MURTI 11 : NINGSIH
Jam lima sore, Gatot pulang tanpa bersama Pak Camat. Ia pulang bersama seorang pegawai kantor, sementara Pak Camat entah kemana. Ia tidak menuju rumah Murti, tapi langsung ke rumahnya sendiri. Gatot melihat ada keramaian di depan rumahnya, tepatnya di rumah yang sudah seminggu ini kosong tak berpenghuni. Ah, mungkin ada orang baru yang menempati rumah itu. Gatot melihat banyak warga membantu menurunkan perkakas dari empat truk.
892Please respect copyright.PENANAZ8XQw2QugQ
“Ada penduduk baru, Pak?” ia bertanya pada seorang warga yang kebetulan melintas.
892Please respect copyright.PENANA18gMxLqABL
“Penduduk baru tapi muka lama, Tot. Keluarganya si Ningsih.” jelas si tetangga. “Ayo ikut bantu, Tot.” ajak tetangga itu lagi.
892Please respect copyright.PENANAN4lOGuNEX1
Gatot urung masuk rumah dan bersama para waRga beramai-ramai membantu. Gatot sempat melihat Ningsih tapi sangat sibuk. Begitupula si Bejo yang cuma tersenyum kepadanya. Gatot senang karena Bejo dan keluarganya telah kembali ke komplek. Ia jadi punya teman sebaya.
892Please respect copyright.PENANA3wdbSpmJ3e
menjelang maghrib, semua perkakas sudah selesai diturunkan dan empat buah truk itu juga sudah pergi. Barulah Gatot bisa menghampiri Bejo. “Hei, Jo, kenapa nggak bilang kalau mau balik ke komplek?” tanyanya.
892Please respect copyright.PENANAPyGrTfs7XL
“Kejutan. Ayo ikut aku, Tot. Kukenalkan ke istriku.” ajak Bejo.
892Please respect copyright.PENANAvR82WRdf6D
Gatot ikut Bejo masuk ke dalam rumah yang masih berantakan. Di dalam, ia langsung disambut dengan akrab oleh keluarga Bejo. Gatot bersyukur semua masih ingat padanya, masih bersikap baik padanya seperti dulu. Beberapa tahun silam, mereka memang bertetangga, jadi wajar kalau kemudian jadi akrab. Memang ada tambahan orang baru yaitu istrinya Bejo.
892Please respect copyright.PENANATjduI35Ecd
Namun karena sudah maghrib, Gatot lekas mohon diri. “Mainlah ke rumah, Jo. Aku pulang dulu ya,”
892Please respect copyright.PENANApOF7wYsHom
“Itu pasti, Tot. Ini dari Mbak Ningsih buat kamu.” kata Bejo memberikan sebuah bungkusan.
892Please respect copyright.PENANAVDe0CzAHdy
“Mana Ningsih?” Gatot bertanya.
892Please respect copyright.PENANAJSC5PV7Dvl
“Masih mandi. Nanti juga pasti ke rumahmu,” Bejo tersenyum.
892Please respect copyright.PENANAXHJDf6gJKI
“Terima kasih ya,” Gatot melambaikan tangan.
892Please respect copyright.PENANAnjaQIPtzas
“Sama-sama, Tot.” Bejo mengangguk.
892Please respect copyright.PENANACGA53c8NWs
Gatot kembali pulang. Sesampainya di dalam rumah, ia mendapati Aisyah sedang sibuk di dapur. Gatot segera membuka baju yang penuh keringat lalu mendekati Aisyah, namun tidak terlalu dekat karena khawatir Aisyah akan terganggu oleh bau badannya. Aisyah menoleh dan tersenyum sebentar lalu kembali sibuk dengan masakannya.
892Please respect copyright.PENANAWxNUZqnfOt
“Masak apa, Aisyah?” tanya Gatot.
892Please respect copyright.PENANAqv101Y5GLm
“Ini, sayur lodeh, Mas. Kok baru pulang?” tanya Aisyah.
892Please respect copyright.PENANA5PHfnM1UN1
“Iya, Aisyah, tuh masih membantu orang baru pindah. Gantian pakai kompornya ya? Aku mau masak juga.” kata Gatot.
892Please respect copyright.PENANA50joChpj2I
“Tidak usah, Mas. Ini saya masak juga buat Mas Gatot.” jawab Aisyah. ”Mending mas mandi saja. Sebentar lagi maghrib lho,” ia mengingatkan.
892Please respect copyright.PENANAlpwVVG0EFL
“Kamu sudah mandi?” tanya Gatot.
892Please respect copyright.PENANA1BWSbNPmYp
“Belum, Mas.” jawab Aisyah.
892Please respect copyright.PENANAd9PbqnkprC
“Pantas kamu bau,” canda Gatot.
892Please respect copyright.PENANAVfSINEPVMJ
“Mas Gatot yang bau,” balas Aisyah sambil tersipu malu. Gatot paling suka melihat wajah Aisyah seperti itu. “Mas Gatot pergi sana. Nanti merusak rasa masakanku.”
892Please respect copyright.PENANADMrZWGuhHP
“Nanti malam jalan-jalan yuk, Aisyah.” Gatot berkata.
892Please respect copyright.PENANAleAexJt0H8
“Tapi habis makan malam ya?” Aisyah menyanggupi.
892Please respect copyright.PENANABGbPJmj6Y0
“Iya, aku kan belum ngerasain masakanmu enak apa tidak. Aku mandi dulu ya,”
892Please respect copyright.PENANAnYHPEfBpgT
Aisyah memukul Gatot dengan gagang sutil. Gatot ingin balas memukul tapi urung setelah teringat bahwa Aisyah terlalu murni untuk disakiti. Aisyah tidak sama dengan wanita-wanita lain. Cukuplah kekhilafannya dulu saat Aisyah tertidur pulas. Gatot tidak akan mengulanginya lagi sebelum Aisyah benar-benar resmi menjadi miliknya. Gadis itu terlalu suci untuk dicemari.
892Please respect copyright.PENANAbc00q3alSu
Selesai mandi dan sholat maghrib, Gatot duduk menunggu Aisyah sambil menonton tv. Telinganya menangkap suara-suara halus bersenandung dari kamar mandi. Terdengar sangat merdu, membuat Gatot mengecilkan volume tv dan menajamkan telinga untuk mendengar senandung itu lebih jelas lagi, senandung merdu yang menyejukkan hati. Sayang sekali senandung itu berhenti dan pintu kamar mandi tiba-tiba terbuka.
892Please respect copyright.PENANA2srGlaOoKx
“Mas Gatot, kesini sebentar.” panggil Aisyah.
892Please respect copyright.PENANAbG47ACRxCI
“Ada apa, Aisyah?” Gatot berjalan menghampiri.
892Please respect copyright.PENANAziDR9RNJcy
“Gotnya buntu ya, Mas. Airnya nggak jalan tuh,” kata Asiyah menunjuk selokan kamar mandi.
892Please respect copyright.PENANAqcGNBHOP9j
“Biar saya perbaiki. Kamu pergi saja,” sahut Gatot.
892Please respect copyright.PENANAN06rsMFsHV
“Saya bantu, Mas, biar cepat. Saya juga belum selesai mandi.” kata Aisyah.
892Please respect copyright.PENANAhL8fiJlfGC
Gatot memang melihat Aisyah belum menyelesaikan mandinya karena air di lantai kamar mandi penuh akibat saluran pembuangan yang buntu. Ia membungkuk untuk memeriksa, Aisyah juga ikut jongkok untuk membantunya. Gatot menahan hasrat hati demi melihat bagian-bagian tubuh Aisyah yang tidak cukup terlindungi. Handuk yang membungkus tubuh Aisyah terlalu pendek. Dan Aisyah jongkok tepat dihadapannya, sama sekali tidak berusaha untuk menutupi sebagian buah dadanya.
