Seraphina masih terbaring di ranjang, tubuhnya sedikit menggeliat, napasnya terengah-engah. Gaun tidurnya sudah robek, memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya yang menggoda di bawah cahaya lilin. Matanya setengah terpejam, bibirnya sedikit terbuka, mengundang.14Please respect copyright.PENANA1vKcOPSpHx
Rowan melangkah mendekat, pandangannya mengunci Seraphina. Ia tidak lagi terburu-buru, melainkan menikmati setiap momen dari dominasinya. Ia tahu wanita ini sepenuhnya berada di bawah kendalinya, dan ia bisa mengambil apa pun yang ia inginkan.14Please respect copyright.PENANA45iCorpmRt
Rowan berlutut di samping ranjang, satu tangannya menopang kepala Seraphina, memiringkannya sedikit agar ia bisa melihat wajah wanita itu dengan jelas. Tangannya yang lain perlahan mengelus paha Seraphina yang mulus, naik perlahan, sentuhannya ringan namun penuh janji.14Please respect copyright.PENANATngRFbFAA6
"Kau sangat cantik, Nyonya," bisik Rowan, suaranya rendah dan penuh pujian, namun ada nada kepemilikan yang jelas di dalamnya. "Dan kau sangat... lapar. Aku bisa merasakan itu." Ia menunduk, bibirnya menyentuh telinga Seraphina. "Kau ingin melupakan kengerian? Aku akan membuatmu melupakan namamu sendiri."14Please respect copyright.PENANANDYA9EbzwX
Seraphina mendesah, matanya terpejam sepenuhnya, kepalanya sedikit terangkat ke arah sentuhan Rowan. "Ya... ya... buat aku lupa..." bisiknya, suaranya nyaris tak terdengar.14Please respect copyright.PENANA53c4dg7A4p
Rowan tersenyum tipis. Ia tahu ini adalah saatnya. Ia mengangkat salah satu kaki Seraphina, menekuk lututnya, dan menempatkannya di bahunya, membuka akses sepenuhnya. Posisi ini menempatkan Seraphina dalam posisi yang lebih rentan, lebih menyerah, sebuah simbol visual dari dominasi Rowan.14Please respect copyright.PENANA9v2eRUtBQb
Ia menatap mata Seraphina yang kini terbuka lagi, penuh hasrat dan sedikit ketakutan. "Apakah kau siap, Nyonya?" tanyanya, suaranya serak, sebuah pertanyaan yang lebih merupakan pernyataan.14Please respect copyright.PENANAbS7FbZ9neZ
Seraphina tidak menjawab dengan kata-kata. Ia hanya mengangguk lemah, napasnya terengah-engah, matanya terpaku pada mata Rowan, sebuah tanda kepasrahan total.14Please respect copyright.PENANALCVAcnM3FP
Rowan tidak langsung masuk, tapi menggosok ujungnya di celah basahnya, membuat Seraphina menggeram kesal. "Kau-sialan-!" Dengan dorongan tunggal yang dalam dan mendesak, Rowan menembus sepenuhnya, membuat Seraphina menjerit tertahan dan mencengkeram sprei dengan erat. Setiap dorongan yang dalam menekan titik G-nya, membuat tubuh Seraphina bergetar dari ujung kepala hingga kaki, seolah tersengat listrik.14Please respect copyright.PENANAHMt7ybENfj
Seraphina terengah-engah, napasnya putus-putus, matanya terpejam rapat, wajahnya memerah padam. Ia merasakan setiap inci tubuhnya merespons, sebuah badai kenikmatan yang nyaris menyakitkan, berpusat pada sensasi yang terasa begitu dalam, menembus hingga ke inti dirinya. "Lebih-lebih dalam-! Oh, dewa-ini terlalu-!" desahnya, suaranya serak dan penuh permohonan, sebuah kontradiksi yang indah antara rasa sakit yang manis dan hasrat yang tak tertahankan. Ia mencakar punggung Rowan lagi, kuku-kukunya meninggalkan jejak yang lebih dalam, sebuah tanda kepasrahan total pada sensasi yang membanjiri.14Please respect copyright.PENANAORo0cmZqm2
