"—Semoga berkat sang dewi menyertaimu..."
Di sebuah kabin tua yang terlihat akan runtuh kapan saja, suara lembut seorang gadis terdengar.
Tertutup dengan kain usang yang berdebu, tulang tengkorak manusia itu tampak seperti mengakhiri kisahnya dengan putus-asa. Terbaring dengan lemah di atas kasur yang kotor. Sendirian di sebuah kabin tua, di dalam hutan yang jauh dari pemukiman manusia.
"Mereka yang percaya akan cahaya, akan mendapatkan penerangan... Mereka yang percaya akan keadilan, akan mendapatkan keadilan hidup yang setara... Mereka yang mendambakan kekuatan, serta harapan, akan mendapatkan hasil yang mereka inginkan... Dan mereka yang mempunyai kehidupan, pada akhirnya akan kembali ke tanah. 97Please respect copyright.PENANAeXPp9WNVTM
Berkah dari sang Ibu pertiwi, Gaia... Menyertai semua kehidupan di dunia ini.
Hamba yang tak berdaya ini, hanya menjadi perantara bagi Dia, yang telah tiada. Memberikan pengakhiran yang layak, bagi anak-anakmu yang telah pergi...
Dan dengan itu saya berdoa untuk keselamatan dan pengampunan untuk Ia yang telah tiada....."
Selayaknya seorang biarawati berhati suci yang taat pada ajaran kepercayaannya, gadis itu memberikan penghormatan yang begitu dalam, pada apa yang tersisa dari cerita kehidupan seorang pria yang berakhir sendirian, tanpa ada seorang pun yang mengetahuinya. Dalam sudut kabin yang redup, di antara bayang-bayang yang menari, dia duduk dengan sikap yang tenang dan penuh pengabdian. Bersimpuh, punggungnya tegak namun rileks. Tangan-tangannya bertaut di depan dada dalam posisi anjali mudra, sementara matanya yang lembut dan tulus terpejam dalam doa yang terhanyut dalam keabadian.
[ Soul Liberation Rite ]
Upacara pengantaran jiwa telah dilakukan, bersamaan dengan cahaya ilahi dari sang Ibu Pertiwi. Gaia, yang memberkati anak-anaknya.
*Fwoohss....
Cahaya samar dari perapian yang menyala pun terlihat semakin redup, namun bukan karena kayu bakar yang telah habis di makan oleh api menjadi abu, namun karena cahaya hijau muda yang membawa aura kehidupan yang semakin terang. Datang melalui si gadis, yang berdoa.
Rambut hitam panjangnya terurai seperti aliran air yang mengalir, menyentuh lantai kabin yang berdebu. Dengan mata yang terpejam dalam keheningan doa, ia mulai merasakan kehadiran alam yang mulai menyelimutinya. Angin malam mengalir melalui celah-celah jendela tua membawa dinginnya malam yang sendu.
"...."
Dengan begitu, biarawati muda itu berdiri. Meraih ujung seprei, menariknya dengan pelan— membawa tulang belulang itu dalam bungkusan kain putih yang menghitam menuju perapian.
[ Soul Liberation Rite - Cremation ]
*—Fwwoohhmm!
Api berkobar membakar tulang-belulang, percikan terang mengapai ujung dari atap cerobong asap, merah membara menerangi seisi kabin yang gelap. Seperti bagian dari cahaya sendu menghangatkan, menenangkan.
"........"
Biarawati muda itu. Duduk dengan ekspresi kosong menatap proses kremasi yang sudah hampir selesai. Seperti sesuatu terlintas di dalam benaknya, namun itu hanya bagian dari ingatan yang sudah terkubur jauh di masa lalu...
Bagaimanapun, ia sudah melewati hari yang melelahkan.
Seiring waktu terlewati, sang biarawati muda pun mulai menutup kedua matanya. Dan dalam keheningan malam yang hanya di temani oleh kobaran api berderak, ia tertidur.
[ Renaya - Half Succubus - Level 3 (Level Up!) ]
[ Beginner Alchemist - Aspiring Nun Candidate ]
[ Reincarnator ]
>> [ More details ]
* * *
Sebelum matahari terbit, udara dingin yang begitu menusuk menyambutku.
Kain tipis yang kudapati menutupi punggungku, jelas tidak terlalu membantu dalam mengusir dinginnya suhu saat pagi menjelang.
Perapian yang semalaman telah menjagaku dalam kehangatan pun telah padam menyisakan abu gelap kayu yang bercampur dengan abu tulang-belulang pria asing, yang malang.