892Please respect copyright.PENANAhGkr5SKjh3
“Aisyah! Berdiri!” Gatot memberi perintah demi menjaga kemurnian gadis itu. Ia tidak tega melihat dan menyaksikan seluruh bagian bawah tubuh Aisyah yang terpamoang jelas di hadapannya. Gatot tidak ingin tergoda kembali.
892Please respect copyright.PENANA8iZE5IUaUe
“Maaf, Mas!” kata Aisyah sambil berdiri dan pindah ke belakang Gatot, membuat Gatot jadi sedikit lega. Dan lebih lega lagi karena got selesai di perbaiki.
892Please respect copyright.PENANAABSHUzmR5F
“Beres. Kamu bisa lanjutkan mandimu, Aisyah. Oh ya, nyanyi yang agak keras ya?” kata tersenyum menggoda.
892Please respect copyright.PENANAg1nE4ZkwUj
Aisyah mengancam Gatot dengan segayung air, membuat Gatot lari terbirit-birit sebelum Aisyah menjalankan aksinya. Senandung suara Aisyah kembali terdengar dan terus terdengar meski Aisyah sudah selesai mandi dan kini ada di dalam kamarnya. Gatot menyimak senandung itu dengan hati ragu.
892Please respect copyright.PENANA5Iu2S6L74R
Sebelum keraguan hatinya terjawab, Aisyah sudah muncul. Mereka makan bersama dengan cepat karena ada acara yang akan mereka adakan. Malam ini Gatot dan Aisyah akan jalan-jalan. Memang masih jalan-jalan biasa, tapi siapa tahu itu akan jadi awal dari sesuatu yang luar biasa.
892Please respect copyright.PENANABXRs36JGzx
“Sudah siap, Aisyah?” tanya Gatot.
892Please respect copyright.PENANAb1NkTSONdt
“Sudah, Mas. Ayo berangkat. Mumpung belum terlalu malam.” Aisyah mengangguk.
892Please respect copyright.PENANAVeUnvRLgcj
“Kamu cantik sekali, Aisyah.” Gatot menatap gadis itu tak berkedip.
892Please respect copyright.PENANANsQwx7Nx78
“Mas Gatot bisa saja. Gombal ah.” Aisyah langsung tersipu malu. ”Ini kontak motornya.” ia memberikannya pada Gatot tanpa menoleh. Gatot hanya tersenyum saja melihatnya.
892Please respect copyright.PENANAyOzA6x2cdi
Mereka pun pergi meninggalkan komplek naik motor. Malam yang mendung tidak menyurutkan keinginan dua insan itu untuk mencoba mendekatkan hati. Walaupun tidak ada tujuan pasti mana yang harus mereka datangi. Mereka hanya ingin jalan-jalan, bukanlah untuk kencan. Gatot merasa sudah terlalu tua untuk kencan layaknya anak-anak muda. Ia bukan lagi anak remaja. Pun demikian Aisyah yang juga seorang wanita dewasa. Keinginan untuk bersenang-senang mungkin sudah tidak ada. Makanya mereka berputar-putar saja keliling pusat kota.
892Please respect copyright.PENANA0g34qMEtPf
“Kemana enaknya, Aisyah?” tanya Gatot di tengah perjalanan.
892Please respect copyright.PENANAv1j25e3XZy
“Ke stadion saja yuk, Mas. Sepertinya enak duduk santai disana.” kata Aisyah.
892Please respect copyright.PENANA7FBexiiXcE
“Kamu tidak takut? Disana sangat sepi, Aisyah.” sahut Gatot.
892Please respect copyright.PENANA8cLw55uRGO
“Kan saya bersama Mas Gatot. Pasti aman,” yakin Aisyah.
892Please respect copyright.PENANASPn1kGghJs
Gatot bukannya takut untuk datang dan nongkrong malam-malam di stadion. Daerah sepanjang stadion memang sangat sepi dan paling sering terjadi kejahatan. Mulai dari pemalakan, pemerasan, perampokan, sampai pemerkosaan, sudah berkali-kali terjadi di sana. Dan sampai sekarang tempat itu masih gelap, lampu-lampu banyak yang hilang dicuri orang yang butuh uang. Dulu Gatot juga sering mencuri apa saja dari stadion. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ia sudah kapok dan tobat.
892Please respect copyright.PENANAQNUxN2rMQo
Sampai juga di stadion. Gatot membantu Aisyah turun dari motor lalu berjalan beriringan menuju sebuah bangku panjang. Disanalah mereka duduk berdua. Angin malam yang dingin langsung menerpa. Gatot membuka jaketnya dan mengenakan ke tubuh Aisyah untuk memberi rasa hangat.
892Please respect copyright.PENANAbpK8oMPBts
“Saya belum tahu banyak tentangmu, Aisyah.” kata Gatot membuka pembicaraan.
892Please respect copyright.PENANA3mTi02ZphB
“Saya ini hanya wanita desa, Mas. Tidak ada apa-apanya dibanding wanita-wanita kota.” jawab Aisyah.
892Please respect copyright.PENANApsmMl26JtP
”Ceritakan tentang keluargamu, Aisyah.” Gatot meminta.
892Please respect copyright.PENANAU55xiWXBno
Ia menyimak cerita Aisyah. Gatot sudah tahu kalau Aisyah adalah anak Pak Asnawi. Yang ia baru tahu adalah tentang Pak Asnawi itu sendiri. Menurut cerita Aisyah, Pak Asnawi dulunya juga pria yang bergelimang dosa. Dari Aisyah masih kecil sampai Aisyah beranjak remaja, Pak Asnawi masih seorang penjahat terkenal. Tapi menjelang Aisyah masuk SMA, Pak Asnawi berubah menjadi sosok yang pendiam dan semakin alim setelah menunaikan ibadah haji.
892Please respect copyright.PENANAdq0j8fSU7L
Sejak itu orang tidak lagi mengingat Pak Asnawi sebagai penjahat. Orang-orang kemudian lebih mengenang kedermawanan Pak Asnawi. Sampai akhirnya menjadi kepala desa Cemorosewu. Aisyah sama sekali tidak menceritakan atau memang tidak tahu cerita kalau ayahnya juga seorang pembunuh dan pemerkosa. Ironisnya korban pemerkosaan dan pembunuhan Pak Asnawi adalah ibu kandung Gatot. Dan kini Pak Asnawi mungkin sudah menerima hukuman setimpal di alam kubur setelah anak dari si korban menuntut balas dendam. Hutang nyawa dibayar nyawa dan hutang itu kini terbayar lunas.
892Please respect copyright.PENANAcglpwmcXqo
“Itulah cerita keluargaku, Mas. Selanjutnya Mas Gatot tahu sendiri kalau ummiku kawin lagi.” kata Aisyah mengakhiri ceritanya.
892Please respect copyright.PENANAtRcIu2InoJ
“Saya kagum dengan ayahmu, Aisyah. Dari penjahat kemudian tobat. Sedangkan ayahku entah dia tobat atau belum.” gumam Gatot.
892Please respect copyright.PENANAUtdZ2CikqT
“Mas Gatot yang sabar saja. Setiap rencana Tuhan pasti ada hikmahnya.” balas Aisyah bijak.
892Please respect copyright.PENANAVpKJz4lzsi
“Kamu benar, Aisyah.” Gatot mengangguk. ”Dingin ya?” ia bertanya.
892Please respect copyright.PENANASsoQTnBkjd
“Iya, Mas. Tapi tak apa,” Aisyah tersenyum karena hatinya terasa hangat bisa bersama orang yang dikasihi.