Rowan tersenyum puas, senyum sadis yang kini lebih jelas terlihat di wajahnya. Ia merasakan cakar Seraphina di punggungnya, sebuah sensasi yang memuaskan sisi dominasinya. "Kau menginginkannya, Nyonya? Kau menginginkan ini, sedalam ini?" bisiknya, suaranya rendah dan gelap, sebuah pertanyaan yang menuntut pengakuan mutlak. Ia mempercepat ritmenya, setiap dorongan lebih dalam, lebih kuat, membuat Seraphina melengkung lebih tinggi, tubuhnya menegang dan bergetar hebat, seolah setiap dorongan mencapai relung terdalam jiwanya.14Please respect copyright.PENANAOJLkaoVwDE
"Ya-ya! Aku-aku menginginkannya-! Rowan-oh, Rowan-ini-ini gila-!" Seraphina menjerit, namanya terucap di tengah jeritan kenikmatan. Tubuhnya kejang-kejang, sebuah gelombang orgasme yang kuat dan menghancurkan membanjiri dirinya, membuatnya ambruk kembali ke ranjang, terengah-engah, mata berkaca-kaca menatap Rowan. Air mata mengalir di pipinya, bercampur dengan keringat, sebuah tanda dari intensitas pengalaman yang baru saja ia alami, sebuah pelepasan yang begitu dalam hingga terasa seperti kehancuran yang indah. Kuku-kukunya menancap dalam ke lengan Rowan, meninggalkan jejak merah yang membekas, namun Rowan tidak peduli.14Please respect copyright.PENANAa55oaFzzok
Rowan melepaskan semua dengan erangan kasar, sebuah desahan kepuasan yang dalam, menelungkupkan badan di atasnya, masih terhubung. Napasnya berat, bercampur dengan napas terengah-engah Seraphina. Ia membiarkan berat tubuhnya menindih Seraphina, sebuah penegasan terakhir dari dominasinya, sekaligus isyarat keintiman yang baru. Ia merasakan detak jantung Seraphina yang berdebar kencang di bawahnya, dan aroma tubuh wanita itu yang kini semakin kuat, sebuah aroma kemenangan yang memabukkan.14Please respect copyright.PENANAfOzIRTv7Ye
Rowan menyeringai, senyum sadisnya semakin lebar. Ia tahu malam ini masih panjang, dan ia akan menguras setiap rahasia yang Seraphina miliki, satu per satu, dengan cara yang tak akan pernah wanita itu lupakan.14Please respect copyright.PENANA18vBjAJ0qE
Mereka berbaring basah kuyup, napas berat. Rowan masih menelungkup di atas Seraphina, penisnya yang masih di dalam vagina bercampur cairan kenikmatan. Seraphina memutar gulungan rambut Rowan di jari-jarinya, sentuhan yang kini terasa lebih lembut, lebih pasrah.14Please respect copyright.PENANAxZjiujkNAC
"Aku... aku tidak pernah merasa seperti ini," bisik Seraphina, suaranya serak karena desahan dan jeritan. Matanya menatap Rowan, penuh kekaguman dan sedikit ketakutan. "Kau... kau adalah iblis dalam wujud manusia, Tuan Pengawal. Tapi aku... aku menyukainya."14Please respect copyright.PENANAciMpbER0Rj
Rowan tersenyum tipis, mencium kening Seraphina. "Aku hanya seorang pria yang tahu apa yang diinginkan wanita, Nyonya. Dan aku tahu kau punya lebih banyak yang ingin kau ceritakan padaku." Ia mengelus lembut pipi Seraphina, ibu jarinya menyeka air mata yang bercampur keringat. "Tentang Vortigern. Tentang kebusukan mereka. Ceritakan padaku, Nyonya. Setiap detail kecil. Aku akan membalasnya dengan cara yang sama."14Please respect copyright.PENANAsjKj8ZYlwi
Seraphina memejamkan mata, desahan panjang lolos dari bibirnya. "Mereka... mereka tidak hanya membawa orang-orang dari desa terpencil. Terkadang, mereka juga membawa orang-orang dari kota. Orang-orang yang 'menghilang'. Alaric bilang itu untuk menjaga 'keseimbangan'. Tapi aku tahu itu untuk ritual mereka. Ritual untuk membangunkan 'Jantung Dunia yang Tertidur'." Ia membuka matanya, menatap Rowan dengan ketakutan yang nyata. "Mereka percaya, dengan mengorbankan jiwa-jiwa murni, mereka bisa membangkitkan kekuatan kuno itu sepenuhnya. Dan mereka... mereka ingin menggunakannya untuk menghancurkan semua kerajaan yang menentang mereka."14Please respect copyright.PENANADd77roMgJ8
