyright.PENANA1cRgAi4tgY
Di tengah keramaian itu, pandangan Rowan tertuju pada seseorang yang menyendiri. Seorang pria muda, mungkin berusia awal dua puluhan, berdiri di dekat jendela, membelakangi keramaian. Dia mengenakan pakaian bangsawan yang rapi, namun ekspresinya terlihat muram, matanya menatap kosong ke luar jendela, seolah ia tidak ingin berada di sana. Dia tidak minum, tidak makan, dan tidak berbicara dengan siapa pun. Ada aura ketidaknyamanan yang jelas di sekelilingnya, sebuah kontras yang mencolok dengan suasana pesta yang riang. Wajahnya pucat, dan bibirnya sesekali bergetar, seolah menahan sesuatu. Rowan bisa merasakan Ki-nya berdenyut samar, sebuah indikasi bahwa pria itu memiliki semacam kepekaan atau empati yang tidak biasa di antara kerumunan ini.12Please respect copyright.PENANA5gJm8RDqaO
Rowan memperhatikan pria itu dengan saksama. Siapa dia? Mengapa dia tidak merayakan 'keberhasilan' perburuan ini seperti yang lain? Apakah dia juga merasa jijik dengan kekejaman Vortigern? Atau ada alasan lain di balik kesendiriannya? Rowan memutuskan untuk mendekatinya. Mungkin pria ini adalah kunci lain untuk mendapatkan informasi.12Please respect copyright.PENANAAB2Yj794fw
Rowan melangkah santai melintasi aula, menghindari kerumunan yang riuh. Ia mendekati pria muda di dekat jendela, mengamati punggungnya yang tegang. Ada sesuatu yang rapuh namun bertekad dalam postur pria itu, sebuah kontras yang menarik perhatian Rowan.12Please respect copyright.PENANAXIBMc3epmU
"Malam yang indah, bukan?" sapa Rowan, suaranya tenang, tidak terlalu keras agar tidak menarik perhatian. "Meskipun aku ragu kau menikmatinya."12Please respect copyright.PENANARtH9US6gc2
Pria muda itu tersentak, sedikit terkejut dengan kehadiran Rowan. Ia menoleh perlahan, matanya yang gelap menatap Rowan dengan sedikit kewaspadaan, lalu beralih ke seragam pengawal yang dikenakan Rowan. "Aku... aku tidak tahu siapa kau," katanya, suaranya rendah dan sedikit serak. "Dan aku tidak yakin ada yang perlu dinikmati dari pesta ini."12Please respect copyright.PENANARGfsvVVg73
Rowan tersenyum tipis, senyum yang ramah namun menyimpan banyak makna. "Namaku Rowan. Aku pengawal baru di kediaman ini. Dan kau benar, tidak banyak yang bisa dinikmati di sini, kecuali jika kau punya selera yang aneh terhadap kemunafikan dan kemewahan yang busuk." Ia mengulurkan tangannya. "Dan namamu, Tuan?"12Please respect copyright.PENANAB1FKLVUrw4
Pria muda itu ragu sejenak, lalu membalas uluran tangan Rowan. Sentuhannya dingin, dan genggamannya lemah. "Lucius. Lord Lucius," jawabnya, suaranya masih terdengar muram.12Please respect copyright.PENANAGQoI3s5Nhr
"Lord Lucius," Rowan mengulang, mengangguk hormat. "Senang bertemu denganmu. Aku perhatikan kau menyendiri. Apakah ada yang membuatmu tidak senang di pesta ini? Atau mungkin... ada hal lain yang memberatkan pikiranmu?" Rowan mencondongkan tubuh sedikit, suaranya merendah, menunjukkan bahwa ia bersedia mendengarkan.12Please respect copyright.PENANAwADMnXQzz0
Lucius mendesah, matanya kembali menatap ke luar jendela yang gelap. "Tidak ada yang membuatku senang di sini, Tuan Rowan. Tidak ada." Ia berhenti sejenak, seolah menimbang kata-katanya. "Melihat mereka... merayakan ini. Merayakan penderitaan orang lain. Merayakan keserakahan mereka sendiri." Suaranya kini dipenuhi dengan kepahitan yang jelas. "Sistem ini... ini busuk. Para bangsawan yang hanya memikirkan kekuasaan dan keuntungan, menginjak-injak siapa pun yang lemah. Mereka menyebutnya 'keseimbangan', tapi itu hanya alasan untuk menindas."12Please respect copyright.PENANAPbGo7b6KY5
Rowan merasakan Ki-nya berdenyut. Pria ini tidak hanya peka, ia juga memiliki hati nurani. Ini adalah sekutu potensial. "Aku mengerti perasaanmu, Lord Lucius," kata Rowan, suaranya tulus, mengesampingkan nada sarkasmenya. "Aku juga membenci keserakahan. Aku membenci sistem yang rusak ini. Sistem yang menghancurkan orang-orang yang tidak bersalah, demi keuntungan segelintir orang." Ia menatap Lucius, mencoba membangun koneksi yang lebih dalam. "Apakah kau pernah berpikir... untuk melakukan sesuatu tentang itu?"12Please respect copyright.PENANAcq3EiCBXtY
Lucius menoleh, matanya membelalak sedikit, terkejut dengan keterusterangan Rowan. Ada kilatan harapan yang samar di sana, namun juga ketakutan. "Melakukan sesuatu? Apa yang bisa dilakukan? Kita hanya... pion dalam permainan mereka. Mereka terlalu kuat. Terlalu banyak." Suaranya terdengar putus asa.12Please respect copyright.PENANAJhvC4Qw8h1