892Please respect copyright.PENANAqEkdhs07FZ
Gatot merengkuh bahu Aisyah dan gadis itu tidak menolak. Gatot merasakan getar yang tak biasa, bukan nafsu, tapi lebih kepada rasa sayang. Ia ingin memberi perlindungan kepada Aisyah. Dan bersama dengan Aisyah, Gatot seakan sedang bersama Zulaikha, mantan istrinya. Ia mengelus kepala Aisyah yang terbalut kerudung. Sangat terasa sekali hempasan napas Aisyah, hingga membuat Gatot jadi merinding.
892Please respect copyright.PENANAg6UzgVr0Zm
“Sudah lama aku tidak merasakan suasana seperti ini, Aisyah.” Gatot berbisik.
892Please respect copyright.PENANAN2IIPygKTn
“Maksud Mas Gatot?” tanya Aisyah tak mengerti.
892Please respect copyright.PENANAUlfxML5Zn7
“Kamu mengingatkanku pada Zulaikha, mantan istriku. Dia sama sepertimu, Aisyah.” jawab Gatot.
892Please respect copyright.PENANALUA6RaoUxZ
“Selagi Mas Gatot masih ingat mantan istri, berarti ada harapan suatu saat Mas pasti bertemu lagi dengannya.” sahut Aisyah.
892Please respect copyright.PENANAplnaRDnbpa
“Aku selalu berharap seperti itu, Aisyah.” Gatot mengaku. ”Sepertinya gerimis. Mau pulang sekarang?” tanyanya kemudian sambil melihat langit.
892Please respect copyright.PENANAwpLSQ57rC2
“Iya. Ayo pulang, Mas.” angguk Aisyah.
892Please respect copyright.PENANAAPZZDUZQrE
Namun mereka tidak benar-benar pulang, lebih tepatnya mereka hanya meninggalkan stadion. Hujan sudah terlalu deras dengan disertai angin kencang.
892Please respect copyright.PENANAOKRIM9Vb3B
“Berteduh di loket itu saja, Mas.” kata Aisyah sambil menunjuk sebuah bangunan loket di pintu masuk stadion.
892Please respect copyright.PENANAyI66rWnQ1K
Karena cukup jauh, praktis mereka harus berlari untuk bisa sampai, otomatis pula mereka basah kuyup. Gatot sudah biasa, tapi tidak demikian dengan Aisyah; gadis itu menggigil dengan wajah pucat.
892Please respect copyright.PENANAAmXmtuRUsk
“Pasti nanti kamu masuk angin, Aisyah.” kata Gatot kuatir.
892Please respect copyright.PENANAUVGvIbn2XI
“Sekarang saja perutku sudah mual, Mas.” Aisyah berkata lirih.
892Please respect copyright.PENANA8OUFYn7AiQ
“Jadi bagaimana, mau memaksa pulang?” tanya Gatot.
892Please respect copyright.PENANAvutjeS1wzj
“Sudah kepalang basah, mandi sekalian, Mas. Pulang saja.” Aisyah memutuskan.
892Please respect copyright.PENANAFx0OoWe12J
Gatot tidak punya pilihan selain membonceng Aisyah pulang. Jalanan benar-benar sepi. Tidak ada satupun kendaraan ataupun manusia yang berani menantang hujan selain mereka berdua.
892Please respect copyright.PENANA4WxS2qzLMm
“Pegangan yang erat, Aisyah.” Gatot memberi perintah.
892Please respect copyright.PENANArt4jFPB3Ys
Ketika dirasakan lengan Aisyah sudah melingkar erat di pinggangnya serta tubuh gadis itu melekat di punggungnya, ia menggeber gas kuat-kuat untuk melesat kencang menembus tajamnya rinai-rinai hujan. Di tengah jalan, Gatot merasa menabrak sesuatu. Namun karena terlalu gelap, ia tidak bisa melihat apa itu. Terlalu riskan untuk mengerem disaat laju motor seperti jet. Aisyah sendiri semakin merapatkan tubuhnya.
892Please respect copyright.PENANASHNsU9f4CD
Sesampainya di rumah, Gatot segera membopong tubuh Aisyah yang semakin lemah tak berdaya. Celakanya lagi, kamar Aisyah ternyata bocor. Gatot pun terpaksa membawa Aisyah ke kamarnya sendiri.
892Please respect copyright.PENANAsQudBDLWcL
“Kupanggilkan dokter ya, Aisyah.” kata Gatot panik. Setelah membaringkan Aisyah, ia bermaksud keluar untuk mencari dokter.
892Please respect copyright.PENANAkkge9KAxNR
Tapi Aisyah mencekal lengannya, menahan langkahnya. “Tidak usah, Mas. Saya minta tolong dikerokin saja.” kata gadis cantik itu.
892Please respect copyright.PENANAikyc675fJc
“Tapi, Aisyah…” seru Gatot bimbang.
892Please respect copyright.PENANAKbQ0Kt0uTp
“Saya percaya Mas Gatot tidak akan menyakiti saya. Tolong ya, Mas,” pinta Aisyah pelan dan melas.
892Please respect copyright.PENANAI5H4KIRPii
“Baiklah, Aisyah.” Gatot akhirnya mengangguk setuju. ”terima kasih kamu percaya padaku.”
892Please respect copyright.PENANA9YXfpgIm2C
Aisyah pun berbalik tengkurap, memasrahkan punggungnya untuk dikerok oleh Gatot. Anehnya, Gatot sama sekali tidak merasakan birahi kali ini. Padahal ia bebas memandangi tubuh mulus Aisyah dengan begitu rupa. Mungkin ini karena pengaruh benih kasih yang mulai tumbuh. Hingga membuat Gatot hanya merasa iba hati melihat Aisyah yang pasrah sedemikian rupa kepada dirinya.
892Please respect copyright.PENANAkGPbGkCsEK
Gatot bersumpah tidak akan menyakiti Aisyah. Aisyah juga sadar sepenuhnya membuka bajunya yang basah dan menutupi tubuh bagian bawahnya dengan selimut, sementara bagian atas dari kepala sampai pinggul dibiarkan telanjang. Gatot mulai mengerok punggung Aisyah sementara Aisyah hanya bisa meronta-ronta kecil. Untuk pertama kalinya, Gatot menang saat berperang melawan setan. Setan jahanam yang menggoda imannya ia berantas sampai tuntas, sampai tidak ada lagi setan yang berani mengganggunya.
892Please respect copyright.PENANAc5tCpMICdB
“Jangan meronta terlalu keras, Aisyah. Nanti selimutmu jatuh.” kata Gatot.
892Please respect copyright.PENANAWhtprw53sG
Aisyah menahan selimut dengan kedua tangannya agar tidak jatuh, agar tidak mengundang nafsu Gatot. punggung yang awalnya putih mulus semurni susu, kini berubah warna menjadi garis-garis merah. Belum selesai dikerok, Aisyah sudah lebih dulu muntah, mengeluarkan isi perutnya.
892Please respect copyright.PENANAKtf9AWM7o8
“Kerok sampai bawah, Mas. Anginnya mulai keluar.” kata Aisyah dengan tubuh gemetar.
892Please respect copyright.PENANAxjjzjkgZsr
Gatot mengikuti alur punggung Aisyah sampai bawah, terpaksa menyingkap sedikit selimut gadis itu agar bisa mengeroki hingga pangkal paha. Hingga selesai sudah.
892Please respect copyright.PENANAuO9aCg7hiJ
Aisyah berbalik telentang dengan keringat bercucuran. Gatot membetulkan tali kutang Aisyah tanpa sedikitpun menyentuh buah dada yang membuncah indah itu. Namun ia perlu meminta ijin untuk memasangkan celana panjang. Aisyah sudah memasang sendiri celana dalamnya dari balik selimut. Aisyah tersenyum mengangguk.
