
KOLEKSI CERITA GAY NAKAL LOKAL
******501Please respect copyright.PENANA5KBxs6yps9
501Please respect copyright.PENANAhu6zeR6u1R
501Please respect copyright.PENANApokVC8q6cJ
501Please respect copyright.PENANAGFMVynVppS
501Please respect copyright.PENANAnkFA8sh3vc
Yoga pergi KKN ke desa Sekar Mulia bareng lima belas mahasiswa lainnya selama dua bulan. Selama di desa tersebut, mereka akan tinggal di rumah sang lurah, nama lurahnya Pak Purnomo. Orangnya kelihatan ramah dan baik, meski udah kepala empat dan hampir setiap hari pergi ke ladang, tapi fisiknya masih kelihatan bugar banget bahkan punya otot lengan dan perut yang sampai bikin anak-anak cowok dirombongan Yoga termasuk Yoga-nya sendiri speechless.
Awalnya semua kelihatan biasa aja, sampai Yoga mulai sadar kalau setiap Pak Purnomo ngomong, dia selalu terpana sama cara ngomongnya dan gerak-geriknya. Rasanya kayak dulu pas Yoga pertama kali naksir sama cowok.
Gak sampai di situ aja, setelah hampir seminggu tinggal satu atap sama Pak Purnomo, Yoga juga sadar kalau setiap Pak Purnomo ngobrol cuma berduaan doang sama Yoga, Purnomo suka cari-cari kesempatan buat pegang-pegang dia. Entah cuma pegang pundak, tangan, atau bahkan paha. Pernah juga pas Yoga lagi kencing di kamar mandi rumah mereka dan Purnomo tiba-tiba datang ikutan kencing di samping Yoga, Purnomo ngelirik-lirik penis Yoga sambil ngajak ngobrol ke arah dua satu plus.
Alih-alih risih, Yoga malah kesenangan, soalnya ternyata yang menaruh hati di sini bukan cuma dia seorang. Jadi pas Purnomo ngajak ngobrol dia sambil kencing terus tangannya mulai grepe-grepe penisnya, Yoga diam saja sambil pura-pura gak tahu.
“Gimana tadi KKN-nya? Capek gak? Kalau capek, gini-gini saya bisa ngurut,” kata Purnomo sambil mesam-mesem pada Yoga. Tangannya sendiri masih dipenis Yoga, awalnya dia urut pelan-pelan gitu, tapi lama-kelamaan jadi diremas.
Yoga-nya yang udah sadar jelas-jelas lagi dirayu malah tersipu malu sambil jawab, “Saya gak pernah kerja kasar, sih, jadi badan lumayan pegal-pegal, Pak.”
Purnomo makin mendekatkan badannya ke Yoga. Sebelum itu, tangannya yang satu lagi sempet meraih gagang pintu kamar mandi dan menguncinya dari dalam.
“Waduh, kalau gak cepet-cepet diurut, bisa bahaya itu. Masih muda harus ekstra jaga kesehatan.” Purnomo memojokkan Yoga di dinding kamar mandi. Sekarang wajah keduanya begitu dekat, belum lagi Yoga yang ngerasain keenakan gara-gara penisnya diurut tangan Purnomo yang kasar.
Pipi sampai daun telinga Yoga memerah ketika Purnomo mulai meraba-raba pantatnya.
“Jadi gimana, mau saya urut gak?”
Yoga mengigit bibir bawahnya menimbang bimbing. Kalau dia terima, Yoga sama aja udah bikin rumah tangga orang lain hancur, belum lagi Purnomo udah punya dua anak, satu udah SMA satunya lagi masih SD. Tapi kalau dia tolak, mungkin aja Yoga bakalan nyesel seumur hidup, apalagi dia cuma dua bulan di sini. Belum lagi sekarang Yoga sendiri udah gak tahan pengen disentuh dan dimanja. Kalau dilihat-lihat, Purnomo orangnya pinter main.
Lagi-lagi Purnomo ngeremas belahan pantat Yoga yang berisi dan kencang sampai Yoga gak tahan buat gak ngedesah, terus ketika mulutnya Yoga terbuka, tanpa izin Purnomo langsung cium bibirnya sekilas tapi mantap banget. Yoga sampai kaget sendiri.
Dia membekap mulutnya yang tadi dicium Purnomo. Purnomo senyum-senyum sendiri ngelihatin Yoga dari dekat.
Entah kenapa jantung Yoga rasanya deg-degan ketika berada di situasi terjepit seperti ini dengan Purnomo.
“Pak Purnomo, saya boleh minta dicium sekali lagi gak?” minta Yoga.
Wajah Purnomo langsung sumringah. “Jangan panggil pak dong, kalau lagi berduaan begini, panggil saja saya Mas Purnomo.” Purnomo lalu menempelkan bibirnya dengan bibir Yoga yang sudah haus belaian.
Yoga semangat banget obok-obok isi mulutnya Purnomo dan mengigit bibirnya kecil-kecil sampai dia kalungin tangannya di leher Purnomo.
Belum lagi kumis dan jenggot tipis Purnomo yang berwarna silver itu menggesek-gesek wajah Yoga sampai bikin kegelian. Tapi justru itu yang bikin Yoga ketagihan ciuman sama Purnomo. Rasanya ada sesuatu yang aneh yang bikin nagih dan Yoga ingin terus merasakan sensasi itu.
Setelah perang lidah selama beberapa menit lamanya sampai bibir pegal, Purnomo mengakhiri cumbuannya. Yoga mendongakkan kepalanya untuk memberi akses pada Purnomo yang kini mulai menciumi leher Yoga, menjilatinya dan menggigitnya kecil-kecil.
“Ahh Mas Purnomo ahh ah.” Badan Yoga panas, libidonya benar-benar naik.
“Dek Yoga suka lehernya dijilatin Mas Purnomo kayak gini?” Purnomo memeluk pinggang Yoga dari depan sementara Yoga sendiri kini membusungkan dadanya keenakan.
Yoga mengangguk, sementara pandangannya sudah semakin berkabut.
Ketika jilatan Purnomo pada leher Yoga berhenti, Yoga lantas menarik dagu Purnomo dan mencium bibirnya sekali lagi. Wajah mereka begitu dekat. Saat itu, baik Yoga mau pun Purnomo, keduanya saling jatuh cinta.
“Mas Purnomo,” kata Yoga lemah.
“Iya, kenapa Dek Yoga? Mau minta dicium sama Mas lagi?”
Yoga tersenyum simpul. “Bukan. Tapi itu loh, burungnya Mas Purnomo dari tadi nempel di selangkanganku. Bikin aku geli.”
Ini yang jadi keresahan Yoga dari tadi. Dia gak bisa melihat penis Purnomo terang-terangan, tapi penis itu malah menempel pada kulitnya, yang kalau dia tebak, ukurannya juga pasti lumayan.
Purnomo malah sengaja menggesek-gesek penisnya sambil senyam-senyum jenaka; menggoda daun muda di depannya.
“Massss, ahh.” Yoga udah gak tahan. Dia bahkan meremas bahu Purnomo untuk mengalihkan sensasi itu.
“Burungnya Dek Yoga senang gak sama burungnya Mas Purnomo?” Purnomo memegang penisnya dan menempelkannya pada penis Yoga.
Saat itu Yoga melirik ke bawah, ternyata emang penisnya Purnomo 2x lipat lebih besar dari miliknya, juga warnanya yang kehitaman dan ditumbuhi bulu-bulu hitam di sekitar buah zakarnya yang semakin menambah naik libido Yoga untuk minta disodok.
Dengan pandangan berkabut, Yoga berkata, “Mas Purnomo mau gak burungnya Mas aku bikin seneng?” Yoga nyerah, dia udah gak tahan pengen disodok. “Mas ahh, aku ah aku udah gak tahan pengen cepet-cepet kamu masukin ah.”
Penis Purnomo semakin menegang tegak ketika Yoga semakin menggodanya dengan kata-kata kotor dan desahan seksinya.
Dengan semangat tempur, Purnomo ngomong, “Mau dong, Dek. Burungnya Mas mau banget dibikin seneng —”
Brak! Brak! Brak!
Tiba-tiba pintu toilet digedor dari luar.
“Siapa, ya, di dalam? Dari tadi gak keluar-keluar, aku kebelet, nih.”
Itu suara anak bungsunya Purnomo.
Sambil menahan kesal, Purnomo berteriak, “Ini bapak yang di dalam, kamu tunggu sebentar, ya.”
“Bapak ngapain aja, sih, di dalam? Lama banget.”
Yoga memakai celananya kembali dengan benar. Diikuti Purnomo. Yoga membasuh wajahnya dengan air dingin agar wajahnya tak terlihat terlalu merah.
Ketika Purnomo membuka pintu kamar mandi, Tika — anak bungsunya Purnomo — melihat ayah dan kakak mahasiswa yang keluar dari dalam kamar mandi secara bersamaan dengan tatapan bingung.
“Lah, daripada Bapak sama-sama Kakak ini di dalam—”
“Udah, udah. Katanya kamu lagi kebelet, sana masuk,” omel Purnomo.
