Lumina sedang kebingungan.
Sebelum Reichi pergi, ia disuruh untuk diam di tempat dan di tempat itu pula terdapat semacam lingkaran sihir teleportasi.
Kemungkinan Reichi berniat kembali kemari setelah Lune berhasil diselamatkan.
Masalahnya Lumina sekarang sedang diserang.
Penyerangnya adalah zombie dengan kemampuan serangan jarak jauh.
Lumina adalah seorang petarung jarak dekat, seorang Valkyrie.
Ia menggunakan kelincahan tubuh dan kekuatan senjata untuk menumbangkan lawannya.
Bisa dikatakan menghindar adalah salah satu keahlian Lumina.
Tapi tidak peduli seberapa jago seseorang dalam menghindar, pada akhirnya mereka pasti terkena serangan.
*Bam*
Lumina melompat ke samping.
*Bam* *Klang*
Ia juga bisa menggunakan pedang besarnya sebagai tameng.
Tapi kau tidak bisa memenangkan pertarungan hanya dengan menghindar.
Dua orang zombie biasa yang sejak tadi mendekat akhirnya masuk jangkauan serangan Lumina, dan gadis itu segera menebas leher salah satu zombie.
Tebasan itu kemudian diikuti oleh suara tembakkan yang begitu pelan, kalau Lumina bukan were-fox dia tidak akan bisa mendengarnya.
Karena nyawanya bergantung pada menghindar, seorang Valkyrie tidak mengenakan armor berat, dan meskipun senjata mereka berat---Lumina menendang satu zombie lagi untuk melontarkan tubuh dirinya ke samping, agar serangan tanpa suara tadi meleset.
---Valkyrie menjembatani hal itu dengan teknik yang hebat.
Valkyrie adalah kelas yang sulit. Kau yakin Lumina bisa lulus, Lambda?
Aku percaya pada Lumina-chan. Dia benar-benar lincah tadi.
Gadis Valkyrie itu teringat sebuah percakapan tentang dirinya.
Dia bersembunyi demi menguping percakapan antara Reichi dan tuannya.
Aku ingin menjadi seorang Valkyrie, kau tau? Tapi aku gagal. Karena itu aku jadi Mage.
Reichi... setiap orang punya kelebihan kekurangan mereka masing-masing.
Lumina mendarat dengan satu kaki, lalu kembali melompat dan melempar senjatanya ke satu zombie yang dekat dengannya.
Pedang besar itu membelah kepala zombie itu.
*Bam*
Tubuh zombie itu terjatuh lemas, sedangkan Lumina sedikit melangkah ke kiri untuk menghindar dari tembakan musuh.
*Bam* *Bam*
Karena pedang berat itu sudah dibuang, gadis Valkyrie itu jadi jauh lebih lincah dari sebelumnya.
Zombie yang menembaknya bertambah, begitupun dengan kecepatan menghindar Lumina.
Gadis itu menari menghindari setiap tembakan yang di arahkan padanya tanpa meleset sedikitpun.
Hal yang ada pada pikiran gadis itu sekarang adalah Ini mengingatkanku pada ujian kelulusan...
Dia disuruh untuk menghindar dari beberapa orang pemanah sihir.
Kalau kupikir lagi, panah mereka juga benar-benar cepat.
Kurang lebih sama seperti serangan yang dilontarkan zombie-zombie ini.
Dan tarian itu berlanjut, hingga kegelapan malam tiba.
Meski cahaya sudah lenyap, dan gadis berambut merah itu masih berdiri tanpa luka yang berarti.
Terdapat beberapa goresan kecil di pipi, bahu, lengan, dan kakinya namun itu tidak akan memengaruhi apa-apa.
Gadis itu masih berdansa menghindari tembakkan lima, tidak, enam zombie.
Ketika melihat beberapa zombie biasa--zombie petarung jarak dekat mendekat, Lumina mengubah arah menghindarnya.
Seolah sihir yang sudah kehabisan waktu, energi sihir keluar dari tubuh Lumina.
Sepasang telinga serigala muncul, atau lebih tepatnya, terlihat di kepala Lumina. Dan bila seseorang cukup pandai melihat dibalik kegelapan, maka dia akan melihat sebuah ekor juga muncul di rok Lumina.
"[Physical: Boost]"
Pedang besar yang sudah dalam jangkauan tangan Lumina tiba-tiba lenyap--terangkat oleh seorang setengah-serigala dan ditebaskan ke satu, dua, tiga leher manusia hijau.
Tebasan yang memotong leher manusia seolah memotong sayuran itu berlanjut.
Lumina dua kali lipat lebih cepat dari sebelumnya, ia menghindar dan meyerang balik dengan serangan yang kuat.
Sudah kubilang kan, Lambda. Valkyrie itu sangat kuat.