"Siapa lagi yang terlibat dalam 'proyek' ini selain Lord Valerius dan Alaric?" tanya Rowan, suaranya rendah, berusaha tidak menunjukkan emosinya.14Please respect copyright.PENANAgR0HhAlgry
Seraphina berpikir sejenak. "Ada seorang penyihir... namanya Malakor. Dia adalah penyihir pribadi Lord Valerius. Dia sangat kuat, dan dia yang melakukan sebagian besar ritual itu. Dia sering datang ke sini bersama Valerius, dan mereka selalu mengunci diri di ruang kerja Alaric. Aku pernah mendengar Malakor membicarakan tentang 'kunci' yang lain. Bukan kunci fisik, tapi... sesuatu yang berhubungan dengan garis keturunan. Darah kuno."14Please respect copyright.PENANAYnBF9Sailk
Darah kuno. Rowan merasakan Ki-nya berdenyut lebih kuat. Itu pasti berhubungan dengan keluarganya.14Please respect copyright.PENANAXBESsCfEgi
"Di mana Malakor tinggal? Dan bagaimana dia berkomunikasi dengan Vortigern?" Rowan menuntut.14Please respect copyright.PENANAeIBw5X20ZR
"Malakor punya menara pribadinya di pinggir kota, di dekat rawa-rawa," jawab Seraphina, suaranya bergetar. "Dia sangat tertutup. Dan dia berkomunikasi melalui burung gagak. Burung-burung gagak yang aneh, dengan mata merah menyala. Mereka adalah utusan sihirnya."14Please respect copyright.PENANAzrsyN9Qf3V
"Dan kelemahan mereka?" Rowan mendesak. "Setiap orang punya kelemahan, Nyonya."14Please respect copyright.PENANAhM5CVdosOs
Seraphina terdiam sejenak, berpikir keras. "Malakor... dia sangat bergantung pada artefak sihirnya. Sebuah kalung yang selalu dia kenakan. Kalung dengan batu permata hitam. Alaric pernah bilang, jika kalung itu diambil darinya, kekuatannya akan melemah drastis. Dan Valerius... dia sangat sombong. Dia selalu meremehkan orang lain. Dia mudah terpancing emosi jika kau meremehkan kekuatannya atau keluarganya."14Please respect copyright.PENANAH6Eh2X2ECz
Rowan menyeringai. Informasi yang sangat berharga. Ia bisa menggunakan kelemahan itu.14Please respect copyright.PENANAMHd57EK93l
"Bagus, Nyonya," kata Rowan, mencium Seraphina dengan ciuman yang dalam dan penuh gairah, sebuah hadiah atas informasi yang baru saja ia dapatkan. Ciuman itu adalah janji akan lebih banyak kenikmatan, dan lebih banyak rahasia. Ia membiarkan ciuman itu berlanjut, membiarkan Seraphina melupakan sejenak kengerian yang baru saja ia ceritakan, tenggelam dalam sensasi yang ditawarkan Rowan.14Please respect copyright.PENANAyymK3zbgLw
Rowan tersenyum, mencurinya dengan ciuman terakhir yang dalam, membiarkan bibirnya berlama-lama di bibir Seraphina, merasakan napas wanita itu yang masih terengah-engah. Ia menarik diri sedikit, menatap mata Seraphina yang kini kembali berkaca-kaca, penuh hasrat dan kepasrahan. "Itu untuk sekarang, Nyonya. Malam masih panjang. Dan aku yakin kau punya lebih banyak rahasia yang bisa kau berikan padaku."14Please respect copyright.PENANAIUP0Z8QBYI
Rowan tidak bangkit. Ia tetap di samping Seraphina, membiarkan kehangatan tubuh mereka saling beradu. Ia memeluk wanita itu dengan erat, menenggelamkan wajahnya di rambut Seraphina yang beraroma melati. Seraphina mendesah puas, membalas pelukan Rowan, tubuhnya yang lelah menemukan kenyamanan dalam pelukan kuat pengawal barunya. Mereka berdua terlelap dalam keheningan, tubuh mereka saling terkait, napas mereka berirama. Informasi yang ia dapatkan malam ini adalah kunci. Kunci untuk memahami musuhnya, dan kunci untuk membalas dendam.14Please respect copyright.PENANAxAryr4WUYE