Seketika Tika lupa dengan apa yang ingin dikatakannya tadi dan langsung masuk ke kamar mandi.
Yoga membenarkan anak rambutnya yang berantakan. Terus pas Purnomo tiba-tiba nyium bibir Yoga, Yoga kaget banget dong dan refleks ngedorong dada Purnomo.
“Mas, jangan di sini,” bisiknya.
“Lagi gak ada siapa-siapa,” kata Purnomo, mau nyosor lagi.
“Siapa bilang? Buktinya tadi tiba-tiba ada anakmu? Kalau istrimu sama temen-temenku tiba-tiba muncul dan pergoki kita, gimana?” Yoga melirik ke sana ke mari dengan waspada.
“Terus yang tadi gak dilanjutin?” Jujur deh, Purnomo sekarang tersiksa banget gara-gara penisnya yang udah on fire tiba-tiba dipaksa tidur, padahal tinggal sedikit lagi masuk.
“Burungku sendiri juga sakit karena gak jadi ketemu sama burungnya, Mas. Tapi gak sekarang dan di sini juga kali.” Lalu Yoga pergi meninggalkan Purnomo yang lagi merajuk.
*****501Please respect copyright.PENANAh5eRnhMc3f
501Please respect copyright.PENANAJeUUB1tiM8
501Please respect copyright.PENANAnLTASxBfAq
501Please respect copyright.PENANA3XAYVVw6JN
501Please respect copyright.PENANAW88neuqETu
Setidaknya dua Minggu setelah kejadian panas di kamar mandi itu, baik Yoga sama Purnomo masih sering diam-diam bermesraan kayak tiba-tiba nyenggol badan, tiba-tiba bercanda yang akrab banget, tiba-tiba jalan bareng, tapi cuma sampe di situ, kayak kebanyakan ABG lagi kasmaran. Soalnya kalau mau lebih pun juga susah karena di sekitar mereka selalu ada orang lain yang ganggu.
Sampai malam Minggu, biasanya setiap malam Minggu orang-orang di desa Sekar Mulia akan berkumpul di satu tempat yang namanya udah keluar di arisan Minggu sebelumnya, tujuannya untuk tahu pengajian Minggu berikutnya akan diadakan di rumah siapa.
Nah, Minggu ini pengajiannya ada di rumah Bu Maya, kalau dari rumahnya Pak Purnomo, jaraknya lumayan jauh karena rumahnya Bu Maya itu ada di ujung desa.
Anak-anak KKN lainnya waktu itu ikut pergi ke pengajian juga, soalnya malam Minggu biasanya juga ikutan karena di ajak Bu Ani kan, istrinya Pak Purnomo, apalagi anak-anak diiming-imingi kalau suguhannya ada bakso, besek, dan macam-macam, sekalian bantu-bantu dan dapat pengalaman rewang di desa.
Yoga sendiri biasanya semangat buat ikut, tapi Purnomo udah nge-SMS dia duluan kalau dia bakalan nyelinap pergi dari mereka biar bisa berduaan sama Yoga, apalagi tempat pengajiannya jauh terus acaranya dimulai dari jam tujuh sampai jam setengah sebelas malam. Jadi, malam itu Yoga pura-pura lemes gara-gara sakit perut, jadi dia gak bisa pergi deh.
“Mau gue temenin gak?” kata Zainal.
Yoga yang lagi rebahan di sofa menggeleng. “Gak usah, lo pergi aja bareng anak-anak, gue palingan juga cuma tidur, kok.”
“Gue ngerasa gak enak sama lo.”
“Apa sih, kek gue mau ditinggal ke Jakarta aja. Orang cuma sakit perut juga.”
Lalu Bu Ani datang dengan minyak kayu putih ukuran jumbo dan diberikan pada Yoga. “Nak Yoga, olesi perutnya pakai minyak ini biar agak mendingan. Gak bau kok, baunya enak malahan.”
Yoga menerima minyak kayu putih itu dengan enggan. “Makasih, Bu. Duh, maaf ya, jadi ngerepotin gini saya.”
Zainal melirik minyak kayu putih yang diberikan pada Yoga. “Ini di rumah saya juga selalu stok, enak baunya terus anget.”
Yoga jadi ngerasa gak enak sama mereka karena udah bohong. Tapi setelah sekitar setengah jam mereka semua pergi dan tiba-tiba Purnomo masuk ke dalam rumah dengan wajah sumringah. Yoga yang lagi bete sambil main HP seketika dibuat deg-degan, padahal sebelumnya dia lagi asyik baca AU gay di Twitter (ceritanya tentang Itoshi Rin yang dibikin enak sama Isagi Yoichi).
Rasa bersalah yang sebelumnya sempat dia rasakan pada anak-istri Purnomo dan teman-temannya mendadak sirna, tergantikan dengan perasaan senang karena bisa berduaan dengan orang yang lagi dia sukai.
“Mas Purnomo ♡”
Purnomo udah kunci pintunya setelah masuk biar gak ada drama tiba-tiba digrebek warga pas lagi enak-enaknya ngegenjot Yoga.
Ketika ngebayangin kalau mereka berdua bakalan mesra-mesraan, libido Purnomo tiba-tiba naik sampai bulu kuduknya merinding. Kalau ngebayangin daun tua kayak dia bakalan ngegagahin daun muda seperti Yoga, rasanya Purnomo kayak udah menangin lotre.
Dengan langkah lebar-lebar, Purnomo menghampiri Yoga yang ada di sofa. Dia lalu duduk di samping Yoga dan langsung mencium pemuda itu beringas. Kayak kucing yang udah gak makan sebulan. Bahkan Yoga pun sampai kewalahan dengan nafsu birahi Purnomo yang melebihi kaum muda ini.
Dengan cepat Yoga beradaptasi, dia mengalungkan tangannya dileher Purnomo dan menerima semua cumbuan Purnomo dengan mata terpejam. Mengikuti ritme permainan lidah Purnomo yang andal, lebih andal dari pacar-pacar Yoga dulu.
Yoga mendesah pasrah, dia benar-benar gak tahan buat gak ngedesah ketika Purnomo sedang memperlakukannya dengan istimewa seperti ini, dan itu bikin Purnomo makin semangat menjamah setiap jengkal tubuh segar Yoga.
“Shh ah Mas Purnomo jangan di sini ahh ah.”
Yoga mendesah-desah dengan tubuh gemetaran ketika Purnomo berusaha melebarkan kakinya, tapi Yoga malah menutupi selangkangannya dengan dua tangan.
“Jangan di sini, Mas.” Yoga masih sadar kalau mereka masih di depan TV di atas sofa. “Aku takut kalau ada yang ngintipin kita dari jendela ahh ah.”
Purnomo mencium leher Yoga yang putih mulus sampai basah oleh liurnya dan berbunyi clap clap clap.
“Kalau di kamarnya Mas gimana?” kata Purnomo sambil menahan birahinya.
“Emang gak apa-apa kalau kita ngelakuinnya di kamar, Mas? Itu, kan, kamarmu sama istrimu?”
“Gak apa-apa lah.” Ciuman Purnomo turun ke dada Yoga, dia menarik kerah baju kemeja Yoga agar turun dan melepaskan kancingnya satu per satu dengan mulut.
Yoga mengigit bibir bawahnya kuat-kuat, udah benar-benar gak tahan pengen meledak sambil disodomi Purnomo.
“Ahh kalau gitu aku mau ahh!” Yoga kaget banget pas Purnomo langsung ngegendong dia tanpa basa-basi dan ngebawa dia masuk ke kamarnya.
Purnomo juga langsung ngekunci pintu kamar tersebut dan langsung baringkan tubuh Yoga di atas kasur bersprei merah bunga-bunga dengan tubuhnya yang menindih tubuh Yoga.
Yoga merasa dihargai ketika Purnomo membaringkannya dengan hati-hati, padahal pacar-pacarnya dulu setiap kali mereka ngeseks pasti selalu ngebanting tubuh Yoga dulu ke kasur sampai dia pernah sakit pinggang. Kata mereka sih, Yoga kelihatan lebih panas kalau lagi kesakitan sampai bikin mereka makin horny. Singing emang!
Purnomo membelai wajah Yoga yang dimatanya begitu indah dan panas. Dia lalu melepaskan seluruh kancing baju Yoga dan membuang kain itu ke sembarang tempat, kini tubuh bagian atas Yoga telanjang. Purnomo memandangi pemandangan indah di bawahnya itu dengan liur menetes, seperti seekor serigala yang mendapati rusa kecilnya menyerahkan diri untuk dirinya santap bulat-bulat.
“Mas,” panggil Yoga lirih.
Purnomo yang lagi melepas baju dan celananya sendiri menjawab, “Apa, Sayangku?”
Yoga malu sendiri ketika Purnomo memanggilnya seperti itu.
“Mas Purnomo mau aku nenenin gak?” Dia membusungkan dadanya. Memperlihatkan buah dadanya yang lumayan berisi dengan puting susu kecokelatannya yang berdiri keras.