"Pion bisa menjatuhkan raja, Lord Lucius," balas Rowan, suaranya rendah dan penuh keyakinan. "Jika pion itu tahu cara bergerak dengan benar. Dan jika ia punya sekutu yang tepat." Ia menatap Lucius dengan tatapan yang menantang, sebuah undangan yang jelas. "Aku tidak tahu apa yang telah kau lihat atau alami, Lord Lucius. Tapi aku tahu, ada banyak orang yang merasakan hal yang sama sepertimu. Orang-orang yang lelah dengan sistem ini. Dan mereka mungkin hanya butuh sedikit dorongan... atau sedikit bantuan."12Please respect copyright.PENANAH050yltSaz
Lucius menatap Rowan, matanya menyipit, mencoba membaca niat di balik kata-kata pengawal baru ini. Ada sesuatu yang berbeda dari Rowan, sesuatu yang kuat dan berbahaya, namun juga... jujur. Ia merasakan Ki Rowan yang samar, sebuah kekuatan yang belum pernah ia temui sebelumnya.12Please respect copyright.PENANA1xFQVpwmza
"Kau... kau berbicara seperti seorang revolusioner, Tuan Rowan," bisik Lucius, nadanya masih ragu, namun ada ketertarikan yang jelas. "Apakah kau benar-benar berpikir ada harapan?"12Please respect copyright.PENANAbjel5pZEWe
Rowan tersenyum tipis, senyum yang kini lebih mirip seringai predator. "Harapan selalu ada, Lord Lucius. Terutama bagi mereka yang berani mencarinya. Pertanyaannya, apakah kau cukup berani untuk mencarinya bersamaku?"12Please respect copyright.PENANA0fsYy87KSl
Rowan mencondongkan tubuh lebih dekat, suaranya merendah hingga nyaris berbisik, agar hanya Lucius yang bisa mendengarnya di tengah kebisingan pesta. "Aku tahu kekejaman para penguasa ini, Lord Lucius. Aku tahu bagaimana mereka menghancurkan hidup orang-orang demi ambisi dan kesenangan mereka sendiri. Aku telah melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, dan aku tidak akan tinggal diam." Matanya memancarkan api yang dingin, sebuah tekad yang tak tergoyahkan. "Aku di sini untuk menghentikan mereka. Untuk meruntuhkan sistem busuk yang mereka bangun. Dan aku butuh bantuan. Bantuan dari orang-orang yang memiliki hati nurani, yang berani melihat kebenaran, dan yang lelah dengan penindasan ini."12Please respect copyright.PENANAYbSOzROSQB
Rowan menarik diri sedikit, tatapannya menantang namun penuh harapan. "Aku menawarkanmu sebuah kesempatan, Lord Lucius. Kesempatan untuk menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar. Kesempatan untuk benar-benar membuat perbedaan. Aku tidak akan memaksamu, tentu saja. Tapi jika kau setuju, kita bisa membicarakan detailnya besok. Malam ini, aku punya urusan yang harus kuselesaikan. Urusan yang akan membawaku lebih dekat pada tujuan kita." Ia mengedipkan mata, senyum tipis kembali ke bibirnya. "Jadi, bagaimana, Lord Lucius? Apakah kau bersedia mempertimbangkan tawaranku? Apakah kau bersedia menjadi sekutuku dalam kegelapan ini?"12Please respect copyright.PENANA88U7VBEYHl
Lucius menatap Rowan, matanya yang gelap kini memancarkan campuran antara ketakutan dan secercah harapan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia bisa merasakan kejujuran dalam kata-kata Rowan, dan kekuatan yang terpancar dari pengawal baru ini. Ini adalah tawaran yang berbahaya, sebuah jalan yang bisa membawanya pada kehancuran, namun juga satu-satunya kesempatan untuk mengubah sesuatu yang ia benci. Ia melihat ke sekeliling aula yang riuh, pada tawa-tawa hampa para bangsawan, dan pada Lord Aldric yang mabuk, dan ia tahu ia tidak bisa terus hidup seperti ini.12Please respect copyright.PENANAJD3AzFUiad
Ia menghela napas, sebuah desahan yang panjang dan berat, seolah melepaskan beban yang telah lama ia pikul. "Aku... aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, Tuan Rowan," bisik Lucius, suaranya bergetar, namun ada tekad yang baru di dalamnya. "Ini... ini gila. Tapi... aku lelah. Aku lelah melihat semua ini. Aku lelah merasa tidak berdaya." Ia menatap Rowan, matanya kini dipenuhi dengan tekad yang membara. "Aku tidak tahu apa yang bisa kubantu, tapi... ya. Aku setuju. Aku akan menjadi sekutumu. Aku akan melakukan apa pun yang kubisa."12Please respect copyright.PENANAgLHQbV0DOs
Senyum tipis, penuh kemenangan, terukir di bibir Rowan. "Bagus, Lord Lucius. Keputusan yang bijaksana. Dan percayalah, kau bisa membantu lebih dari yang kau kira." Ia mengulurkan tangannya lagi, kali ini dengan genggaman yang lebih kuat dan tegas. "Sampai besok, kalau begitu. Aku akan mencarimu di pagi hari. Dan kita akan mulai merencanakan kehancuran mereka."12Please respect copyright.PENANA1jKjhHcjqc
Lucius membalas genggaman tangan Rowan, merasakan kekuatan yang terpancar dari pemuda itu. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia merasakan secercah harapan. Ia mengangguk, sebuah janji yang tak terucapkan. Rowan berbalik, melangkah menjauh dari Lucius, menghilang di tengah keramaian pesta, meninggalkan Lucius sendirian di dekat jendela, namun kini dengan beban yang sedikit terangkat dan tujuan yang baru.12Please respect copyright.PENANAE1DkMyKWuv
12Please respect copyright.PENANALVrX0OZm7R