Cahaya fajar mulai menyelinap masuk melalui celah tirai, mewarnai kamar Seraphina dengan semburat keemasan yang lembut. Aroma lilin hangus bercampur dengan aroma tubuh mereka yang masih samar, menciptakan suasana yang intim namun kini harus berakhir. Rowan sudah mengenakan kembali seragam pengawalnya, merapikan kemejanya, meskipun beberapa kancing masih terbuka, memperlihatkan sedikit otot dadanya. Ia berdiri di samping ranjang, menatap Seraphina yang masih terbaring, terbungkus selimut sutra yang tersingkap.14Please respect copyright.PENANAnhzUEw57Jv
Seraphina menggeliat pelan, matanya perlahan terbuka. Ia mendesah saat menyadari Rowan sudah berpakaian. Ada sedikit kekecewaan di wajahnya, namun juga senyum tipis yang penuh arti.14Please respect copyright.PENANACALvoKp3Be
"Sudah pagi, Tuan Pengawal?" bisik Seraphina, suaranya serak karena tidur dan sisa-sisa gairah malam. Ia mengulurkan tangannya, jarinya menyentuh pergelangan tangan Rowan. "Kau terburu-buru sekali. Apa kau tidak ingin menikmati sedikit lagi kehangatan ranjang ini?"14Please respect copyright.PENANAJA3SdfOQ9U
Rowan menunduk, mencium lembut punggung tangan Seraphina. "Tugas memanggil, Nyonya. Dan saya adalah pengawal yang bertanggung jawab." Ia tersenyum tipis, senyum yang ia tahu bisa membuat Seraphina merona. "Lagipula, saya tidak ingin Lord Alaric kembali dan menemukan saya masih 'memeriksa keamanan' di kamar Anda. Itu bisa menimbulkan kesalahpahaman, bukan?"14Please respect copyright.PENANAsFeohOoCXf
Seraphina terkikik pelan, suara tawanya seperti desiran sutra. Ia menarik tangan Rowan lebih dekat, mengelusnya lembut. "Ah, Alaric. Dia terlalu sibuk dengan koin dan ritualnya untuk peduli apa yang terjadi di ranjang istrinya." Matanya menatap Rowan dengan godaan yang jelas. "Tapi kau... kau berbeda, Tuan Pengawal. Kau tahu bagaimana cara membuat seorang wanita merasa... hidup." Ia menarik napas dalam, membiarkan selimut sedikit melorot, memperlihatkan bahu dan sedikit belahan dadanya. "Apakah kau yakin tidak ingin tinggal sebentar? Aku bisa membuatkanmu teh hangat, atau mungkin... kita bisa melanjutkan 'pemeriksaan keamanan' yang tertunda?"14Please respect copyright.PENANAiikukygUhe
Rowan menatap belahan dada Seraphina yang kini terlihat, lalu kembali ke matanya. Hasrat berdenyut, namun ia menguasainya. "Sangat menggoda, Nyonya. Dan saya yakin Anda bisa membuat pagi ini sangat... menyenangkan." Ia mencondongkan tubuh, bibirnya nyaris menyentuh bibir Seraphina. "Tapi saya punya tugas lain yang harus saya selesaikan. Tugas yang akan membawa kita lebih dekat pada tujuan kita." Ia berbisik, "Informasi yang Anda berikan tadi malam... itu sangat berharga. Dan saya perlu menindaklanjutinya."14Please respect copyright.PENANAOuUJRnSm07
Seraphina mendesah kecewa, namun ia mengangguk. Ia mengerti bahwa Rowan adalah pria yang memiliki tujuan. "Baiklah, Tuan Pengawal. Aku mengerti." Ia lalu tersenyum licik. "Tapi pastikan kau kembali, ya? Aku tidak suka menunggu terlalu lama. Dan aku punya banyak rahasia lain yang mungkin kau ingin tahu. Rahasia yang hanya akan kubisikkan padamu, di ranjang ini." Ia mengedipkan mata, sebuah janji akan lebih banyak godaan.14Please respect copyright.PENANAvf3L9GiBnF