892Please respect copyright.PENANAiQazNyEa3Q
“Sekarang tidurlah, Aisyah. Biar panasmu turun.” kata Gatot penuh rasa lega.
892Please respect copyright.PENANAqsezkJV28E
“Mas Gatot tidur saja disini. Saya ikhlas, Mas.” balas Aisyah.
892Please respect copyright.PENANAaFVQs8sUat
“Baiklah, Aisyah. Selamat tidur ya,” Gatot berbisik lirih.
892Please respect copyright.PENANACHAitkyPgj
Ia pun membaringkan diri disamping Aisyah dan membiarkan gadis itu membenamkan kepala ke dadanya. “Aisyah, ya, Aisyah… sungguh sempurna dirimu!” batin Gatot dalam hening. Aisyah mungkin sudah terlarut dalam mimpi karena tidak bergerak sama sekali saat Gatot mencium keningnya. Ciuman yang menjadi penghantar tidur malam itu.
892Please respect copyright.PENANAY5RuMtAQzO
***
892Please respect copyright.PENANA2Uu5ArUXUT
Pagi-pagi sekali Gatot sudah menghadap Pak Camat. Ia hendak membicarakan keputusan maha penting yang telah dipertimbangkan masak-masak sejak semalam. Tapi Pak Camat sudah berangkat kerja ke kantor shubuh tadi, begitu yang disampaikan Murti kepadanya.
892Please respect copyright.PENANAzlLapRErJb
“Lho, kupikir Mas Joko berangkat bareng kamu, Tot?” kata Murti heran.
892Please respect copyright.PENANArIcOUSKPfy
“Tidak, Mur. Ini malah aku ingin ketemu dan bicara dengan Pak Camat.” sahut Gatot.
892Please respect copyright.PENANAsqv02LT6ry
“Mas joko sudah pergi. Aku saja yang istrinya tidak tahu jam berapa suamiku berangkat,” ketus Murti seperti biasa.
892Please respect copyright.PENANAUxo5Gkudl7
Semakin bulat saja keputusan Gatot. Pak Camat semakin sering berangkat kerja sendiri, semakin tidak membutuhkannya lagi. Terhitung sudah sebulan ini Pak Camat tidak menggunakan tenaganya lagi. Gatot yakin Pak Camat memang punya maksud tersembunyi.
892Please respect copyright.PENANA6BNP16b3u7
“Mungkin kamu bisa sampaikan padaku, Tot. Nanti kuteruskan ke Mas Joko.” kata Murti.
892Please respect copyright.PENANADbCumZe8UP
“Tidak, Mur. Biar aku bicara langsung dengan Pak Camat.” kata Gatot.
892Please respect copyright.PENANACTuWrSkEbq
“Ada masalah apa antara kamu dengan Mas Joko? Ayo ceritakan saja,” Murti mendesak.
892Please respect copyright.PENANADP3KhXLcss
“Sama sekali tidak ada masalah, Mur.” Gatot menggeleng. ”Kamu bersiap saja. Kutunggu di mobil ya,” iapun pergi keluar.
892Please respect copyright.PENANAHtzoTDUANx
“Tot!” Murti memanggil.
892Please respect copyright.PENANAcsPDLXOqbO
Gatot tidak mempedulikan panggilan itu. Tentu saja sikapnya ini membuat Murti jadi kelabakan dan berpikir ada apa gerangan. Murti gelisah dan takut kalau-kalau suaminya membuat masalah yang menyebabkan Gatot marah. Murti khawatir karena bisa saja suaminya celaka. Bagaimanapun, Gatot adalah mantan bajingan dulu. Dengan hati gamang, Murti meneruskan tugas sebagai ibu rumah tangga sebelum mandi. Setengah jam kemudian, iapun sudah siap dan menyambar tasnya lalu menghampiri Gatot.
892Please respect copyright.PENANAlQ7KlJ93eV
“Ayo jujurlah, Tot. Jangan membuatku takut,” desak Murti di dalam mobil.
892Please respect copyright.PENANALclyd1f03A
“Mur, sudah kubilang berkali-kali, masa kamu tidak dengar? Tidak ada apa-apa antara aku dan suamimu. Titik!!!” hardik Gatot tiba-tiba.
892Please respect copyright.PENANAawQDSJN3ao
Murti langsung mengkerut dibentak begitu oleh Gatot. Ia sama sekali tidak menduga Gatot akan begini emosi. Tidak seperti hari-hari biasanya. Tidak ada tawa dan canda, malah suasana mencekam yang terasa. Murti dicekam berbagai rasa yang membuatnya tidak sanggup lagi berkata-kata. Sampai tiba di tempatnya kerja, Gatot tak kunjung menunjukkan tanda-tanda membaik. Wajah Gatot dilihatnya murung dan bingung. Yakinlah Murti bahwa memang ada yang tidak beres.
892Please respect copyright.PENANAlUdVWYplmF
“Tunggu sebentar, Tot. Aku mau ikut kamu ke kantor kecamatan.” kata Murti tiba-tiba.
892Please respect copyright.PENANA7kTsl506pE
Barulah saat itu Gatot menoleh agak kaget. Tapi Murti keburu keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju gedung sekolah. Gatot terpaksa menunggu sesuai perintah Murti. Belum sempat Gatot menenangkan diri, Murti telah kembali lagi.
892Please respect copyright.PENANAep0DqT0SPc
“Ayo berangkat, Tot.” kata istri Pak Camat itu.
892Please respect copyright.PENANAL6fQx2wSJ0
“Tapi, Mur…” Gatot terlihat bimbang.
892Please respect copyright.PENANA8VTreA7wrp
“Berangkat!!!” potong Murti cepat.
892Please respect copyright.PENANA3izHAYm5zI
Kini giliran Gatot yang kaget dibentak oleh Murti. Namun ia harus segera berangkat sebelum Murti bertindak nekad. Perjalanan terasa lama dan membosankan. Gatot merutuk dalam hati kenapa ia harus membuat Murti sakit hati. Pasti Murti marah oleh sikapnya hari ini yang serba kaku.
892Please respect copyright.PENANAmolnSviIoR
“Maafkan aku, Mur.” kata Gatot sambil terus menyetir.
892Please respect copyright.PENANAlOQdi8rhmv
“Sudah kumaafkan,” balas Murti ketus.
892Please respect copyright.PENANAj93FQlXin9
“Belum. Kamu masih marah kan?” tanya Gatot.
892Please respect copyright.PENANAueIRXklHGS
“Aku memang marah. Tapi bukan padamu, Tot.” terang Murti.
892Please respect copyright.PENANAovVahdPQwo
“Syukurlah. Senyum dong,” Gatot berusaha mencairkan suasana.
892Please respect copyright.PENANAk08PcYngYQ
Murti tersenyum sekedar menyenangkan hati Gatot. Lalu pandangannya kembali lurus ke depan dan tidak menoleh kemana-mana sampai tiba di kantor kecamatan.
892Please respect copyright.PENANAMi6cENwt0R
“Perlu kuantar sampai dalam?” tawar Gatot.
892Please respect copyright.PENANAUN6G80wRUu
“Tidak usah. Biar aku sendiri saja.” Murti melangkah memasuki paseban kantor dan terus menyusuri koridor hingga berhenti di depan ruang kerja suaminya. Ia mengetuk pintu tiga kali lalu mendorong perlahan pintu sampai terbuka. Murti masuk dan berdiri terpaku. Tidak ada nampak suaminya. Tentu kedatangannya yang mendadak membuat kalang kabut pegawai yang ada di ruangan itu.