Setelah menanggalkan sempaknya dan membiarkan penisnya bergelantungan. Purnomo naik ke atas ranjang menyusul Yoga dan langsung memeluk tubuh itu.
Purnomo mencubit kedua puting susu Yoga sampai bikin Yoga memekik kesakitan sekaligus keenakan. Purnomo menjilat-jilat puting itu sebelum mengulumnya secara bergantian sampai bikin Yoga belingsatan dan semakin membusungkan dadanya sensual.
“Mas ahh ah enak ahh Mas kenyot lebih cepet lagi ahh ah.”
Setiap mulut Purnomo menyedot puting susu Yoga dan bikin bulu kumis tipisnya bergesekan dengan kulit Yoga, jiwa Yoga rasanya kayak lagi ditarik perlahan-lahan dari tempatnya sampai bikin dia lupa daratan.
Lidah Purnomo lalu turun ke perut datar Yoga, dia menjilati pusar Yoga dan menyedot-nyedotnya seperti yang dia lakukan tadi pada kedua puting susu Yoga.
“Ah ah Mas Purnomo, ahh ah.”
Lama-kelamaan ciuman itu turun ke selangkangan Yoga di mana laki-laki itu masih menggenakan celananya. Purnomo membuka kaki Yoga agar mengangkang, menurunkan resleting celananya di mana sesuatu di balik itu terlihat gundukan kecil yang keras. Yoga melirik kegiatan Purnomo dengan pandangan berkabut dan penisnya yang udah berkedut-kedut.
“Mas ohh.” Yoga udah gak tahu lagi mau mendefinisikan perasaannya saat ini kayak gimana, yang jelas seluruh badannya terasa panas dengan sensasi aneh diarea intimnya.
Bukan berarti Yoga gak pernah ngelakuin seks sih, dia sering melakukannya, cuma aktivitas seksualnya kali ini dengan cowok yang hampir seusia ayahnya membuat Yoga merasakan pengalaman baru yang luar biasa.
Purnomo menelusupkan wajahnya ke selangkangan Yoga di mana penisnya masih terbungkus celana dalam tipis berwarna pink dengan pita kecil tepat di gundukan penis pemuda tersebut. Laki-laki berusia 40-an itu menghirup aroma penis Yoga sekuat-kuatnya, merasakan aroma nikmat yang semakin menaikkan libidonya. Hal itu tak acak juga mempengaruhi Yoga yang kini sampai harus mengigit tangannya sendiri demi mereda desahannya yang semakin menjadi-jadi.
“Mas ahh ahh jangan dulu Mas ah ahh.” Yoga berusaha merapatkan kakinya ketika Purnomo dengan tergesa-gesa ingin melepas penghalang terakhir diantara mereka.
“Kenapa lagi, Dek? Mas udah gak tahan loh pengen cepet-cepet genjot kamu.” Purnomo coba mengatur napasnya yang memburu. Penisnya yang udah berdiri tegak sejak tadi semakin berkedut-kedut sakit dan keras.
Seluruh wajah Yoga sampai dadanya memerah selayaknya udang rebus lantaran sensasi panas yang sejak tadi membakar tubuhnya.
“Mas Purnomo yakin mau ngelakuin ini sama aku?” Yoga berusaha menahan kakinya agar tak mengangkang, padahal didalam lubuk hatinya sendiri dia ingin segera mempersembahkan penisnya di wajah Purnomo agar laki-laki itu mengemutnya dan tergesek dengan kumis tipisnya yang candu. “Aku gak mau kalau sampai Mas nanti nyesel.”
“Udah, buka aja celananya. Gak bakalan ada yang lihat ini selain saya, katanya kamu mau ngebikin burung saya seneng?” Purnomo membelai penis Yoga lembut.
Pelan namun pasti, Yoga membuka kakinya dibantu Purnomo yang meneteskan liurnya di atas celana dalam Yoga.
“Ta-tapi kalau ada yang lihat gimana, Mas? Aku kan masih kuliah, Mas juga udah punya keluarga.”
“Udah lah, gak usah dipikirin, yang penting kita senang-senang dulu. Kamu gak lihat burungku udah berdiri karena pengen cepet-cepet masuk ke sarangnya?” Purnomo menggoyang-goyangkan penisnya di depan wajah Yoga, membuat wajahnya semakin merah dan panas.
Penis Purnomo benar-benar indah. Bentuk dan warnanya mirip terong, hitam panjang dan melengkung ke atas. Ujung kepala penisnya juga bulat sempurna dan mengkilat.
Dengan gemetaran, Yoga melepas celana dalamnya, lalu keluar lah penis berwarna cokelat muda yang sejak tadi sudah menegang kaku itu.
Purnomo seperti melihat emas batangan, matanya berbinar dan napasnya memburu. Dia langsung menggenggam penis Yoga begitu benda itu keluar dari tempatnya. Memasukkannya ke dalam mulutnya dan menjilatinya penuh kenikmatan.
Yoga dibuat merem-melek keenakan oleh tindakan Purnomo yang sedang melecehkannya saat ini. Selangkangannya semakin memanas dan menegang, sampai akhirnya dia menyemburkan air maninya di dalam mulut Purnomo yang menegak habis seluruh sperma Yoga tak tersisa.
Tangan kiri Yoga meremas sprei bunga-bunga itu kuat dengan bokongnya yang dia angkat naik tatkala Purnomo masih menelusupkan wajahnya di tengah selangkangannya. Sementara tangan kanannya sendiri dia sumpal ke mulutnya untuk menahan gejolak dahsyat yang meledak-ledak di dalam dirinya.
“Mas ahh ahh sepongan mu enak banget Mas ahh ah.” Kepala Yoga dibuat pusing melayang-layang.
Tapi Purnomo belum puas, apalagi ketika tadi melihat Yoga ejakulasi, semakin menaikkan libidonya.
Dengan lembut, Purnomo mengangkat kaki Yoga, menaruhnya di atas pundaknya dan membuat selangkangan Yoga semakin lebar terekspos, Purnomo lalu memposisikan penisnya yang sudah berkedut-kedut itu di tengah lubang anus Yoga yang sudah basah.
“Dek Yoga, lubangmu udah basah banget, Dek.” Purnomo menampar-namparkan penisnya di depan anus Yoga yang udah becek oleh lendirnya sendiri. “Mas masukin burungnya Mas ke sarangmu yang becek dan sempit ini, ya.”
Sambil melihat kelakuan nakal Purnomo yang menggodanya, Yoga mengigit bibirnya sekuat mungkin agar tak mendesah terlalu keras.
“Iyah ah ahh masukin, Mas. Ahh masukin aku kontol mu yang udah keras banget itu ahh.” Yoga semakin membusungkan dadanya horny. “Aah Mas ahh perkosa aku Mas, perkosa aku ahh ah!”
“Sabar, ya, Dek, ya. Mas bakalan bikin kamu keenakan sama burung kesayangannya Mas ini.” Dengan pelan, Purnomo memasukkan kepala penisnya ke lubang anus Yoga yang sempit. “Eengghh!”
Dia mengejan ketika penisnya begitu sulit untuk masuk ke lubang Yoga karena terlalu sempit, namun begitu kepala penis itu akhirnya dapat masuk, tanpa menunggu lebih lama lagi, Purnomo langsung melesakkan seluruh batang penisnya ke dalam anus Yoga, di dalam sana rasanya licin dan sempit. Anus Yoga menjepit penis Purnomo dengan ketat sampai laki-laki berkepala empat itu kesulitan mengatur napasnya yang memburu.
“Aaaahhh Mas ahh sakiiit ah ah.” Yoga belingsatan, anusnya terasa sakit tapi juga enak, apalagi ketika bulu-bulu kemaluan Purnomo yang cukup lebat menempel ke selangkangannya yang bersih dan mulus. Yoga rasanya kayak disengat listrik yang bikin dia kegelian dan kecanduan.
“Ahh kamu legit banget, Deeek.” Purnomo mulai memaju-mundurkan penisnya di dalam lubang anal Yoga. “Analmu rasanya enak banget, Dek Yoga. Becek, tapi sempit. Ketat, tapi licin. Ahh ah.”
Tubuh Yoga terhentak-hentak oleh permainan seks Purnomo, apalagi kini perutnya terasa digelitiki oleh ratusan kupu-kupu yang makin membuat lubangnya semakin becek dan haus akan kontol pejantan yang tengah mengawininya.
“Maaaasss Purnomo ahh ahh yah di situ Mas ahh ah sodok aku lagi dibagian itu ahh ah.” Tangan Yoga ikut mengocok penisnya sendiri yang terguncang-guncang ke sana ke mari.
Purnomo terus menghujani lubang Yoga yang sudah semakin longgar dengan penisnya yang kesetanan menghajar lubang surgawi becek yang membuatnya lupa diri itu. Ranjang tua yang telah berusia 10 tahun itu terguncang dan berderit-derit akibat menampung dua sejoli yang tengah dimabuk asmara.