Rowan tersenyum tipis. "Tentu saja, Nyonya. Saya akan kembali. Dan saya akan menagih setiap rahasia yang Anda janjikan." Ia mencium kening Seraphina sekali lagi, sebuah ciuman perpisahan yang singkat namun penuh makna. "Sampai nanti, Nyonya."14Please respect copyright.PENANAN69zMr2v8u
Ia berbalik, melangkah keluar dari kamar Seraphina, menutup pintu di belakangnya dengan suara pelan. Udara pagi yang dingin terasa menyegarkan di kulitnya, kontras dengan panas yang masih membara di dalam dirinya. Pikirannya kini fokus pada informasi yang ia dapatkan. Lysandra, brankas Alaric, dan perpustakaan terlarang di kastil Vortigern.14Please respect copyright.PENANAfGokeUiId2
Menggali Informasi14Please respect copyright.PENANAcuzYvdtJqK
Rowan melangkah menembus keramaian pagi di jalanan Oakhaven. Pikirannya dipenuhi dengan informasi yang baru saja ia dapatkan. Namun, prioritas utamanya saat ini adalah Malakor dan menaranya. Ia berharap bisa mendapatkan informasi lebih lanjut tentang lokasi pasti menara itu, mungkin dari para pekerja pelabuhan atau pedagang yang sering berinteraksi di area rawa.14Please respect copyright.PENANARzrfIdq0lI
Ia menuju pelabuhan, tempat yang selalu ramai dengan hiruk pikuk aktivitas. Aroma laut, ikan, dan kayu basah memenuhi udara. Di antara kerumunan, matanya yang tajam menyapu sekeliling, mencari sosok-sosok yang mencurigakan atau percakapan yang bisa memberinya petunjuk.14Please respect copyright.PENANA5hL5gd46cI
Saat ia melewati sebuah gang sempit yang gelap, di antara tumpukan peti dan karung, ia melihat segerombolan bandit. Mereka berjumlah sekitar lima orang, mengenakan pakaian compang-camping namun memiliki lambang ular bermahkota yang samar di lengan mereka-tanda kesetiaan kepada keluarga Vortigern. Mereka tampak sedang berdiskusi dengan nada kasar, mungkin tentang pembagian hasil rampasan atau tugas baru.14Please respect copyright.PENANAaEnE40B6ux
Rowan merasakan Ki-nya berdenyut samar. Ini adalah kesempatan. Bandit-bandit ini pasti tahu sesuatu. Mereka adalah orang-orang Valerius, dan mereka mungkin memiliki informasi tentang Malakor atau pergerakan Vortigern di pelabuhan. Ia menyeringai tipis. Ini akan menjadi 'pemeriksaan keamanan' yang berbeda dari yang ia lakukan tadi malam, namun tidak kalah menarik.14Please respect copyright.PENANA9o83HFRNzy
Rowan mendekati mereka dengan santai, seolah ia hanya seorang pejalan kaki yang kebetulan lewat. Ia bersiul pelan, nada yang riang namun sedikit sumbang, menarik perhatian para bandit. "Pagi, kawan-kawan," sapanya dengan nada santai, namun matanya mengamati setiap gerakan mereka. "Sepertinya kalian sedang sibuk. Ada 'bisnis' menarik yang sedang dibicarakan di gang gelap seperti ini? Atau hanya 'piknik' pagi?" Ia melirik lambang ular bermahkota di lengan mereka, senyum sarkasnya muncul. "Oh, aku lihat kalian punya selera yang bagus untuk perhiasan. Lambang ular bermahkota... sangat 'modis' di kalangan tertentu, bukan?"14Please respect copyright.PENANASivWZRHqwx
Salah satu bandit, yang bertubuh paling besar dan memiliki bekas luka di wajahnya, mendengus. "Apa urusanmu, pengawal jalanan? Pergi dari sini sebelum kau menyesal." Tiga bandit lainnya melangkah maju, tangan mereka sudah berada di gagang belati.14Please respect copyright.PENANAysyDJZQHJh