892Please respect copyright.PENANABom9yPVMT2
“Selamat pagi, Bu Camat,” kata beberapa pegawai menyambut kedatangannya. Sementara sebagian pegawai yang lain berbisik-bisik.
892Please respect copyright.PENANAr6zEIsqbLN
Murti tidak peduli bisik-bisik itu. “Selamat pagi juga. Mana Pak Camat?” tanyanya kaku.
892Please respect copyright.PENANA8RiWtM0sWz
“Waduh, Bu. Pak Camat malah belum datang,” kata salah seorang pegawai.
892Please respect copyright.PENANAHkNO0UMFtR
“Jadi Pak Camat belum ngantor?” tanya Murti mulai was-was.
892Please respect copyright.PENANAfbQlvfBsNY
“Pas Kami datang, Pak Camat tidak ada, Bu. Tapi coba ibu tanyakan ke Dewi.” kata pegawai itu.
892Please respect copyright.PENANApOWgWJ3uIB
“Baiklah. Terima kasih.” Murti mengangguk. ”Dewi, kumohon ikut aku sebentar saja.” ia memanggil gadis itu.
892Please respect copyright.PENANAsBXX796rn9
“Baik, Mbak Murti.” jawab Dewi penuh kebingungan.
892Please respect copyright.PENANAjp1NhZKsfm
Murti membawa Dewi menuju mobil dan disanalah ia menginterogasi Dewi dengan beragam pertanyaan yang berfokus pada seputar kegiatan Pak Camat. Gatot hendak keluar tapi Murti memintanya tetap di dalam. Jadilah Gatot ikut mendengar perbincangan antara Murti dan Dewi.
892Please respect copyright.PENANAiOXQ5Rdh8A
“Benarkah suamiku belum ke kantor?” tanya Murti.
892Please respect copyright.PENANASAB8fDylAC
“Benar, Mbak.” Dewi mengangguk.
892Please respect copyright.PENANABCqVqysDg2
“Aneh, padahal Pak Camat sudah berangkat sejak shubuh tadi.” Murti tampak berpikir keras.
892Please respect copyright.PENANAivZ5rbXsyS
“Saya sungguh-sungguh tidak tahu, Mbak.” kata Dewi.
892Please respect copyright.PENANAyWXpYNBvtU
“Kamu pernah bilang memergoki mobil suamiku di perumahan residence. Bisakah kamu jelaskan lebih detil?” tuntut Murti.
892Please respect copyright.PENANAOD808d8iVk
“Oh itu. Memang benar. Seingat saya waktu itu mobil Pak Camat ada di rumah paling ujung blok A.” jawab Dewi.
892Please respect copyright.PENANA7esavEkUdZ
“Kamu kenal pemilik rumah itu?” tanya Murti.
892Please respect copyright.PENANAAS8yVsbfY4
“Tidak, Mbak. Mungkin Gatot tahu karena pasti dia pernah ngantar Pak Camat kesana.” Dewi menoleh pada Gatot.
892Please respect copyright.PENANA7jknlncDF1
“Percuma minta informasi ke Gatot. Dia sudah kongkalikong dengan suamiku.” ketus Murti sengit. Gatot hanya diam saja disindir seperti itu.
892Please respect copyright.PENANAvgTrpBP6ZP
“Saya mohon Mbak Murti tidak melibatkan saya. Kamu juga, Tot. Jangan bilang apa-apa ke Pak Camat ya?” hiba Dewi memelas.
892Please respect copyright.PENANAZxUJq8RpBd
“Aku jamin aman, Dewi. Aku malah berterima kasih. Sekarang kembalilah bekerja.” Murti mempersilakan.
892Please respect copyright.PENANAXKdMf4MEfg
Dewi meninggalkan Murti dan Gatot. Kini Murti sudah menemukan titik terang. Yang justru bimbang adalah Gatot. Sekarang Gatot tahu dari siapa Murti tahu soal perumahan residence. Ternyata dari Dewi yang membeberkan semuanya. Mungkin Dewi tidak tahu bahwa keterus-terangannya pada Murti telah menciptakan prahara besar. Dewi telah memberi petunjuk yang bisa mengarahkan kecurigaan Murti. Gatot pusing memikirkan apa jadinya kalau Murti sampai minta diantar ke perumahan residence. Bahaya kalau Murti sampai nekad kesana.
892Please respect copyright.PENANAMFs0bccE3E
“Aduh! Kepalaku pusing, Mur.” Gatot mengeluh secara tiba-tiba.
892Please respect copyright.PENANAvqWYKffC5l
“Pusing? Bagaimana ini?!” Murti jadi panik.
892Please respect copyright.PENANAC45d4ZorAy
“Kuantar dulu kamu ke sekolah ya? Setelah itu aku mau pulang. Tolong bilang ke Pak Camat.” Gatot berkata terbata-bata.
892Please respect copyright.PENANABrtwlhLqIb
“Kamu sanggup? Jangan memaksakan diri, Tot. Nanti kecelakaan lagi. Aku bisa naik ojek dari sini.” kata Murti.
892Please respect copyright.PENANAhdWjBX06bX
“Biar kuantar kamu dulu.”
892Please respect copyright.PENANAQNkGeF0Ptx
Sesungguhnya itu hanya alasan Gatot saja untuk terbebas dari Murti. Ia pura-pura pusing dan berhasil dengan sukses. Setelah mengantar Murti, iapun kembali ke kantor kecamatan untuk menaruh mobil kemudian pulang menumpang motor Dewi yang kebetulan hendak keluar juga.
892Please respect copyright.PENANAusbblBt6Nq
Sementara itu Murti segera meminjam motor Aisyah dan minta ijin ke kepala sekolah untuk bebas tugas hari ini. Ia sudah bulat dan memutuskan untuk pergi ke perumahan residence seorang diri karena Gatot tidak bisa mengantar. Ia harus mendapat kepastian dan kebenaran tentang gosip dan isu-isu yang selama ini berkembang. Ia mulai termakan oleh gosip itu, juga oleh bisik-bisik yang didengarnya dari pegawai kantor kecamatan.
892Please respect copyright.PENANApqiycN4fr7
***
892Please respect copyright.PENANAtXcy2D9BqX
Sementara itu di sebuah rumah mewah…
892Please respect copyright.PENANAsTSylrByJL
Seorang wanita berbody montok terlihat keluar dari kamar mandi dan kelihatan segar dengan kaos kutang kuningnya dipadu dengan celana pendek motif bunga yang bagian pahanya terlihat longgar. Pak Camat yang dari tadi duduk di ranjang, sekarang pindah selonjoran di lantai yang dilapisi karpet berwarna coklat tua. Wanita itu pun duduk di sebelahnya, ikut selonjoran.
892Please respect copyright.PENANAA9vPVrIZ0C
”Enak nggak, Mas, kopinya?” tanya Ayu membuka percakapan.
892Please respect copyright.PENANA55Ix7ZyjiX
”Yah lumayan lah, kemanisan dikit.” sahut Pak Camat sambil lengannya sengaja menyenggol daging kenyal yang membusung indah di dada perempuan cantik itu.
892Please respect copyright.PENANA77CtqIa696
”Ihh, nakal ah!” kata Ayu diiringi kerlingan matanya yang nakal.
892Please respect copyright.PENANAHYEnTX7vt8
”Eh, kamu nggak pake bh ya?” Pak Camat pura-pura kaget, padahal dalam hati tersenyum senang sekali.
892Please respect copyright.PENANATGQxHD7x8O
Ayu hanya tersenyum penuh arti. ”Nggak suka ya, hmm?” kata-katanya begitu menantang gairah kelelakian Pak Camat.