Di tengah-tengah kegiatannya menyodomi daun muda di bawahnya itu, Purnomo meraup bibir Yoga, memasukkan lidahnya ke mulut mahasiswa yang kini analnya tengah dia hajar dan mencumbunya sampai kehabisan napas, sambil terus menggenjotnya sampai kamar itu cuma terisi suara desahan keduanya dan bunyi plok plok plok becek.
“Mass Purnomo oohh kontolmu enak banget Mas ahh ahh ohhh!”
Mulut Yoga yang udah selesai dikokop Purnomo terus-menerus meracau diselingi desahan, bibir tipis yang kini bengkak kemerahan itu masih aja terbuka sambil menjulurkan lidahnya kayak seekor anjing.
“Sodok aku lebih cepet lagi Mas ahh ahh, Mas Purnomo ahh ahh.” Otot-otot Yoga mulai menegang. “Mas aku ahh ahh buntingin aku, Mas! Ahh ahh ah! Aku mau bunting benih kamu Mas ahh ah ahh!”
Purnomo mempercepat sodokannya. “Deeek Yoooga ahh ahh kontol Mas pasti bakalan buntingin kamu Dek ahh ah.”
Tubuh Yoga semakin menggelinjang ketika Purnomo menyemprotkan seluruh spermanya ke dalam lubang anusnya. Saking banyaknya yang Purnomo semprotkan, perut Yoga rasanya sampai penuh banget.
“Sshhh aahh ah.” Giliran Yoga yang ejakulasi, air maninya menyemprot ke atas perutnya sendiri seperti air mancur.
Purnomo menurunkan kaki Yoga yang sejak tadi mengangkang di atas pundaknya. Dia mencabut penisnya yang sudah lemas itu dari lubang Yoga, seketika maninya yang putih kental nan hangat itu berjubelan keluar dari anus Yoga, mengotori sprei bunga-bunga yang sudah kusut.
“Ahhh ahh aah!” Yoga dan Purnomo mendesah panjang bersamaan.
Tangan kasar Purnomo meraup spermanya yang masih betah di dalam lubang Yoga dan mengoleskan sperma tersebut ke atas perut Yoga, meratakannya dengan sperma milik Yoga sendiri sampai licin dan mengkilat.
Yoga horny lagi melihat kelakuan random Purnomo.
“Ahh Mas Purnomo, makasih buat pejuhmu yang kental dan banyak itu.”
Purnomo kembali mencolek spermanya di lubang anus Yoga dan mengoleskannya dibibir pemuda itu, dengan wajah penuh keringat Yoga menjilat sperma milik Purnomo dibibirnya, sekaligus dengan jempol tangan Purnomo yang dia tahan dengan mulutnya.
“Mas Purnomo ngomong sesuatu, dong,” rengek Yoga manja.
Purnomo tak bisa melepaskan matanya dari tubuh Yoga yang begitu menggoda, tubuh mulus yang sedang berbaring mengangkang di atas kasurnya ini benar-benar jatuh ke dalam pelukannya dan dia bahkan habis menggagahinya.
“Ngomong apa lagi, Dek? Hmm?”
Penis Purnomo yang udah lemes tiba-tiba kembali turn on ketika dengan seksi Yoga mengemut jempol tangan Purnomo.
“Kamu benar-benar mau Mas buntingin, ya?”
Yoga tertawa kecil ketika merasakan penis Purnomo kembali berdiri di antara selangkangannya yang masih ngangkang, juga lubang anusnya yang habis dihajar masih menganga lebar.
“Kalau Mas Purnomo emang bisa, coba aja entot aku sampai aku bunting?” Yoga mengigit jempol Purnomo main-main; menantangnya.
Purnomo merasa tertantang. Plak! Dia lalu menampar bokong Yoga sebelum akhirnya kembali melesakkan seluruh batang penisnya ke lubang becek Yoga dalam sekali sodok.
“Aaaahh!”
Malam itu menjadi pengalaman seks paling panas bagi Yoga selama jadi gay.
*****501Please respect copyright.PENANAjchBPVeNgt
501Please respect copyright.PENANASq1XjZ32zn
501Please respect copyright.PENANA63oFmNk8pt
501Please respect copyright.PENANAvVLPJ4q709
501Please respect copyright.PENANANdLXlYBG5h
Ibu Ani beserta kedua anaknya dan mahasiswa-mahasiswa lain pulang pukul sepuluh malam.
Sementara Yoga dan Purnomo mau gak mau menyudahi aktivitas seksual mereka pukul setengah sepuluh, itu pun Purnomo harus membereskan sisa-sisa percintaan mereka dulu di kamar itu kalau gak istrinya bisa-bisa curiga. Yoga gak bisa ngebantuin karena dia terlalu lelah setelah anusnya dihajar habis-habisan sama kontolnya Purnomo sampai dia hampir gak bisa jalan.
Ketika orang-orang sudah kembali, Yoga beneran tidur di sofa di depan TV tadi dengan selimut tipis akibat terlalu lelah melayani nafsu bejat Purnomo. Zainal yang melihat Yoga kedinginan merasa kasihan dan dia yang tahunya kalau Yoga lagi sakit, diam-diam memberikan selimutnya sendiri untuk Yoga.
Besoknya, baik Purnomo dan Yoga pura-pura bersikap seperti biasa saja, padahal dalam hati, setiap kali tak sengaja berpapasan satu sama lain, bayangan malam panas yang keduanya lalui kemarin malam masih terbayang-bayang sampai bikin penis Purnomo menegang sakit dan anus Yoga berkedut-kedut mengeluarkan lendirnya.
Selama beberapa Minggu tersisa Yoga KKN di desa Sekar Mulia yang dipimpin oleh Purnomo sebagai lurahnya, Purnomo selalu curi-curi kesempatan untuk meremas bokong Yoga.
Yoga sendiri juga jalang dan udah ketagihan disodok Purnomo, jadi dia sering banget ngirim pap lagi onani sambil nusuk anusnya sendiri pakai jari ke Purnomo dengan caption nakal kayak:
Mas aku kangen kontol mu.
Mas aku mau kamu perkosa aku.
Mas kapan burungmu mau main ke lubangku lagi.
Mas Purnomo aku udah becek banget.
Mas kapan kamu buntingin aku.
Mas lubangku gatel banget, aku butuh kontol mu.
Selalu dikirimin pap kayak gitu siapa yang gak gila coba?!
Jadi waktu ada kesempatan, Purnomo langsung bawa Yoga ke tempat sepi. Waktu itu anak-anak lain lagi sibuk ngurusin ini itu, hari itu Bu Ani juga sibuk ngurusin PKH kan, sementara anak-anaknya sendiri lagi fokus ujian.
Waktu itu cuma Yoga yang waktunya agak longgaran dikit, di depan dua temennya Yoga, Mega dan Gamma, Purnomo bilang ke Yoga kalau dia butuh bantuan buat bantuin dia ngurusin ladangnya.
Yoga langsung ngeh kalau ini modusnya Purnomo, jadi dia bilang gini ke Mega sama Gamma, ”Kalian gak apa-apa gue tinggal berdua aja?”
“Gak apa lah, kalau cuma nyiapin barang doang, berdua aja juga cukup,” kata Gamma.
Mega mengangguk. “Lo bantuin Pak Purnomo aja, gih. Ingat kita numpang di rumahnya.”
Yoga tersenyum. “Kalau kalian oke, ya udah. Gue bantu-bantu Pak Purnomo dulu di ladang.”
“Hati-hati lo, Yog. Lo, kan, takut ular.”
Gamma cuma bercanda, tapi ular yang terbayang dikepala Yoga justru ular hitam yang bersembunyi diselangkangan Purnomo. Ular hitam yang bikin dia ketagihan disodomi sampai menjerit-jerit keenakan.
“Sialan lo, Gam!”
Yoga pergi naik motor dengan dibonceng oleh Purnomo. Pas berangkat posisi duduk Yoga biasa aja, setelah di jalan raya, di mana orang-orang udah gak ngelihatin mereka. Yoga memajukan bokongnya agar menempel dengan pantat Purnomo, Yoga pun juga udah gak malu-malu lagi buat merengkuh pinggang Purnomo dan memeluknya dari belakang dengan menempelkan dagunya dibahu Purnomo.
Purnomo yang melihat kelakuan Yoga cuma bisa senyum-senyum, dalam hati merasa beruntung banget bisa menaklukkan daun muda secakep Yoga diusianya sekarang.
Sesampainya di ladang, di tengah tanaman jagung yang telah tumbuh setinggi bahu orang dewasa, ketika telah memastikan bahwa di tempat itu tak ada siapa-siapa lagi selain mereka berdua.
Purnomo langsung menarik pergelangan tangan Yoga yang jalan di depannya, membawanya ke dalam dekapannya, lalu meraup bibir tipis itu dengan bibirnya. Dalam ciuman mereka, Yoga tersenyum puas. Ini yang dia nanti-nantikan sejak lama. Dengan semangat, Yoga membalas ciuman Purnomo sambil mengalungkan kedua tangannya dileher laki-laki tua itu.