Rowan hanya mengangkat satu alisnya. "Oh, jadi kalian tidak hanya punya selera fashion yang buruk, tapi juga sopan santun yang menyedihkan? Menarik." Senyum sarkasnya semakin lebar. "Baiklah, jika kalian ingin bermain, aku akan ikut bermain. Tapi jangan salahkan aku jika 'permainan' ini sedikit... mematikan."14Please respect copyright.PENANAK4ajupXKu4
Tiga bandit itu menyerang bersamaan, belati mereka berkilat dalam cahaya remang-remang. Namun, Rowan sudah siap. Gerakannya adalah kilatan bayangan. Kage-Tsurugi melesat keluar dari sarungnya dengan desisan mematikan. Dalam satu gerakan cair, bilah hitam itu berputar, memotong udara dengan kecepatan yang tak terbayangkan.14Please respect copyright.PENANAhoTM41FxRK
Sring!14Please respect copyright.PENANAn1X5MD1Nv9
Kepala bandit yang paling dekat terlepas dari tubuhnya, melayang di udara sesaat sebelum jatuh ke tanah dengan bunyi plop yang mengerikan. Darah menyembur, membasahi dinding gang dan karung di sekitarnya. Dua bandit lainnya terkesiap, terkejut melihat betapa mudahnya kawan mereka dihabisi.14Please respect copyright.PENANAwk3VmuDFw3
Rowan tidak memberi mereka kesempatan. Ia berputar, bilahnya menari seperti tarian kematian. Satu tebasan lagi, dan bandit kedua jatuh dengan luka menganga di leher. Bandit ketiga mencoba mundur, ketakutan terpancar jelas di matanya, namun Rowan sudah berada di belakangnya. Bilah Kage-Tsurugi menembus jantungnya dari belakang, lalu ditarik keluar dengan cepat.14Please respect copyright.PENANA9Z94AQM2HR
Ketiga bandit itu kini tergeletak tak bernyawa di genangan darah. Dua bandit yang tersisa, yang tadi hanya mengamati, kini gemetar ketakutan. Mereka menjatuhkan senjata mereka, mengangkat tangan tinggi-tinggi.14Please respect copyright.PENANAFahhFhd7Vf
"Tunggu! Jangan!" teriak salah satu dari mereka, suaranya tercekat.14Please respect copyright.PENANAE0L3nGQJhS
Rowan menatap mereka dengan mata dingin, bilah Kage-Tsurugi yang masih meneteskan darah di tangannya. "Nah, sekarang kita bisa bicara dengan 'sopan santun', bukan?"14Please respect copyright.PENANAwfdQZe7ATJ
Rowan tidak menunggu jawaban. Ia melangkah cepat ke arah bandit yang berbicara, dan dengan gerakan secepat kilat, ia menusuk kaki bandit itu dengan ujung Kage-Tsurugi. Bukan tusukan mematikan, hanya cukup dalam untuk melumpuhkan dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Bandit itu menjerit, ambruk ke tanah, mencengkeram kakinya yang berdarah.14Please respect copyright.PENANAiSgKQ3lbYc
Bandit yang satunya, melihat kawan-kawannya terbunuh dan temannya kini dilumpuhkan, panik. Ia berbalik dan mencoba melarikan diri, berlari pincang menyusuri gang gelap.14Please respect copyright.PENANARtte0yvP23
"Oh, ke mana kau akan pergi, kawan?" Rowan mendengus, nada sarkasnya kembali. "Pesta baru saja dimulai."14Please respect copyright.PENANAnEPVT1jLGx
Rowan melemparkan Kage-Tsurugi dengan gerakan mematikan. Bilah hitam itu berputar di udara, menancap tepat di punggung bandit yang melarikan diri. Bandit itu tersentak, terhuyung, lalu jatuh tersungkur tanpa suara.14Please respect copyright.PENANANS9bV1j6zg
Rowan berjalan santai ke arah bandit yang terluka, menarik Kage-Tsurugi dari punggung temannya yang sudah mati. Ia membersihkan bilahnya dengan kain compang-camping dari karung di dekatnya, lalu menatap bandit yang kesakitan.14Please respect copyright.PENANA6hhicrP9ru
"Baiklah," kata Rowan, suaranya kini dingin dan tanpa emosi. "Sekarang kita punya waktu untuk bicara. Aku ingin tahu tentang menara Malakor. Lokasinya. Setiap detail kecil tentangnya. Dan jangan coba-coba berbohong, atau aku akan membuatmu berharap kau mati bersama teman-temanmu." Ia mencondongkan tubuh, matanya mengunci mata bandit itu. "Dimulai dari sekarang. Di mana menara penyihir itu?"14Please respect copyright.PENANAXmNCBK5wMD