892Please respect copyright.PENANAEMldWb68xk
Sebagai jawabannya, Pak Camat meraih kepala perempuan cantik itu kemudian mendaratkan kecupan lembut di bibirnya yang tipis. Ayu pun membalas dengan penuh gairah dan tanpa dikomando, tangan Pak Camat mulai menjalar ke arah buah dadanya.
892Please respect copyright.PENANAMByejJhnxt
”Hmm… jangan, Mas,” kata Ayu setengah hati.
892Please respect copyright.PENANA39xgpmxBNJ
Pak Camat pun menjawabnya dengan setengah berbisik, ”Kalau jangan, trus ngapain kamu nggak pake BH, hayo?”
892Please respect copyright.PENANAh34TDyX11C
Wanita itu hanya membalas dengan mencubit perut Pak Camat. ”Nakal…!” kata Ayu manja tapi tidak berusaha menepis tangan Pak Camat atau ciuman mesra laki-laki itu.
892Please respect copyright.PENANApZyPHP5FlG
Nafsu setan yang sudah membelenggu keduanya membuat Pak Camat melanjutkan lagi jelajahan tangannya, ia kini mulai menelusup ke balik kaos longgar yang dipakai oleh Ayu. Karena di balik kaos itu Ayu sudah tidak mengenakan apa-apa, maka tanpa kesulitan tangan Pak Camat bisa meraih bulatan daging kembar yang tumbuh subur disana. Buah dada Ayu walau sudah sering dipegang, masih terasa kencang dan kenyal dalam genggaman. Apalagi puting di puncak bukit itu, masih terasa kaku dan tegap kala terjepit di sela-sela jari, layaknya masih perawan saja.
892Please respect copyright.PENANA6YyUa5jhZZ
Karena tidak sabar, Pak Camat segera menarik kaos Ayu ke atas hingga terpampanglah tonjolan buah dada perempuan perusak rumah tangga itu dengan begitu jelasnya. Bentuknya bulat dan padat, dengan puting mungil berwarna pink menghiasi puncaknya yang kuning kemerahan. Tak tahan, dengan penuh nafsu, Pak Camat mengarahkan kepalanya kesana. Sambil terus meremas-remas, ia mengecup kedua payudara Ayu yang bulat besar dengan menggunakan mulutnya.
892Please respect copyright.PENANA98t06wyiHp
”Uhh… geli, Mas.” Ayu berbisik pelan.
892Please respect copyright.PENANACVJOjGdQFH
”Susumu empuk,” sahut Pak Camat sambil jemari tangan kirinya terus memilin puting payudara perempuan cantik itu hingga jadi semakin mencuat kemerahan, sedang mulutnya mengecupi yang satunya lagi.
892Please respect copyright.PENANAQIYf6S0rY5
Diperlakukan seperti itu, tentu membuat desahan nikmat Ayu semakin terdengar keras. Wanita itu menggeliat geli sambil memegangi kepala Pak Camat yang terus menyusu di bulatan payudaranya. Apalagi saat perlahan namun pasti, tangan Pak Camat mulai turun ke arah perutnya dan terus ke arah pangkal pahanya.
892Please respect copyright.PENANAzOBGnzGhjc
”Mas… udah ah, nggak usah ke bawah-bawah segala!” bisik Ayu sambil tangan kirinya mencengkeram pergelangan tangan kanan Pak Camat. Tapi apalah arti tangan sekecil itu melawan tangan kekar yang sudah dilanda nafsu birahi, dengan mudah Pak Camat bisa menyingkirkannya.
892Please respect copyright.PENANAlaAl4CvKVV
”Pagi-pagi aku kesini, tentu untuk merasakan yang ini, Sayang.” sergah laki-laki itu sambil mengarahkan jari-jari tangannya ke arah paha Ayu dan terus menerobos masuk ke selangkangan melalui bagian celana pendek Ayu yang terbuka longgar.
892Please respect copyright.PENANASsHwzKkw0n
”Tapi, masa harus tiap pagi?” Ayu mencoba bertahan untuk yang terakhir kali.
892Please respect copyright.PENANAcKTZuJC9uU
”Bersamamu, tiap jam aku juga mau!” Sekarang mulut Pak Camat berpindah ke arah leher Ayu yang putih jenjang, ia menghisap lembut disana hingga meninggalkan beberapa bekas cupang merah.
892Please respect copyright.PENANAeeO6lJ99Py
”Ahh…” Ayu hanya bisa mendesah ketika jemari Pak Camat mulai menyentuh secarik kain yang sudah basah, yang masih menutupi bagian terlarang tubuh sintalnya. Laki-laki itu menyusupkan jarinya kesana dan sedetik kemudian merasakan kebasahannya yang mengalir deras.
892Please respect copyright.PENANAWY7h8miKeA
”Ouhh… Mas!!” akhirnya Ayu menyerah saat Pak Camat mulai membelai mesra bibir vaginanya, atau memang sebenarnya dia sudah sangat bernafsu, sehingga mengharapkan tangan Pak Camat beraksi lebih jauh lagi.
892Please respect copyright.PENANAi4x664ocUs
Mengetahui hal itu, dengan perlahan Pak Camat segera menyusupkan jari tengahnya ke lorong kemaluan Ayu yang sudah terasa licin sambil ibu jarinya memainkan sebentuk biji mungil di bagian atas, itu adalah klitoris Ayu yang sudah menonjol kaku.
892Please respect copyright.PENANAXxlH11XT0F
”Auwhh…” Ayu hanya bisa merintih keenakan begitu jemari Pak Camat semakin menusuk ke dalam, menerobos lubang vaginanya. Sementara tangannya seperti refleks, segera meremas batang kemaluan Pak Camat yang masih tersimpan rapi di balik celana pantalon.
892Please respect copyright.PENANAQxyUwZfKhf
”Cepet amat sih? Belum apa-apa udah banjir.” kata Pak Camat mengomentari liang kewanitaan Ayu yang sudah begitu basah dan lengket.
892Please respect copyright.PENANAQY8fmCbnda
”Hehe,” Ayu hanya bisa tersenyum pasrah menanggapi, lalu berkata pelan, ”Lepas aja, Mas, celanaku yang basah itu!”
892Please respect copyright.PENANAohCyf5E7sV
Tidak menjawab, Pak Camat segera melakukannya. Ayu membantu dengan sedikit menaikkan pinggulnya yang bulat dan besar. Begitu celana pendek itu terlepas, Ayu menatap Pak Camat dengan pandangan sayu, ”Udah? Yang ini nggak dilepas juga?” Ayu menunjuk celana dalamnya.
892Please respect copyright.PENANA8GBWvA7l52
Pak Camat tertawa, lalu dengan terampil segera memelorotkan juga celana dalam itu. Begitu terlepas, Pak Camat segera menciuminya. Melihat hal itu, kontan Ayu memprotes, ”Apa-apaan sih, Mas? Jorok deh ih! Ketimbang nyiumin yang itu, kenapa nggak yang aslinya aja dicicipin?” katanya sambil mengangkangkan kaki lebih lebar lagi, memamerkan belahan vaginanya yang sudah merekah indah kepada Pak Camat.
892Please respect copyright.PENANA7sAcj5xaZF
”Boleh! Siapa Takut? Lagian, udah lama kayaknya aku nggak ngerasain lendir kamu.” kata Pak Camat sambil tersenyum penuh arti.
892Please respect copyright.PENANAwkoO2PWjwI
Ayu menanggapi dengan tersenyum nakal, ”Iya nih, udah lama kayaknya mulut dan lidah Mas Joko nggak nengok punyaku.”