Purnomo memasukkan lidahnya ke dalam mulut Yoga, mengobrak-abrik isi mulut Yoga. Kedua tangannya pun tak tinggal diam, kedua Purnomo dengan aktif meremas-remas pantat Yoga yang semok. Menusuk-nusuk kan jari-jarinya ke dalam anus Yoga yang masih terbungkus celana.
Lama-kelamaan tangan Purnomo semakin nakal karena menelusup masuk ke dalam celana Yoga dan meremasnya dari dalam, menutup lubang anal Yoga yang mulai basah dengan kesepuluh jarinya yang kasar, memberikan sensasi geli pada Yoga yang kini sedang berusaha membalas ciuman Purnomo yang brutal dan membuatnya kewalahan.
Perut Yoga diisi kupu-kupu, rasanya geli, nikmat, dan candu. Apalagi ketika sensasi dingin terkena angin kala Purnomo melorotkan celananya hingga membuat bokong Yoga yang mulus dan sintal terekspos.
Purnomo melepaskan pagutan mulut mereka sambil masih mengelus-elus bokong Yoga. Keduanya saling bertatapan penuh nafsu.
“Dek Yoga, Mas udah sange banget nih. Langsung Mas tusuk aja, ya, lubangmu?”
Yoga mengigit bibir bawahnya menahan nafsu. “Tusuk aja aku, Mas.”
Yoga mendekatkan selangkangan mereka. Menggesek-gesekkan penisnya dengan penis Purnomo yang telah menggunduk sejak di atas motor tadi.
“Mas Purnomo, kan, udah janji bakalan ngebuntingin aku.”
Purnomo benar-benar dibuat birahi sama Yoga. “Mas bikin kamu gak bisa jalan gara-gara kontol ku kamu, Deeek!”
Purnomo langsung melepaskan celananya, mengeluarkan penisnya yang kecokelatan yang telah berdiri tegak dan mengeras.
Meski ini bukan pertama kalinya bagi Yoga melihat penis Purnomo yang gagah perkasa, tapi dia masih saja melotot melihat betapa benda kecokelatan itu sangat menggoda dan panas.
“Burungmu gagah banget, Mas." Yoga mengelus penis Purnomo kagum. “Aku jadi makin becek kalau ngebayangin kontol mu yang gagah perkasa ini bakalan ngebuntingin aku, Mas.”
Yoga lalu berbalik dan menyodorkan lubang bokongnya ke kepala penis Purnomo yang mirip jamur.
Purnomo dibuat merinding menahan nafsunya yang meluap-luap. Dia lalu memegang kedua pipi pantat Yoga dan memposisikan penisnya di lubang Yoga yang sudah kelihatan becek dan berkedut-kedut. Purnomo meludahi anal dan penisnya sendiri sebelum akhirnya melesakkan seluruh batang penisnya masuk ke dalam lubang surgawi Yoga yang selalu membuatnya melayang-layang.
“Ahhh! Masss!” Lubang Yoga terasa penuh, dia gak bisa berhenti mendesah. “Ahh ahh, Mas Purnomo. Sakiiit, pelan-pelan ahh! Ahh ahh, aku bisa gila ahh ah!”
Tapi Purnomo menyodomi Yoga seperti seseorang yang udah lama gak ngeseks. Benar-benar brutal sampai tubuh Yoga terhentak-hentak hebat dan di ladang itu cuma terdengar suara plok plok plok kulit mereka yang saling bergesekan, serta suara desahan laknat Purnomo dan Yoga yang sedang dimabuk cinta.
“Deeek Yoga, lubang surgamu sempit banget, Deeek! Ahh ahh, burungnya Mas kamu jepit ketat banget sampai susah gerakinnya ahh ah!”
Setiap kali Purnomo menyodok prostat Yoga, mata Yoga melotot kayak mau loncat dari tempatnya. Rasanya kayak lagi dihantam dua penis sekaligus, padahal cuma satu penis, itu pun dari seorang laki-laki berusia 40-an. Apa Purnomo memang seperkasa ini hingga membuat Yoga yang masih segar bugar kewalahan?
Oh, betapa beruntungnya Yoga kalau bisa dikawini Purnomo setiap saat sampai lemas gak bisa jalan.
“Ahh ahh aah Dek Yoga ahh ah Mas Purnomo cinta banget sama lubangmu yang sempit dan becek ini, Deeek. Ahh ah.”
Kepala Yoga dibuat pusing seperti mengonsumsi dopamin setiap kali Purnomo memujinya dengan mulut nakal dan penisnya yang mengobrak-abrik lubangnya ini.
“Aahh ah aahh ah Dek Yoga, lubangmu enak banget, Dek. Ahh ah!”
Saking mantapnya genjotan Purnomo, Yoga sampai menangis keenakan. Belum lagi wajahnya yang udah merah banget itu gara-gara disodomi di tempat terbuka seperti ini. Kemungkinan ada orang lain yang mempergoki perbuatan mesum mereka besar banget, tapi justru itu yang membuat aktivitas seksual mereka kali ini lebih menantang.
“Mass aku rasanya kayak mau pipis ahh ahh.” Penis mungil Yoga terhentak-hentak dan mengeluarkan spermanya, mengotori tanah di bawah mereka dengan cairan beningnya yang berbau khas.
Meski tahu kalau Yoga lagi orgasme, tapi Purnomo gak berhenti buat nyodok Yoga. Purnomo masih terus nyodok Yoga dan gak membiarkan pemuda itu beristirahat barang sejenak saja.
“Mas, ahh ahh aku capek banget ahh ah aah.”
“Sabar, ya, Dek. Mas masih belum selesai gentotin kamu, sedikit lagi ahh aah!”
Purnomo makin kuat menyodok anus Yoga sampai kedua tangannya harus dipegangi dari belakang oleh Purnomo kayak orang yang lagi nyetir motor, belum lagi badan dan pantat Yoga yang melengkung seksi ke arah penis Purnomo membuatnya semakin terlihat mirip Jalang murahan yang bisa ditusuk sembarang orang.
Purnomo melepaskan satu tangannya dan menarik dagu Yoga ke belakang untuk kemudian diciumnya, dengan penis Purnomo yang masih terus menyodok anus Yoga beringas.
“Mmhhhh!” Yoga mendesah keenakan diantara cumbuan mereka ketika lagi-lagi Purnomo menyentak prostatnya, membuatnya kembali orgasme untuk yang kedua kalinya.
Gilanya. Purnomo belum sekali pun keluar, makin menguatkan asumsi Yoga kalau Purnomo emang perkasa banget.
Sekitar sepuluh menit setelah Yoga selesai ejakulasi untuk yang ketiga kalinya, barulah Purnomo menunjukkan tanda-tanda kalau dia mau keluar.
Terbukti dengan Purnomo yang semakin mempercepat dan memperdalam sodokannya sambil memeluk Yoga erat banget, tak lama kemudian bagian dalam anus Yoga disemprot oleh sperma Purnomo yang hangat dan kental.
Saking banyaknya sperma Purnomo, bahkan sebelum Purnomo mencabut penisnya dari lubang Yoga pun, spermanya udah meleleh keluar. Jatuh diantara selangkangan Yoga dan mengotori betisnya.
Cairan putih lengket itu adalah bukti cinta dan persetubuhan keduanya yang berlangsung panas dan indah. Yoga dan Purnomo tak mungkin bisa melupakan sensasi nikmat ini begitu saja. Bahkan setelah Purnomo mengeluarkan seluruh cairan kebanggaannya dilubang laki-laki yang dicintainya, penisnya masih belum mau tidur dan masih berdiri gagah.
Yoga melihat penis itu masih semangat menggempurnya kala Purnomo mencabut benda perkasa itu dari lubang anusnya, yang seketika membuat seluruh sperma Purnomo berjubelan keluar dan jatuh diantara selangkangan Yoga.
Lagi-lagi, Purnomo mencium bibir Yoga dengan penuh kasih sayang. Kumisnya yang tipis tak pernah gagal membuat Yoga kecanduan dikokop.
“Di sini ada sungai, kita mandi di sungai sekalian Mas lanjut ngegenjot kamu di sana, yuk.”
Suara serak Purnomo setiap habis bercinta tak pernah membuat Yoga bosan mendengarnya.
“Mas Purnomo, yakin? Nanti kalau ada yang lihat gimana?” Yoga membalas ciuman Purnomo.
“Ssshh, gak bakalan ada yang lihat. Di ladang ini semuanya punya Mas, kalau emang ada yang lihat, biar Mas habisin.”
“Iihh, aku gak mau Mas jadi pembunuh, ah." Yoga cemberut, yang membuatnya makin manis sekaligus panas.
“Kalau gitu, kamu mau gak main lagi sama burungnya, Mas?”
Yoga tersenyum malu-malu. “Mau, dong. Aku juga belum puas dientot sama Mas, Mas janjinya kan mau entot aku sampai bunting.”