"Terangilah jalanku di kegelapan, Light..."
[ Light - Lower Tier Magic ]
Bersamaan dengan notifikasi yang muncul di sudut pandanganku, sebuah bola cahaya berkelap-kelip melayang di atas kepalaku.
Dengan redup bersinar menerangi seisi kabin yang gelap.
Aku tak ingin berlama-lama berdiam diri dalam kedinginan. Dengan bantuan penerangan dari Light, aku melangkah pelan ke sudut ruangan dengan tujuan mengambil sebuah kendi air yang terletak di atas rak perabotan.
*Shhrruuug— Shaarg— Grhhuug—
Segera setelah itu, aku mengumpulkan semua sisa-sisa dari abu bakar yang ada pada perapian, ke dalam kendi.
Dan dengan begitu aku bisa menyiapkan kayu bakar yang tersisa di sebelah perapian. Menumpuknya dengan cermat lalu membakarnya dengan nyala api melalui Ignite .
".... Huuuuhh......"
Derak api terdengar samar, menyala dengan cahaya redup. Menghantarkan kehangatan subuh— sebelum pagi menjelang.
"...." Dalam diam, perhatianku teralihkan oleh sebuah benda kecil yang ada di sudut ruangan, di atas lemari. Bersinar dengan cahaya redup.
Sebuah botol kaca.
Sama seperti mereka yang mengarungi lautan, sebagai pelaut. Di daerah pesisir, Antlea Karibia. Mereka sering menjual minuman keras yang terbuat dari tetesan tebu yang di perjual belikan ke dalam botol kaca tebal berwarna gelap...
"Hahah..." Apa ini suatu kebetulan?
Bau keringat para pelaut, suara nyaring mereka yang saling mencela dan suara deruh ombak menghantam karang di pelabuhan. Kota para pelaut Antlea. Tempatku di lahirkan sebelum aku masuk sebagai kandidat biarawati di kuil Gaia.
Masa laluku yang secara tiba-tiba teringat, di saat-saat yang tak terduga.........
Sudah lima tahun.... Apa kakek dan paman-paman kotor itu baik-baik saja?
.....................................................................................................................97Please respect copyright.PENANAEvEAmFoVvT
.........................................................................
*Sizzling— Sizzling...
Selang waktu berlalu, aku mulai menyiapkan perbekalan dan sarapanku tuk pagi ini.
"......"
Aroma roti gandum yang di panggang dengan olesan mentega, memenuhi seisi kabin.
"Oh, dan juga..."
Kurang rasanya jika aku hanya memakan roti, dan juga di antara perbekalan yang sempat ku selamatkan dari kereta yang terbalik, ada beberapa ikat daging kering.
*Sizzling—
* * *
Dalam kesunyian pagi yang hanya dipecahkan oleh suara gemericik sungai, aku merenung dengan pikiran yang tenang.
Air sungai mengalir dengan ritme yang teratur, membasahi pangkal pahaku sedang angin bertiup pelan membelai punggungku.
Duduk di pinggiran sungai, aku merasakan kesegaran udara pagi yang mengisi nafasku. Matahari yang mulai naik perlahan-lahan memancarkan sinarnya yang hangat, menyinari wajahku dengan lembut.
".............."
Di tanganku ada sebuah kendi berisikan abu seseorang, yang telah di kremasi.
Langit biru membentang luas dengan cahaya terang sang matahari, awan-awan tipis bergerak mengikuti semilir angin yang berhembus.
Ini adalah pagi yang tenang...
*Fhuurrs...
Abu kremasi yang gelap terbawa oleh arus sungai yang pelan, menjauh ke hilir dan perlahan-lahan memudar di dalam air.
"Ceux qui partent partiront, aucun chemin pour revenir. Pourtant, semblable à ceux qui partent, nous qui vivons partirons lorsque le temps appellera... Soyez reconnaissants pour votre vie et accueillez votre matin~
Soyez reconnaissants pour votre souffle et accueillez votre journée lumineuse~
Soyez reconnaissants pour votre situation et accueillez votre soirée victorieuse~"
Bisikan-bisikan pun terdengar, nyanyian suci membentuk bulir-bulir cahaya.
[ Arboreal Nexus has bestowed a blessing upon you ]
97Please respect copyright.PENANAKjIJlpM0Cj
97Please respect copyright.PENANAXUYJyhHx7r
97Please respect copyright.PENANAOFUFFFgbTq
#Rev 5
97Please respect copyright.PENANAUPbtMYU1Dt
97Please respect copyright.PENANA4xTA53cfwx