Bandit itu, dengan wajah pucat pasi dan napas terengah-engah, mulai berbicara dengan cepat, ketakutan menguasai dirinya. "Menara... menara itu ada di ujung rawa-rawa, Tuan! Jauh di dalam, di balik hutan bakau yang lebat! Ada jalur sempit yang hanya diketahui sedikit orang, tersembunyi di balik semak belukar tebal. Malakor... dia punya penjaga di sana, makhluk-makhluk aneh yang tidak bisa dilihat oleh mata biasa! Dia juga punya jebakan sihir di sekitar menara, mantra yang bisa membuatmu tersesat atau bahkan menghilang! Dan dia... dia sering menerima kiriman dari pelabuhan, peti-peti besar yang selalu dijaga ketat oleh pengawal Valerius!"14Please respect copyright.PENANARWJNCzfVbA
Rowan mendengarkan dengan seksama, menyerap setiap detail. Informasi ini sangat berharga. Ia mengangguk pelan. "Pengiriman apa?" tanyanya, suaranya datar.14Please respect copyright.PENANAdvO6doybRG
"Aku... aku tidak tahu pasti, Tuan! Tapi mereka selalu sangat rahasia! Dan Malakor selalu terlihat sangat senang setiap kali kiriman itu tiba!" Bandit itu gemetar, menatap Rowan dengan mata memohon. "Sudah, Tuan? Aku sudah memberitahumu semua yang kutahu! Tolong... tolong lepaskan aku!"14Please respect copyright.PENANAgGp03xygoB
Rowan menatap bandit itu, senyum dingin terukir di bibirnya. "Terima kasih atas 'kerja sama' Anda, kawan," katanya, suaranya penuh sarkasme. "Informasi Anda sangat 'mencerahkan'."14Please respect copyright.PENANA11OgelTJhB
Dengan sekali tebasan cepat dan tanpa ampun, Kage-Tsurugi melesat, memotong leher bandit itu. Kepala bandit itu terlepas, jatuh ke genangan darah di samping tubuhnya. Rowan membersihkan bilahnya lagi, lalu menyarungkan Kage-Tsurugi. Tidak ada jejak keraguan di matanya. Ia telah mendapatkan apa yang ia inginkan, dan ia tidak meninggalkan saksi.14Please respect copyright.PENANAQ8fqG6Prfw
Rowan melangkah keluar dari gang gelap, meninggalkan mayat-mayat itu di belakangnya. Udara pagi di pelabuhan terasa lebih segar, namun bau darah masih tercium samar di indranya. Pikirannya kini fokus sepenuhnya pada menara Malakor. Ia memiliki lokasi, ia memiliki kelemahan Malakor, dan ia memiliki gambaran tentang penjaga serta jebakan di sana.14Please respect copyright.PENANA6THgSOTNJH
Rowan menelusuri jalan yang diinfokan bandit. Jalur itu memang tersembunyi, nyaris tak terlihat di antara semak belukar dan pepohonan bakau yang menjulang. Udara di sekitar rawa terasa lembab dan berat, dipenuhi aroma tanah basah dan dedaunan membusuk. Suara serangga berdengung di mana-mana, dan sesekali terdengar suara cipratan air dari makhluk tak terlihat di dalam rawa.14Please respect copyright.PENANAEbs53Wz2Qt
Rowan bergerak dengan hati-hati, langkahnya nyaris tanpa suara. Matanya yang tajam menyapu setiap sudut, mencari tanda-tanda jebakan sihir atau penjaga tak terlihat yang disebutkan bandit. Ia tidak berniat menyerang menara Malakor secara langsung saat ini. Tujuannya hanyalah menyelidiki, mengamati, dan mengumpulkan lebih banyak informasi tentang pertahanan menara itu. Ia perlu memahami pola penjagaan, jenis mantra pelindung, dan mungkin menemukan titik lemah sebelum melancarkan serangan penuh. Ini adalah bagian dari strateginya, mengumpulkan setiap kepingan teka-teki sebelum melancarkan pukulan mematikan.14Please respect copyright.PENANAPfYbeR3HXb