Purnomo lalu mengendong tubuh Yoga bridal. “Kamu nakal banget, sih, Dek. Mas Purnomo jadi makin cinta.”
Yoga memeluk leher Purnomo manja. “Aku juga cinta banget sama Mas Purnomo, pengen deh bisa disodok kayak gini setiap saat sama Mas.”
“Jangan, kan, minta diewe setiap hari, Dek. Minta dinikahin pun, Mas bakalan jabanin.”
“Iihh, Mas Purnomo bisa aja ngegombalnya. Kalau kita nikah, anak istrimu mau kamu taruh di mana?”
“Kan, tinggal ku ceraikan saja.”
“Mas Purnomo jahat, deh.”
“Kan, demi bisa sama kamu.”
“Jangan ngegombal sembarangan kalau belum bisa bikin aku puas sampai pingsan.”
Mereka berdua benar-benar sedang dimabuk asrama dan lupa dengan semua hal.
Tapi mereka berdua lupa, sebaik apa pun bangkai ditutupi, baunya pasti bakal tercium juga. Orang pertama yang menyadari kedekatan Yoga dan Purnomo yang gak bisa dibilang wajar adalah Zainal. Tapi Zainal juga gak bisa nuduh temennya gitu aja, dia itu orangnya sangat hati-hati.
Zainal coba ngomong sama Gamma dan Irwan yang sekamar sama Yoga, ternyata bukan cuma Zainal aja yang curiga. Bahkan temen-temen mereka yang cewek-cewek pun juga bilang hal yang sama.
Akhirnya pas Yoga lagi mandi, mereka coba buka HP-nya Yoga. Untungnya Irwan pernah minjam HP-nya Yoga buat telepon ibunya, jadi dia tahu sandinya. Yang pertama mereka buka adalah WhatsApp, dipesan paling atas ada kontak bernama Mas Ku, isi chatnya pun bikin geleng-geleng karena di sana Yoga sering ngirim pap gak senonoh dengan kata-kata jorok.
Orang yang dichat sama Yoga gak ngirim pap balik atau pun pasang foto profil, tapi dari salah satu chat Yoga, Yoga ada nyebut-nyebut Mas Purnomo yang semakin menguatkan asumsi mereka.
Jadi ketika Yoga udah keluar dari kamar mandi, dia langsung dicegat sama tiga orang temennya dengan wajah galak.
Zainal lantas mengembalikan HP Yoga yang masih berada diaplikasi WhatsApp dan berkata, “Gue gak pernah ada masalah sama orientasi seksual temen gue karena itu bukan urusan gue, tapi mungkin lo bisa sedikit jelasin tentang isi chat lo itu, Yog?”
Yoga keringat dingin ketika sadar kalau hubungannya sama Purnomo mungkin udah kecium.
“Maksud lo apa, Zainal?” Yoga masih pura-pura bego.
“Lo jadi selingkuhannya Pak Purnomo, kan?” Gamma ngomong blak-blakan banget sampai bikin Zainal sama Irwan syok. Untungnya di sana gak ada siapa-siapa lagi kecuali mereka berempat.
“Anjing, jangan keras-keras bego, nanti kalau Bu Ani atau anaknya denger gimana? Otak lo mikir, dong,” omel Irwan.
“Gue emang gay, tapi jangan nuduh orang seenaknya, apalagi tanpa bukti,” kesal Yoga.
“Bukannya gimana-gimana, Yog. Tapi anak-anak lain termasuk kita-kita, perhatiin kelakuan lo sama Pak Purnomo itu tuh gak wajar. Hubungan kalian berdua tuh kayak orang yang lagi kasmaran, tapi masih malu-malu Dugong.” Zainal menepuk pundak Yoga. “Kita bukannya mau nuduh lo, kita cuma mau pastiin biar jadinya kita gak berprasangka buruk sama lo. Kita gak mungkin ngomong sama Pak Purnomo, jadi kita coba ngomong sama lo.”
“Terus kita bukannya gak ada bukti, karena buktinya ada di dalam chat mesum lo itu,” kata Gamma, “di situ lo nyebut-nyebut Mas Purnomo, Mas Purnomo itu maksudnya Pak Purnomo, kan?”
“Kita gak mau bikin suasana gaduh sama kisah percintaan lo yang gak wajar itu, jadi kalau emang kalian ada hubungan, mending langsung akhiri aja. Ingat, Yoga. Pak Purnomo itu udah punya anak-bini, seenggak punya otak apa pun lo, lo seharusnya bisa mikir.” Irwan menceramahi.
Yoga membaca isi chatnya dengan Purnomo lalu tersenyum kecut. “Gak usah ikut campur sialan.”
Yoga berusaha kabur dari kepungan mereka bertiga, tapi Gamma lebih dulu menarik pundaknya yang belum memakai baju — cuma pakai handuk di bawah — dan basah kuyup.
“Mau ke mana lo bajingan?” maki Gamma.
“Bukan urusan lo, urusin aja urusan kalian sendiri!” Yoga menyentak tangan Gamma yang memegang pundaknya.
Gamma tahu apa maksud penolakan Yoga yang enggan menjelaskan hubungannya dengan seseorang di dalam chat itu dan reaksi Yoga yang terbilang aneh. Jadi dengan kesal, Gamma menonjok pipi Yoga sampai cowok itu terhuyung ke lantai.
HP Yoga jatuh dan remuk. Zainal dan Irwan berusaha memegangi Gamma agar tak makin memukuli Yoga yang sudah terbatuk-batuk.
“Woy, kerasukan lo? Jangan mukulin anak orang sembarangan lo, Gam,” kesal Irwan.
“Bajingan kayak dia emang pantas digebukin sampai mati!” marah Gamma.
Sampai akhirnya mereka sadar, kalau handuk yang sejak tadi melilit tubuh bagian bawah Yoga dari pusar sampai lutut itu jatuh, Yoga yang hendak bangkit dari lantai pun merangkak dan terlihatlah anus Yoga yang merekah merah, terdapat pula ruam-ruam seperti habis dicupang. Mereka bertiga langsung tahu, kalau itu bekas disodomi.
“Jadi lo habis ngelacur sama Pak Purnomo, Yog?”
“Tutup mulut busuk lo bajingan!”
Sejak hari itu, Yoga gak pernah mau ngomong lagi sama Zainal, Irwan, dan Gamma. Sama anak-anak lain pun Yoga juga jadi lebih tertutup.
Sampai KKN mereka selesai. Yoga masih sering berhubungan dengan Purnomo. Kadang-kadang Purnomo suka mampir ke kosan Yoga, bawain Yoga oleh-oleh ini itu, pokoknya semua makanan kesukaan Yoga. Purnomo juga sering nginep cuma buat ngeseks sama Yoga.
Masalahnya, Yoga ngekos berdua bareng sepupunya Si Wanto. Wanto sendiri jarang banget ada di kos, kalau pulang ke kos pun palingan cuma buat ambil baju atau istirahat sebentar. Meski begitu, Wanto pun juga sering dapat aduan dari ibu kos kalau Yoga sering bawa orang buat nginep dikos. Iya mending kalau cuma sekadar nginep, ini suara desahan mereka sampai kedengeran ke kamar penghuni kos lainnya dan bikin mereka keganggu.
Wanto coba ngomong baik-baik sama Yoga, tapi Yoga justru tersinggung dan mutusin buat pindah kos-kosan.
Yoga pindah kos ke tempat yang lebih bagus dan lumayan mahal, semuanya dibayarin sama Purnomo. Gara-gara itu Yoga ngerasa makin cinta sama Purnomo karena merasa Purnomo mau ngelakuin apa aja buat dia.
Bahkan termasuk ceraikan istrinya, padahal pas Yoga ngomong gitu, posisi mereka lagi ngeseks dan Yoga juga cuma asal ngomong aja kalau dia bakalan mau dinikahin sama Purnomo asal Purnomo udah cerai.
“Jadi kapan Dek Yoga mau Mas nikahin?”
Yoga melengkungkan punggungnya ketika sodokan Purnomo makin cepat dan penis laki-laki itu terasa makin membesar di dalam anusnya yang kini mengencang ketika hendak ejakulasi. Mata Yoga merem-melek dengan lidah terjulur merasakan tubuh bagian dalamnya diobrak-abrik tanpa ampun oleh Purnomo hingga membuat pikirannya melayang.
“Ahh ahh Mas jangan tanyain aku pertanyaan sulit kayak ah ahh kayak gitu aahhh.”
Tubuh telanjang Yoga terhentak-hentak hebat. Badannya yang sedang tengkurap di atas bantal dengan bokong semoknya yang mengkilat akibat keringat terguncang-guncang mengemaskan.
Saking gemasnya Purnomo sampai harus mempercepat sodokannya dilubang Yoga agar penisnya semakin dijepit oleh pemuda itu.
“Deeek, lubangmu kenapa sempit dan becek banget sih, bikin Mas gak tahan dan sange terus sama Dek Yoga ahh ah!”
Yoga mengigit sprei di bawahnya. “Mas Purnomo ahh ah yahh ahh sodok aku lebih cepet lagi ahh ah Mas kontol mu enak banget ahh ah Mas!”