Hal yang terbesit pada pikiran gadis itu adalah perkataan Reichi ketika melihat dirinya beraksi untuk pertama kalinya.
#/#
Setelah menenangkan Lune, Reichi kembali mengambil sebuah gulungan sihir untuk teleportasi ke tempat Lumina.
Di saat yang sama, Lune sedang bertahan dari beberapa tembakan musuh dengan tameng besarnya.
Suara besi *klang* sering terdengar, mengingatkan mereka tentang jumlah zombie yang ada di kota ini.
Teringat akan kondisi tubuhnya sendiri, Reichi kemudian mendekat dan berbisik ke Lune.
"Kita akan pergi. Aku cukup mengantuk, jadi hemat tenagamu."
Lune mengangguk. Reichi kemudian menarik Lune mendekat dan mengaktifkan sihir yang tersimpan dalam gulungan sihir itu.
[Spatial: Marked Teleport]
Pemandangan yang asalnya kota berubah menjadi penuh pepohonan, karena Lune dan Reichi telah berpindah ke hutan tepat di luar kota.
Apa yang menanti mereka adalah, seorang setengah-serigala yang kehabisan napas dan sebuah zombie raksasa.
Zombie itu sedikit lebih besar daripada yang ada di kastil.
Keduanya sedang bertarung dalam jarak dekat.
Saat itu juga Reichi merasakan sakit di kepalanya, sebuah gejala yang terjadi ketika terlalu banyak menggunakan mana.
"Lune... bantu Lumina."
Lune tidak menunggu hingga Reichi selesai bicara, ia segera menuju Lumina dan membantunya melawan zombie besar.
"Tidak, tunggu. Ada puluhan zombie sedang kemari... kita harus kabur."
Setelah menggunakan deteksi Reichi segera memberi perintah.
"Reichi, wajahmu terlihat parah. Apa kau masih bisa lanjut?"
"Dimengerti. Lune dan aku akan menghabisi makhluk ini dulu."
Lune mengkhawatirkan Reichi, sedangkan Lumina hanya fokus pada musuhnya.
Reichi segera mengaktifkan salah satu sihir untuk melarikan diri.
Dia takut sihirnya tidak akan bekerja karena ia terlalu banyak menggunakan sihir tapi dengan benda ini, pikirnya, pasti akan bekerja.
Lumina menahan serangan pukulan zombie besar itu dan Lune dengan cepat segera meledakkan kepala zombie itu dengan Telekinesis.
Melihat pertarungan sudah selesai, Reichi mengisyaratkan pada mereka dengan suara yang pelan.
"Mendekatlah. Kita akan teleport."
Keduanya, meski dengan enggan, setuju dan mendekat ke Reichi.
Karena mereka tidak akan bisa menang melawan puluhan zombie sekarang.
Pilihannya hanya satu, yaitu kabur.
Begitulah inti dari pemikiran ketiga orang itu, tapi satu memiliki pemikiran yang lebih dalam lagi.
"LRT"
[Spatial: Long-Range Teleport]
Tidak ada cahaya, tidak ada apa-apa. Teleportasi milik Reichi bukanlah sihir yang memiliki efek yang cantik.
Sekelilingmu tiba-tiba berubah menjadi tempat lain. Hanya itu saja efek dari sihir teleportasi seorang Time Mage.
Ketiganya berpindah tempat ke sebuah hutan yang sepi, terlalu sepi hingga suara Reichi yang tumbang ke semak-semak menjadi begitu berisik.
""Reichi"-sama"
Kedua gadis sontak langsung menghampiri Reichi, namun sebelum sempat menyentuh tubuhnya, segumpal cahaya hitam muncul dari tubuh Reichi dan seolah menelannya,
Reichi lenyap dari tempat itu.
"A-apa itu?"
Lumina terkejut dan tidak sengaja berteriak. Dia mencari semak-semak itu, tapi tidak ada apa-apa disana selain sebuah buku sihir yang tidak sengaja dijatuhkan Reichi.
"Anomali... ketika Time Mage terlalu banyak menggunakan sihir, hal-hal aneh akan terjadi padanya."
Jawaban Lune membuat Lumina menjadi lebih tidak sabar lagi.
"Apa yang terjadi pada Reichi-sama?"
"Aku tidak tau... tapi Kujou mungkin tau sesuatu."
Lumina kemudian mengambil sebuah gulungan sihir, dan dengan itu sebuah alat komunikasi muncul.
"Halo, Kujou-sama? Oh Rana. Ini darurat, tolong sambungkan dengan Kujou-sama..."
Angin malam berhembus membuat dedaunan bersuara.
Angin itu terasa sangat dingin bagi Lumina dan Lune.39Please respect copyright.PENANACbdItlnJnZ