892Please respect copyright.PENANAxajHDsekOu
Mendengar kata-kata erotis itu, birahi Pak Camat jadi semakin terbakar. Cepat ia rebahkan tubuh montok Ayu di karpet, ia tekuk kedua kaki perempuan itu ke atas hingga terlihat lubang kawahnya yang menganga indah, membuat Pak Camat jadi semakin bergairah karenanya. Tanpa membuang waktu, iapun mengarahkan kepala ke daerah itu.
892Please respect copyright.PENANAataxsAEAhD
”Auh…” pekik Ayu saat Pak Camat mulai menciumi rambut halus yang tumbuh di daerah pubisnya. Lidah laki-laki itu menjalar ke bawah, mengikuti garis di lipatan pangkal pahanya.
892Please respect copyright.PENANAbyrxN4FhMM
Untuk memudahkan aksinya, Pak Camat memposisikan tubuh dengan tengkurap, sementara kedua tangannya menyusup di bongkahan pinggul Ayu, mengangkatnya hingga lubang kemaluan Ayu sejajar tepat di depan wajahnya. Dengan posisi seperti itu, sekarang ia jauh lebih leluasa menggarap semua bagian selangkangan perempuan cantik itu.
892Please respect copyright.PENANAMKpqpw6VAl
”Ahss…” pelan lidah Pak Camat mulai menyapu bagian bibir luar kemaluan selingkuhannya diiringi erangan nikmat dari mulut Ayu. Sambil tetap tangannya menyangga pinggul perempuan itu, ibu jari Pak Camat mencoba membuka lebih lebar liang kemaluan Ayu yang sudah merekah indah. Kemudian mulai menjulurkan lidah menelusup masuk ke bagian dalamnya yang sempit.
892Please respect copyright.PENANAqAbzJHW0RG
Perlahan Pak Camat menjelajahi bagian demi bagian pada lubang kemaluan Ayu. Dari mulai lubang pantatnya, kemudian naik terus melalui lorong surga milik kekasihnya ini. Hingga terdengar rintihan lirih keluar dari mulut manis Ayu, ”Ouff… shh… yah, terus, Mas… yah begitu… itilku dong dijilat! Ouww…”
892Please respect copyright.PENANAAuZBDnRspk
Sesuai permintaan, Pak Camat segera memainkan klitoris Ayu yang mencuat ke depan seolah mengharapkan sebuah sentuhan. Dari hanya menjilat dan menyentil, mulutnya mulai menghisap biji mungil itu hingga perlahan rintihan Ayu berubah menjadi jeritan kecil penuh kenikmatan.
892Please respect copyright.PENANAbSGWDNkrhC
”Iya… begitu Mas… aduh… ouhh… enak… Mas Joko pinter banget sih… tahu aja yang Ayu suka… jangan berhenti… terus emut itilku, Mas!”
892Please respect copyright.PENANAiHlweLK2df
Pak Camat terus menjilati belahan lubang kemaluan yang sedikit terkuak itu dengan irama yang teratur, menelusuri lembah dan celah-celah di seantero lubang kemaluan Ayu. Aroma harum vagina yang khas semakin tajam menusuk hidungnya, semakin membuatnya mabuk kepayang dan bergairah. Terlihat dinding luar kemaluan Ayu yang semakin basah dan lengket, terasa gurih di lidah Pak Camat. Juga biji klitorisnya, terlihat semakin membesar dan tambah memerah, seolah mau meledak menahan gejolak nafsu birahi si empunya.
892Please respect copyright.PENANAUxFbfdwuuJ
10 menit sudah berlalu dan tangan Pak Camat sudah terasa pegal menyangga bobot tubuh Ayu. Namun dengan penuh semangat ia terus mempercepat irama hisapannya hingga terdengar erangan dan rintihan Ayu yang semakin panjang. Nafas wanita itu juga terlihat memburu kencang, tubuhnya kelojotan, sementara gerakan pinggulnya menjadi semakin liar, seolah mengejar kenikmatan yang sebentar lagi datang menyerang.
892Please respect copyright.PENANAPCYknFmI6u
”Ouw… nikmatnya… terus, Mas! Ooh… sedikit lagi… ssh… ouh… aduh, enak banget!” desah Ayu semakin keras. Dan beberapa detik kemudian, seerr… seerr… seerr… menyemburlah cairan bening yang sudah ditunggu-tunggu oleh Pak Camat.
892Please respect copyright.PENANAVasB8X8TEI
Dengan penuh nafsu, Pak Camat segera menghisap dan menghirupnya dalam-dalam, terasa hangat dan gurih sekali saat mengalir memenuhi rongga mulutnya. Pak Camat langsung menelan semuanya, tidak membiarkan setetes pun luput dari hisapannya.
892Please respect copyright.PENANAJ6CzwgfvQ2
Terlihat bibir kemaluan Ayu jadi tambah memerah. Benda itu sepertinya juga berdenyut-denyut kencang, menandakan detik-detik dimana Ayu sedang mengalami masa orgasmenya. Satu menit berlalu, namun Pak Camat terus giat menjilati sisa-sisa cairan Ayu yang masih menetes mengalir keluar menyusuri belahan liang vaginanya.
892Please respect copyright.PENANAjPuDBUD1VT
”Ouhh… Mas… aduh… bener-bener deh… aku puas banget! Ouh…” puji Ayu di akhir puncak kenikmatannya. Sambil merapikan pakaiannya yang sudah acak-acakkan, dia kemudian bertanya, ”Mas, apa kamu nggak jijik, itukan kotor…”
892Please respect copyright.PENANAUoJyuDxGQm
”Eh, siapa bilang? Kamu aja suka nelen pejuhku. Ya sekali-kali kita gantian lah.” sahut Pak Camat sambil tertawa.
892Please respect copyright.PENANAdepqr2mDP1
”Ok, berarti sekarang giliranku ya?” tanya Ayu polos.
892Please respect copyright.PENANAq8jVNdgRaD
Sebelum Pak Camat sempat menjawab, ia sudah mengarahkan tangan ke selangkangan Pak Camat dan dengan terampil membuka resletingnya. Tanpa kesulitan, Ayu mengeluarkan batang kemaluan laki-laki itu dan menaruhnya dalam genggaman. Sedetik kemudian, ia sudah dalam posisi siap menerkam. Lalu, ”Slruupp…” dengan lembutnya Ayu melahap batang Pak Camat ke dalam mulutnya.
892Please respect copyright.PENANAR40EB9O1bP
”Ouh… ssh…” sekarang gantian Pak Camat yang merintih pelan, betapa ia merasakan kehangatan dan kelembutan mulut kekasihnya ini pada batang penisnya.
892Please respect copyright.PENANAnIVi4YSudI
Ayu menjilatinya perlahan dari pucuk kepala terus menelusur ke bawah, sampai mendekati kedua bola pada pangkal kemaluan Pak Camat. Setelah menyapu perlahan, mulutnya dengan terampil mulai mengenyoti buah zakar itu dengan lembut, bergantian kiri dan kanan, sementara tangannya tetap mengurut dan meremas-remas batangnya yang terasa semakin menegang.
892Please respect copyright.PENANA16EHbuJdGz
”Ya Sayang… terus… ehh… aduh… enak!” tanpa sadar keluar rintihan nikmat dari mulut Pak Camat.
892Please respect copyright.PENANAUPAzAN0rXQ
”Ehhmm… mmhh…” sayup-sayup terdengar juga bunyi mulut Ayu yang semakin ganas mengenyot batang kemaluan Pak Camat. ”Ouhh… aauh… aku pingin lagi, Mas.” pintanya sambil memposisikan tubuh naik ke pangkuan Pak Camat dan mengarahkan batang kemaluan yang masih berada dalam genggamannya itu ke liang vaginanya.