Mereka ngeseks siang-siang ketika panas terik di kamar di rumahnya Purnomo. Karena setelah cerai, Bu Ani membawa kedua anaknya pulang ke rumah orang tuanya di Yogyakarta dan Purnomo sekarang tinggal sendiri. Meski begitu Purnomo gak pernah merasa kesepian, karena desahan Yoga lah yang kini mengisi hari-harinya yang lebih bergairah.
“Deek Yoga, Mas mau keluar Dek. Ahh ah. Siap-siap kamu Mas buntingin, yaah ahh ah.”
Yoga merasakan penisnya sendiri mulai menegang. “Ah ahh aku juga mau keluar Mas ahh ah!”
Keduanya orgasme bersamaan dengan sangat nikmat. Rasanya kayak tubuhnya yang tadi tegang tiba-tiba enteng banget setelah berhasil mengeluarkan cairan putih bukti cinta keduanya yang berkali-kali mekar.
Purnomo memeluk tubuh Yoga dari belakang. Tubuh keduanya yang telanjang saling bergesekan penuh keringat yang membuat mereka berdua semakin lengket. Purnomo menarik dagu Yoga, mencium bibir Yoga yang kini lemas tak bertenaga. Yoga kemudian membalas ciuman itu dengan genit, menggoda Purnomo yang penisnya kini sudah kembali berdiri.
“Astaghfirullahaladzim!”
Yoga dan Purnomo kaget. Ada seorang ibu-ibu yang mengintip kegiatan intim keduanya di luar jendela kamar tersebut. Tak sampai di situ, ibu-ibu itu langsung berteriak memanggil para warga untuk berkumpul.
Baik Yoga dan Purnomo sudah ketangkap basah sedang berbuat mesum sesama jenis. Mereka berdua diarak keliling desa dengan hanya dililit selimut karena kalau dibiarkan pakai baju takut kabur. Sebelum akhirnya, Yoga dan Purnomo dinikahkan secara paksa.
501Please respect copyright.PENANApvyZJVdJLQ
501Please respect copyright.PENANAzhAfW23Sor
501Please respect copyright.PENANApoKYyB9nHr
501Please respect copyright.PENANAb6C34xs63u
501Please respect copyright.PENANAaP5TmY8GXv
501Please respect copyright.PENANA83O0x6hwfs
501Please respect copyright.PENANAhcmJDe60XW
501Please respect copyright.PENANAEnmckmvvBM
501Please respect copyright.PENANA8JzMt8mqr0
501Please respect copyright.PENANAanOzRDdo0L
501Please respect copyright.PENANAaMoeKA16l6
501Please respect copyright.PENANAEzbJXIfC9C
501Please respect copyright.PENANAORZqdCQIJK
501Please respect copyright.PENANAc6Ewx2aLit
501Please respect copyright.PENANAAy1wbVMnws
501Please respect copyright.PENANApvUF9uKds0
501Please respect copyright.PENANAJy393wtq0R
501Please respect copyright.PENANAJnEJgWw5VC
501Please respect copyright.PENANAZdVITEVZFA
501Please respect copyright.PENANALqAxQCUCBT
501Please respect copyright.PENANA3AWTwy3X0D
501Please respect copyright.PENANAcBIpoojyQo
501Please respect copyright.PENANAQgxMrGiDhz
501Please respect copyright.PENANAvDpVHbroVZ
501Please respect copyright.PENANAK7YsnMhtCp
501Please respect copyright.PENANAUMuWpE97zn
501Please respect copyright.PENANAN362fQ0BQm
501Please respect copyright.PENANA8DF8AP88BA
501Please respect copyright.PENANAO8E5A34ykV
501Please respect copyright.PENANA8VRyXbDhU7
501Please respect copyright.PENANA5rCjDdg3Hp
501Please respect copyright.PENANADA5rpEU8Xm
501Please respect copyright.PENANAyrGNYWeAn2
501Please respect copyright.PENANAZr3JkHdhT2
501Please respect copyright.PENANAYQoyfJVVEt
501Please respect copyright.PENANAaAxl4heapv
501Please respect copyright.PENANA1bcAF5j8Jp
501Please respect copyright.PENANAQ1Vdg3TAiz
501Please respect copyright.PENANAz7aliiJrIe
501Please respect copyright.PENANAdTgNrVmSJf
501Please respect copyright.PENANA9GOVUUpTxB
501Please respect copyright.PENANAsBVrKrLOQ8
501Please respect copyright.PENANAEBLYsTyfr5
501Please respect copyright.PENANAfYIV0HRasA
501Please respect copyright.PENANA5MhNGt9ttK
501Please respect copyright.PENANAMEKLmNlld7
501Please respect copyright.PENANAZSfJPnG1lb
501Please respect copyright.PENANAoMn0xDm9Jt
501Please respect copyright.PENANAf7cU3chCiW
501Please respect copyright.PENANATkzXeE9iUR
501Please respect copyright.PENANADTLz4a2LCs
501Please respect copyright.PENANA3ZiVn42QAH
501Please respect copyright.PENANAHGhqDtnlXI
501Please respect copyright.PENANAf2qYsVIrQI
501Please respect copyright.PENANASdbYvmLM3y
501Please respect copyright.PENANAFJAziCUNMR
501Please respect copyright.PENANAWudtQmqTaA
501Please respect copyright.PENANAbAr71ZgdDh
501Please respect copyright.PENANAmCLSlF3wJV
501Please respect copyright.PENANAwwurSctccn
501Please respect copyright.PENANA8ATqOJ8Qah
501Please respect copyright.PENANAv221HKLRJ0
501Please respect copyright.PENANAaLxTH9bKIh
501Please respect copyright.PENANAbP1GOTskEF
501Please respect copyright.PENANAE7sIC9mEJU
501Please respect copyright.PENANAVVRJXNstJ6
501Please respect copyright.PENANAdu0YSXdlFX
501Please respect copyright.PENANAAfrjTVxUmO
501Please respect copyright.PENANAXjZfrubqj3
501Please respect copyright.PENANAOBGa3Tcy0b
501Please respect copyright.PENANAgQgXnebD07
501Please respect copyright.PENANAzWXj4FL1WJ
501Please respect copyright.PENANANUklSQM16R
501Please respect copyright.PENANASKKEouF9Qz
501Please respect copyright.PENANA2DyK3rEWvr
501Please respect copyright.PENANAbAC5popN91
501Please respect copyright.PENANAXxfN3FtsWt
501Please respect copyright.PENANAGQ6qEnC2T5
501Please respect copyright.PENANAmfa0CMvxoD
501Please respect copyright.PENANAMzzQnELtHC
501Please respect copyright.PENANAYjL6iWLhF0
501Please respect copyright.PENANAu1UbFAL3f0
501Please respect copyright.PENANAI0S2IUPtHP
501Please respect copyright.PENANAZcw5fj4Nq6
501Please respect copyright.PENANAN8BdX7CEup
501Please respect copyright.PENANA8PEy4pXXHE
501Please respect copyright.PENANA0h7wAcx6Mb
501Please respect copyright.PENANASXUgotdOmF
501Please respect copyright.PENANAOrRXSsevFU
501Please respect copyright.PENANA7Q4sNR796r
501Please respect copyright.PENANAtVOX745W41
501Please respect copyright.PENANArqud2WHA7k
501Please respect copyright.PENANAxlKEv4hnwS
501Please respect copyright.PENANAwkqnqz0tHn
501Please respect copyright.PENANAi9qTpbcsSM
501Please respect copyright.PENANAn8MeORjKEe
501Please respect copyright.PENANAjDNOtKL7Ec
501Please respect copyright.PENANAo2rL2W7DDD
501Please respect copyright.PENANAYA1XE2JlVJ
501Please respect copyright.PENANAAHYtyS9Q72
501Please respect copyright.PENANALbL4WmUUra
501Please respect copyright.PENANANQniv6HosV
501Please respect copyright.PENANAzNDb4OVXcK
501Please respect copyright.PENANAoq5Esa6Par
501Please respect copyright.PENANAx3FfxCkzaR
501Please respect copyright.PENANAvkLp5oilnl
501Please respect copyright.PENANA80Ifg12dI1
501Please respect copyright.PENANA8A85Q51qge
501Please respect copyright.PENANAKF8fSMpyJu
501Please respect copyright.PENANArkNq1l7i8v
501Please respect copyright.PENANADdgePx8LzM
501Please respect copyright.PENANApREDzZ6C09
501Please respect copyright.PENANATEh2nr12DD
501Please respect copyright.PENANAg1UtplBcOZ
501Please respect copyright.PENANAqSQ9hSnzZJ
501Please respect copyright.PENANAr5EPT9xoao
501Please respect copyright.PENANAbJuXZCihvp
501Please respect copyright.PENANAFsASuwEFQz
501Please respect copyright.PENANA2rurASPZOO
501Please respect copyright.PENANAZ6XAEKuRrX
501Please respect copyright.PENANAAr6QI4rDwY
