
1695Please respect copyright.PENANAosDU29jDO1
Sejak beberapa hari terakhir, Dani jarang datang ke warung Rina lagi. Bukan karena menghindar, tapi karena kini ibunya sendiri yang lebih sering berbelanja ke sana. Ibunya Dani sudah tak lagi repot seperti sebelumnya, sehingga ia bisa langsung membeli kebutuhan rumah tangga sekaligus bercengkerama dengan Rina dan ibu-ibu lainnya di warung.
1695Please respect copyright.PENANARDi1zClJOp
Hari ini, seperti biasa, ibu Dani datang ke warung Rina dengan senyum ramah. "Pagi, Bu Rina! Sehat, kan?" sapanya ceria.
1695Please respect copyright.PENANA5ecS6wGLhT
Rina yang tengah menata dagangan mengangguk. "Sehat, Bu. Alhamdulillah. Mau beli apa hari ini?"
1695Please respect copyright.PENANAuPMH7nLPT3
"Biasa, buat arisan. Sayur mayur, bumbu dapur, sama gula sekilo."
1695Please respect copyright.PENANAsUgpZ8kgzm
Sambil menimbang gula, Rina melirik sekilas. "Dani kok nggak pernah ke warung lagi? Udah betah di rumah?" tanyanya, nadanya terdengar seolah basa-basi, tapi ada sedikit rasa penasaran terselip di dalamnya.
1695Please respect copyright.PENANAlQy5SC2MVa
Ibu Dani terkekeh. "Iya, dia sekarang lebih sering di rumah. Kalau nggak bantuin ayahnya, ya, ngurusin program buat desa."
1695Please respect copyright.PENANABZI5H4auOh
Rina mengernyit. "Program buat desa?"
1695Please respect copyright.PENANAzzUynGCGb0
"Iya, Dani sekarang aktif bantu-bantu buat majukan pertanian desa kita. Katanya mau cari cara biar hasil panen bisa lebih bagus dan gampang dijual ke luar."
1695Please respect copyright.PENANAylGgh3WgJw
Rina mengangguk-angguk, teringat bagaimana dulu Dani memang dikenal sebagai anak yang pintar. Tak heran kalau sekarang ia mulai mengambil peran lebih besar di desa.
1695Please respect copyright.PENANAOeTxA1aMDj
Setelah berbelanja, ibu Dani berpamitan. Rina kembali sibuk melayani pembeli lain, tetapi di dalam hatinya, ia merasa ada yang aneh. Entah kenapa, sejak Dani jarang muncul, warungnya terasa sedikit lebih sepi.
--
1695Please respect copyright.PENANAJYszIHNn7P
Beberapa hari kemudian, pagi-pagi sekali, Rina membawa bayinya ke posyandu di balai desa. Pemeriksaan berjalan lancar, dan setelah berbincang sebentar dengan ibu-ibu lain, ia bersiap untuk pulang.
1695Please respect copyright.PENANALK8IpQHtXg
Namun, begitu keluar dari balai desa, matahari sudah naik tinggi, menyengat tanpa ampun. Udara yang tadinya sejuk kini berubah menjadi gerah, membuat kulit terasa seperti dipanggang perlahan di bawah terik siang.
1695Please respect copyright.PENANAP8lM5ynPuf
Rina berdiri di tepi jalan, menggendong bayinya yang mulai gelisah. Ia menunggu becak, tapi tak satu pun yang melintas.
1695Please respect copyright.PENANAzt6TVZdqEk
Keringat mengalir di pelipisnya, membasahi tengkuknya yang terasa panas seperti pasir pantai di siang bolong. Sesekali ia melirik ke arah jalanan yang sepi, berharap ada becak yang lewat, tetapi sejauh ini, hanya angin yang berhembus malas, membawa debu ringan dari tanah kering.
1695Please respect copyright.PENANA5yenLZUWzT
Bayi di gendongannya mulai merengek, seolah ikut merasakan ketidaknyamanan ibunya. Rina menghela napas, mengayun-ayunkan si kecil pelan.
1695Please respect copyright.PENANAS5gKzXrHcS
"Dasar becak-becak, kalau lagi butuh malah nggak ada satu pun!" gerutunya kesal, menyeka keringat di pelipisnya. Ia mulai bersiap untuk berjalan kaki, meski hatinya masih dongkol.
1695Please respect copyright.PENANAVcRU26tOwX
Namun, saat baru hendak melangkah, suara motor mendekat.
1695Please respect copyright.PENANAEH5qgShvET
"Bu Rina?"
1695Please respect copyright.PENANA2nylfdlSwl
Rina menoleh dengan dahi sedikit berkerut. Dari balik sinar matahari yang menyilaukan, ia melihat sosok pemuda yang sudah beberapa hari ini jarang muncul di warungnya—Dani.
1695Please respect copyright.PENANAujY2g3YE3V
Pemuda itu menghentikan motornya, lalu menatapnya dengan ekspresi santai. "Lagi nunggu becak, ya?" tanyanya.