892Please respect copyright.PENANALxvZIUYOzW
”Ahh… nanti dulu!” Pak Camat berusaha untuk menahan, ingin hisapan itu berlangsung lebih lama lagi.
892Please respect copyright.PENANA67aMaSiuOh
Namun bukannya menjawab, Ayu malah terus membimbing batang rudal Pak Camat dan menancapkannya di belahan lubang vaginanya yang sudah merekah lebar. Dengan posisi jongkok, ia mulai menggerakkan tubuh sintalnya naik turun di atas perut Pak Camat.
892Please respect copyright.PENANA5smsQZXWSf
”Aduh… kok enak sih, Sayang! Belajar dimana?” rintih Pak Camat saat merasakan denyutan lembut dengan irama teratur di liang kemaluan Ayu yang seperti meremas dan menggigit-gigit sekujur batang kemaluannya.
892Please respect copyright.PENANARmhJC2LVE5
Ayu hanya tersenyum sambil terus menggerakkan pinggulnya naik turun, otomatis rudal Pak Camat juga terus keluar masuk dalam dekapan bibir liang kemaluannya. Pak Camat sendiri membantu dengan menggerakkan pinggulnya seirama tubuh sang kekasih. Sementara di pusat kenikmatan mereka, terdengar kecipak-kecipak cairan yang keluar dari kemaluan Ayu, mengguyur dan membasahi batang rudal Pak Camat yang tidak begitu panjang.
892Please respect copyright.PENANA7BDLGyy0LO
Masih dengan posisi seperti itu, sepuluh menit pun berlalu. Terlihat Ayu sudah kelelahan, keringat tipis melumasi seluruh tubuhnya yang sintal, sebelum ambruk menindih tubuh Pak Camat tak lama kemudian. Pak Camat segera mengambil inisiatif dengan menggerakkan tubuhnya, tapi sekarang dengan dibantu kedua tangannya yang memegangi bulatan payudara Ayu dan meremas-remasnya pelan.
892Please respect copyright.PENANAm6C5c62puj
”Terus, Mas… ssh… terus…” desahan dari mulut Ayu kembali terdengar, mengiringi kelakuan bejat mereka di pagi yang sejuk itu.
892Please respect copyright.PENANA2QYzb4FZVM
Pak Camat segera mempercepat gerakannya. Terasa olehnya lelehan lendir yang keluar dari liang kemaluan Ayu menerobos melewati celah sempit di antara bibir dan batang penisnya. ”Ehh… punyamu bener-bener deh, Sayang… seperti meremas punyaku… aduh!” Pak Camat merintih keenakan.
892Please respect copyright.PENANAiWhJ0Mp24Y
Merasa sebentar lagi akan mencapai ujung pendakiannya, iapun semakin mempercepat genjotannya. ”Ohh… Sayang… aku keluar… arghhh…” tak sampai satu menit kemudian, batang kemaluan Pak Camat meledak mengeluarkan semua isinya. Benda itu berdenyut-denyut keras di dalam liang vagina Ayu, memenuhinya dengan cairan sperma yang begitu hangat dan kental.
892Please respect copyright.PENANAkQsMANsQr6
Pak Camat membiarkan batang penisnya tetap terbenam dalam dekapan lubang kemaluan Ayu yang hangat dan nyaman, sampai akhirnya menyusut dan terlepas dengan sendirinya. Ayu segera bangkit sambil tangannya menangkup ke bawah selangkangan, berusaha menutupi daerah kewanitaannya.
892Please respect copyright.PENANAMstfni8Jtg
”Takut nanti pejuh Mas jatuh ke karpet.” begitu alasannya. Kemudian ia berjongkok di samping Pak Camat sampai semua cairan yang menetes tertampung di telapak tangannya.
892Please respect copyright.PENANAUcmi9ZZjXY
”Ngapain sih?” tanya Pak Camat heran.
892Please respect copyright.PENANA5kPe0VtNK3
Bukannya menjawab, Ayu malah tersenyum penuh arti. Kemudian tanpa disangka, ia mengarahkan sperma itu ke mulutnya dan dihirup sedemikian rupa sebelum ditelan semua tak lama kemudian. Bukan itu saja, Ayu juga menjilati telapak dan jari-jarinya hingga tak ada setetes pun cairan sperma Pak Camat yang tersisa. Dan seolah belum puas, ia menyambar batang penis Pak Camat yang sudah mengkerut lemas dan lekas menjilatinya hingga bersih.
892Please respect copyright.PENANA5fLCH0iHqq
Pak Camat hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah selingkuhannya itu, ”Dasar kamu! Doyan banget sama pejuh.” ia tertawa.
892Please respect copyright.PENANAfvCNSqNszU
”Tapi ini kan yang Mas suka?” tanya Ayu.
892Please respect copyright.PENANAHJiZC02pnb
Pak Camat mengangguk. ”Bener-bener deh, tidak ada wanita yang sebinal dirimu!”
892Please respect copyright.PENANAL9zF7tLSJe
”Biarin!” Ayu balas tertawa
892Please respect copyright.PENANAm6ts0i9eJa
Tidak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 07:30 pagi. Waktunya Pak Camat untuk berangkat ke kantor. Lekas ia lepaskan tubuh perempuan cantik itu, kemudian mereka pun berbenah, merapikan baju masing-masing.
892Please respect copyright.PENANAz8yf3OWZE7
***
892Please respect copyright.PENANA3uUQEwO3ee
Murti sudah sampai di gerbang perumahan residence. Ia masih harus berhadapan dengan dua orang satpam yang menanyainya macam-macam. Ia bahkan sempat tidak diijinkan masuk. Tapi begitu ia memberi uang tips dan meninggalkan identitas, barulah para satpam itu membuka portal dan memberinya jalan. Sesaat ia dibuat terkagum-kagum oleh bangunan rumah yang serba mewah berjajar sepanjang jalan masuk. Tapi ia datang bukan untuk mengagumi rumah-rumah itu. Ia terus mencari rumah yang disebutkan oleh Dewi.
892Please respect copyright.PENANA0v1blAxN9H
Murti sudah sampai di blok A. Rumah-rumah di blok ini tidak sebesar dan semewah yang tadi, tapi tetap saja bisa dibilang mewah. Nah, itu dia. Murti ragu sejenak dan sempat berniat mengurungkan niat untuk bertamu. Ia tidak kenal siapa pemilik rumah yang kini ada dihadapannya. Ia takut salah alamat yang bisa berakibat tidak baik. Bisa-bisa ia dilaporkan ke polisi karena dicurigai sebagai orang yang bermaksud jahat. Ah, tidak mungkin. Toh ia memakai seragam kerja khas pegawai negeri. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Murti melihat pintu pagar yang tinggi itu terbuka.
892Please respect copyright.PENANAsFE0zi6MHf
Tapi ia langsung terkaget-kaget karena orang yang muncul dari balik pagar benar-benar di luar dugaan. Murti serasa mati berdiri dengan wajah pucat pasi. “Mas Joko!” panggilnya pelan tanpa sadar.
892Please respect copyright.PENANAotGuLfqGZq
“Murti!” seru Pak Camat, juga sama-sama kaget.
892Please respect copyright.PENANAsdkY5UgCbd
Murti merasakan dunia berputar. Tanah yang dipijaknya seperti pusaran yang menariknya ke bawah, semakin ke bawah sampai ia tidak melihat apa-apa lagi selain hitam dan kelam. Ia hanya sempat menampar suaminya dan memandang geram seorang wanita yang bersama suaminya sebelum pingsan. Pak Camat yang lebih kaget langsung membawa Murti pulang.
ns 172.70.126.97da2