501Please respect copyright.PENANAAC9TPij93g
501Please respect copyright.PENANAfDvnHW5pEX
501Please respect copyright.PENANAMA1eN1imrX
501Please respect copyright.PENANANZGpzTOA6s
501Please respect copyright.PENANAX44Ru4tzsj
501Please respect copyright.PENANAjjXfF763o3
501Please respect copyright.PENANAgWZGGOZ3lN
501Please respect copyright.PENANADlfaWCptIN
501Please respect copyright.PENANATXsW1tEv1c
501Please respect copyright.PENANAA9LliZkFK8
501Please respect copyright.PENANA0cmP606tM4
501Please respect copyright.PENANAqAxJMGAFT5
501Please respect copyright.PENANACvdzoV9hPN
501Please respect copyright.PENANAx29xjPgRAY
501Please respect copyright.PENANAAfOHrUhx3l
501Please respect copyright.PENANAGPjpGRohE9
501Please respect copyright.PENANAdjBAYkQdGx
501Please respect copyright.PENANAdcvcOFWhc6
501Please respect copyright.PENANA206zSYRfUE
501Please respect copyright.PENANA94zjPxvAhz
501Please respect copyright.PENANA3ijpzTPrI7
501Please respect copyright.PENANAtTkJGTOUD9
501Please respect copyright.PENANAzH2u1DiiTD
501Please respect copyright.PENANAey40Yc9ux9
501Please respect copyright.PENANAI3vM8dPTYC
501Please respect copyright.PENANAU36q4PIdfP
501Please respect copyright.PENANAK5ZZasK8Ua
501Please respect copyright.PENANAVgcaVK6cAg
501Please respect copyright.PENANAyk0vePlVuW
501Please respect copyright.PENANA8lodkbWjT7
501Please respect copyright.PENANA8fkd6RYJgs
501Please respect copyright.PENANAmfXkv46p6B
501Please respect copyright.PENANAGQilFmt7vl
501Please respect copyright.PENANAv0i22IQCm7
501Please respect copyright.PENANASSq6sG42iA
501Please respect copyright.PENANAD6SdLegjfV
501Please respect copyright.PENANAlmwa0691WC
501Please respect copyright.PENANAbBqL7zhJLk
501Please respect copyright.PENANAFA9pnPRE03
501Please respect copyright.PENANA8CMO2BXj5m
501Please respect copyright.PENANApKqwYQZeYW
501Please respect copyright.PENANAiEflydSq7I
501Please respect copyright.PENANATiEVEAxp6U
501Please respect copyright.PENANAqM3S9WGXrh
501Please respect copyright.PENANAqGrYwkDD86
501Please respect copyright.PENANAI4kEahblnl
501Please respect copyright.PENANA58GQIfGpQk
501Please respect copyright.PENANAf45fuqE9E3
501Please respect copyright.PENANAIe3baSeYKm
501Please respect copyright.PENANAcvkb6tfH8Q
501Please respect copyright.PENANAjcDFpYh7V0
501Please respect copyright.PENANATsEXhHpGBg
501Please respect copyright.PENANA0Waw2zKeMR
501Please respect copyright.PENANADJoY92prqn
501Please respect copyright.PENANAUzP45PrFpZ
501Please respect copyright.PENANAPhgh4bZjfz
501Please respect copyright.PENANAsw9i9tUQ0S
501Please respect copyright.PENANAUS8Kvl1V5T
501Please respect copyright.PENANA8tMastDuLo
501Please respect copyright.PENANAxDWvT5OCVG
501Please respect copyright.PENANA4gODjn2RnO
501Please respect copyright.PENANAdxvXwF2Wgj
501Please respect copyright.PENANAxtyxX6W5E8
501Please respect copyright.PENANAoByddjYoS7
501Please respect copyright.PENANAB7e797Mh5A
501Please respect copyright.PENANAjSLWfyA3bX
501Please respect copyright.PENANAqBB9BZIJNy
501Please respect copyright.PENANAdhF3NxP1N7
501Please respect copyright.PENANAqJMCNtqgxj
501Please respect copyright.PENANAwwlgcvZNKW
501Please respect copyright.PENANAFhRl7pf2Ne
501Please respect copyright.PENANAP3s5tWdZmK
501Please respect copyright.PENANAaAweqmQkCk
501Please respect copyright.PENANATV54PAz5lN
501Please respect copyright.PENANA23zt3HmQvZ
501Please respect copyright.PENANAbwY0FBUDgg
501Please respect copyright.PENANAHi5FDDvBUf
501Please respect copyright.PENANAEIes8QPbum
501Please respect copyright.PENANAMtIQlVOZaJ
501Please respect copyright.PENANAlc1VT4jILC
501Please respect copyright.PENANAag1zD0kAqI
501Please respect copyright.PENANAHELUMaf3iW
501Please respect copyright.PENANA4wp0up4EGe
501Please respect copyright.PENANAq3YN7ivdV5
501Please respect copyright.PENANA9vxxBa5c8v
501Please respect copyright.PENANAWpy24IoMYY
501Please respect copyright.PENANAnn6LqjJifN
501Please respect copyright.PENANADmwHSGMFHH
501Please respect copyright.PENANAwudCEV5lom
501Please respect copyright.PENANATigQYndzBL
501Please respect copyright.PENANA7IqMRAAYpr
501Please respect copyright.PENANA7f6K9ajJmp
501Please respect copyright.PENANAwclZXqoPLO
501Please respect copyright.PENANAYB8pHFRwrX
501Please respect copyright.PENANAgsdH17JOqD
501Please respect copyright.PENANAEXSBb7tuhj
501Please respect copyright.PENANAWmRy5N950j
501Please respect copyright.PENANARpoSGCpKSZ
501Please respect copyright.PENANAmbAu9sCEgB
501Please respect copyright.PENANA2guB4anJJS
501Please respect copyright.PENANADHo1WJj06C
501Please respect copyright.PENANAo70WRY4nKR
501Please respect copyright.PENANAh4uVZhEcxp
501Please respect copyright.PENANAetsmslTp2m
501Please respect copyright.PENANAasF3vmEr7A
501Please respect copyright.PENANAwbE3BttctQ
501Please respect copyright.PENANAkvPS7jraUT
501Please respect copyright.PENANAEAEbceIvUn
501Please respect copyright.PENANA2AWkpgfftB
501Please respect copyright.PENANAxktENEvMhd
501Please respect copyright.PENANAOPfixNjKVP
501Please respect copyright.PENANA5V9kOn8EfR
501Please respect copyright.PENANATBVyqOAz9t
501Please respect copyright.PENANA5JrbkVPsrs
501Please respect copyright.PENANAOFJOz7bgOx
501Please respect copyright.PENANAtIjjPu9PwL
501Please respect copyright.PENANAKf9JDeLPZ3
501Please respect copyright.PENANAPW9hkTaznq
501Please respect copyright.PENANAv0A1dxpVki
501Please respect copyright.PENANAlrhvCeGnJa
501Please respect copyright.PENANAFOreEXdl5Q
501Please respect copyright.PENANAPMQXbp0Veq
501Please respect copyright.PENANARUYWhviy5J
501Please respect copyright.PENANA3kZEWJ9HFg
501Please respect copyright.PENANAVYNx7mRTrM
501Please respect copyright.PENANAgLo2bQOThw
501Please respect copyright.PENANAsFYuZemj3L
501Please respect copyright.PENANAVaVE7x82SI
501Please respect copyright.PENANAigujw1LW3a
501Please respect copyright.PENANArmMmy24vSB
501Please respect copyright.PENANAO40fnBCsTY
501Please respect copyright.PENANAcbB0RcwLtw
501Please respect copyright.PENANALjVaXTdad8
501Please respect copyright.PENANALaTRYAl0Q2
501Please respect copyright.PENANA675v7QgZN3
501Please respect copyright.PENANAqHjA2WCPBT
501Please respect copyright.PENANAuZSiVjcdH1
501Please respect copyright.PENANAoMaTXIo7hQ
501Please respect copyright.PENANAqpn4DJktGf
501Please respect copyright.PENANAw4Px7MQBnC
501Please respect copyright.PENANAaT3ETuAIEr
501Please respect copyright.PENANAZvPEOZR1sU
501Please respect copyright.PENANAtzjAkBlrq0
501Please respect copyright.PENANAogOtTUSD8Z
501Please respect copyright.PENANAOPA7jgNeWY
501Please respect copyright.PENANAupH0NX7EAK
501Please respect copyright.PENANAp5HkBbZiQm
501Please respect copyright.PENANASOS1WMvCub
501Please respect copyright.PENANAS9OkTbNzhB
501Please respect copyright.PENANA3bAo9nt24b
501Please respect copyright.PENANAoFRo27p9BO
501Please respect copyright.PENANAJjYC1PIgXh
501Please respect copyright.PENANA2HjxqD59OF
501Please respect copyright.PENANA7p9fkMrmsX
501Please respect copyright.PENANA7UctLxBTqf
TAMAT!
ns216.73.216.187da2