1695Please respect copyright.PENANAeiN4kZ22Te
"Nggak keliatan apa? Masa saya berdiri di sini nunggu ujan?" sahut Rina ketus.
1695Please respect copyright.PENANACFZNsvVZ1Y
Dani hanya terkekeh. "Becaknya nggak ada yang lewat, ya?"
1695Please respect copyright.PENANAmnNnvZqHbS
"Ya iyalah! Kalau ada, saya udah naik dari tadi!" suara Rina terdengar kesal.
1695Please respect copyright.PENANAncusOCkjSY
Dani melirik ke jalanan yang sepi, lalu menatap Rina lagi. "Kalau gitu, saya antar aja, Bu."
1695Please respect copyright.PENANAJQDhBFAefz
Rina melotot. "Hah? Enggak! Ngapain repot-repot? Saya bisa jalan sendiri!"
1695Please respect copyright.PENANA7QYP3ZIRoa
Dani tersenyum kecil, sudah terbiasa dengan galaknya Rina. "Saya juga sekalian pulang, Bu. Nggak ada ruginya kok."
1695Please respect copyright.PENANAluetQCat3z
Rina mendengus. "Nggak usah sok baik!"
1695Please respect copyright.PENANAEjlv9PPZBy
Namun, sebelum Dani sempat membalas, tangisan bayi Rina semakin kencang. Tubuh mungilnya bergerak gelisah, wajahnya memerah karena kepanasan.
1695Please respect copyright.PENANARqSMFuyo7H
Rina berusaha menenangkan si kecil, mengayun-ayunkannya pelan. Namun, tangisannya justru makin menjadi-jadi.
1695Please respect copyright.PENANAhyDbumlIcc
Dani menghela napas, lalu berkata lebih lembut, "Biar cepat sampai, Bu. Kasihan bayinya kepanasan."
1695Please respect copyright.PENANA3SCTCI35Xd
Rina memandang Dani dengan tatapan tajam, lalu kembali menatap anaknya. Hatinya masih keras, tapi ia tak tega melihat bayinya terus menangis.
1695Please respect copyright.PENANAENTHUSbJv8
Dengan mendengus pelan, ia akhirnya mengangguk. "Tapi bawa motornya jangan ngebut! Kalau ada apa-apa, kamu yang tanggung jawab!"
1695Please respect copyright.PENANA7XCnQ6GrNA
Dani tersenyum, menahan tawa. "Siap, Bu Rina."
--
1695Please respect copyright.PENANAMvouvakbRz
Dani merogoh tas kecil yang tersampir di bahunya, lalu mengeluarkan sebuah payung lipat berwarna biru muda.
1695Please respect copyright.PENANAVoldzpPJ2J
"Ini, Bu. Buat nutupin bayinya biar nggak kepanasan."
1695Please respect copyright.PENANAVoEFfaMHW4
Rina menatap benda itu dengan sedikit terkejut. Payung kecil… sederhana… tapi entah kenapa, terasa begitu berarti.
1695Please respect copyright.PENANAcFzTspvAqp
Ia menerima payung itu perlahan, membukanya untuk menaungi bayinya. Ketika bayangan payung itu melindungi anaknya dari terik, hatinya juga terasa seperti terlindungi.
1695Please respect copyright.PENANA3FuofWwwEo
"Makasih," katanya singkat, tapi ada sesuatu dalam suaranya yang terasa berbeda—lebih lembut, lebih tulus.
1695Please respect copyright.PENANANgs0Txybnn
Dani hanya tersenyum tipis sebelum kembali menyalakan motornya.
1695Please respect copyright.PENANAQXc7py34Sc
Ketika motor mulai melaju, Rina merasakan sesuatu yang aneh dalam hatinya.
1695Please respect copyright.PENANAWIaCmH930I
Perjalanan ini mungkin hanya dari balai desa ke rumahnya, tapi bagi Rina, rasanya seperti perjalanan ke tempat yang lebih dalam—ke relung hatinya sendiri.
1695Please respect copyright.PENANAjfMc9GzfTv
Angin yang berembus membawa kehangatan, bukan hanya di kulitnya, tapi juga di jiwanya. Bayinya kini tertidur nyenyak dalam dekapannya, dan setiap kali motor melewati jalanan desa yang biasa, hati Rina justru melangkah ke tempat yang belum pernah ia jamah sebelumnya.
1695Please respect copyright.PENANAJyEPKicziS
Di depannya, Dani mengendarai motor dengan tenang, begitu stabil, begitu bisa diandalkan.
1695Please respect copyright.PENANAlJ2Q8eG0Eg
Rina menatap punggung pemuda itu. Punggung yang dulu hanya dikenalnya sebagai anak kecil yang suka berlarian di sekitar desa.
1695Please respect copyright.PENANAFqT1ZBBI3i
Kini, punggung itu terasa lebih kokoh, lebih kuat… dan entah kenapa, ia ingin bersandar.
1695Please respect copyright.PENANADD3i48kYWS
Rina menghela napas pelan, tetapi senyum kecil terbit di sudut bibirnya.
1695Please respect copyright.PENANAZI7aEWy4Bn
Ini hanya tumpangan. Hanya beberapa menit di atas motor.
1695Please respect copyright.PENANA0RutXnz7bY
Tapi kenapa… kenapa rasanya begitu istimewa?
1695Please respect copyright.PENANAsgBh5H6zI1
Kenapa rasanya ia ingin perjalanan ini lebih lama?
1695Please respect copyright.PENANAo2aRQQ4ZMW
Untuk pertama kalinya, Rina tidak ingin cepat sampai.
--
1695Please respect copyright.PENANABe8FKNCJQF
Motor berhenti tepat di depan rumah Rina. Angin yang tadi terasa hangat kini seolah membawa sesuatu yang berbeda—perasaan yang samar, tetapi perlahan mulai terasa nyata.
1695Please respect copyright.PENANAs63Au4yEbm
Rina baru saja hendak turun ketika Dani menoleh ke belakang dengan senyum sopan.
1695Please respect copyright.PENANAECFBLsNwlM
"Udah sampai, Bu. Saya pulang dulu, ya."
1695Please respect copyright.PENANAKFe5ZVGbuZ
Seketika, kehangatan yang tadi menyelimuti hati Rina perlahan luntur.
1695Please respect copyright.PENANAuJE5KMyZxL
Begitu saja?
1695Please respect copyright.PENANAhiRnlw6YdD
Matanya menatap Dani yang sudah bersiap menyalakan motornya lagi. Ada sesuatu dalam dirinya yang enggan melepas kepergian pemuda itu.
1695Please respect copyright.PENANAO56eAITtYd
Tapi tentu saja, ia tidak bisa menahan Dani lebih lama.
1695Please respect copyright.PENANAkk8lrrvMxR
Ia hanya bisa mengangguk pelan. "Iya, hati-hati."
1695Please respect copyright.PENANAu2oc3rB7Rn
Dani tersenyum tipis, lalu melaju pergi.
1695Please respect copyright.PENANAOXoQh7qqAv
Rina berdiri di depan rumahnya, menatap punggung Dani yang semakin menjauh—sama seperti tadi, tetapi kali ini ia merasa kehilangan sesuatu.
1695Please respect copyright.PENANAsbw43VBAzE
Tangannya masih menggenggam payung kecil yang diberikan Dani tadi.
1695Please respect copyright.PENANAQDRhsuxecF
Payung sederhana, tetapi kini terasa jauh lebih berharga dari yang seharusnya.
1695Please respect copyright.PENANAjjWxQDkGb8
Ia menggenggamnya lebih erat, seolah payung itu bisa menggantikan kehangatan yang perlahan menghilang bersama kepergian Dani.
1695Please respect copyright.PENANARoIkXtocjl
Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama… ia merasakan sesuatu yang menyesakkan dalam hatinya.
--
1695Please respect copyright.PENANAGjBwHqZZot
Malam itu begitu sunyi.
1695Please respect copyright.PENANAIdjDAIhzeg
Angin berembus pelan di luar, menyelinap masuk melalui celah jendela yang sedikit terbuka. Tirai tipis bergoyang lembut, seperti tarian bayangan yang meliuk tanpa suara.
1695Please respect copyright.PENANAoOhxRSI89H
Di dalam kamar, Rina berbaring diam. Matanya menatap langit-langit, tetapi pikirannya mengembara jauh. Ada sesuatu yang terasa hampa di dadanya, seolah ada ruang kosong yang belum pernah ia sadari sebelumnya.
1695Please respect copyright.PENANAHCvNdOMSFH
Sejak kapan perasaan ini muncul?
1695Please respect copyright.PENANASmzmA7cvcF
Tangannya perlahan bergerak, meraba benda kecil di sampingnya—payung lipat yang tadi diberikan Dani.
1695Please respect copyright.PENANAIWeHN2Nu0I
Benda ini seharusnya tak berarti apa-apa. Hanya payung. Hanya plastik dan logam yang ringan.
1695Please respect copyright.PENANA6wkqNNI85E
Namun, saat jemarinya menggenggamnya erat, ada kehangatan yang menjalar pelan dari telapak tangannya menuju hatinya.
1695Please respect copyright.PENANAWiSFV4KZJt
Ia menghela napas panjang. Angin kembali berembus, menyentuh kulitnya dengan lembut—seolah ingin mengingatkan bahwa ia sedang sendiri, hanya ditemani kesunyian yang terasa begitu nyata.
1695Please respect copyright.PENANAqroZfvxBfx
Dan di tengah sunyi itu, ada sesuatu yang mulai tumbuh dalam hatinya.
1695Please respect copyright.PENANAXD0NSYlSfm
Sebuah perasaan yang membuat dadanya bergetar.
1695Please respect copyright.PENANAjfCVk3gVWB
Sebuah perasaan yang menakutinya lebih dari apa pun.
1695Please respect copyright.PENANAH3VYMJMeHv
Karena ia tahu, jika ia membiarkannya berkembang… ia tidak akan bisa berpaling lagi.
ns216.73.216.238da2