Ia menyusuri jalur sempit itu selama beberapa waktu, semakin dalam ke jantung rawa. Pepohonan bakau yang tinggi dan rapat membentuk kanopi alami di atasnya, menghalangi sebagian besar cahaya matahari. Tanah di bawah kakinya berlumpur dan licin, dan aroma rawa semakin pekat. Ia merasakan Ki-nya berdenyut samar, menjadi lebih peka terhadap energi sihir di sekitarnya. Ini adalah tanda bahwa ia mendekati area yang dilindungi mantra.14Please respect copyright.PENANACsVooS4BOB
Tiba-tiba, ia merasakan sensasi aneh di udara, seperti gelombang panas yang tak terlihat. Ini adalah tanda mantra pelindung. Rowan memperlambat langkahnya, matanya menyipit, mencoba menembus ilusi yang mungkin ada. Ia tahu mantra semacam ini bisa membingungkan indra, membuat seseorang tersesat atau melihat hal-hal yang tidak nyata. Ia mengandalkan Ki-nya untuk merasakan distorsi dalam aliran energi, mencari celah atau kelemahan dalam pertahanan sihir itu.14Please respect copyright.PENANAGvmfoYs52B
Ia terus maju, mengandalkan insting dan Ki-nya. Beberapa kali, ia merasakan tarikan aneh yang mencoba mengarahkannya ke arah yang salah, namun ia menolaknya, tetap fokus pada tujuan utamanya. Setelah beberapa saat, ia melihat siluet samar di kejauhan, menjulang di atas pepohonan bakau. Sebuah menara batu hitam, tinggi dan ramping, dengan puncak yang runcing seperti jarum. Menara Malakor.14Please respect copyright.PENANAGgDrjKx18Y
Rowan berhenti di balik semak belukar tebal, mengamati menara itu dari kejauhan. Ia melihat cahaya redup di beberapa jendela, dan sesekali, siluet burung gagak besar terbang mengelilingi puncaknya. Ia juga merasakan kehadiran energi sihir yang lebih kuat di sekitar menara, sebuah perisai tak terlihat yang melindunginya. Ini bukan tempat yang bisa diserbu begitu saja. Ia perlu rencana yang matang.14Please respect copyright.PENANAOxFvJDOKty
Rowan memperhatikan setiap detail di sekitar menara. Ia melihat beberapa kotak kayu besar yang tertumpuk rapi di dekat pintu masuk menara, jelas merupakan kiriman yang disebutkan bandit. Aroma aneh, seperti campuran rempah-rempah busuk dan sesuatu yang lebih mengerikan, tercium samar dari tumpukan itu. Di dekat tumpukan kotak, ia melihat beberapa gundukan tanah yang baru, dan di atasnya, beberapa mayat yang tergeletak begitu saja, sebagian tertutup lumpur dan dedaunan. Mayat-mayat itu adalah sisa-sisa dari "pengiriman" manusia yang gagal atau mungkin korban dari ritual Malakor.14Please respect copyright.PENANAFIv9F0r47k
Melihat tumpukan mayat itu, Ki Rowan bergejolak. Amarah membakar di dalam dirinya, sebuah kemarahan dingin yang familiar. Ini adalah bukti nyata dari kekejaman Vortigern, kekejaman yang ia sudah kenal betul. Namun, ia menahan diri. Wajahnya tetap datar, matanya tajam, tidak menunjukkan emosi yang mengamuk di dalam dirinya. Ia tahu, amarah hanya akan mengaburkan penilaiannya.14Please respect copyright.PENANADEgo2F5iFj
Pengamatannya dirasa cukup. Ia telah mendapatkan gambaran yang jelas tentang pertahanan menara, jenis makhluk yang mungkin ia hadapi, dan bukti kekejaman Malakor. Ia telah melihat cukup untuk saat ini. Tidak ada gunanya mendekat lebih jauh dan mengambil risiko tertangkap.14Please respect copyright.PENANAugmrIsoyLu
Dengan informasi berharga yang sudah terkumpul, Rowan memutuskan untuk kembali ke Kediaman Alaric. Ia perlu memproses semua ini, menyusun strategi yang lebih matang, dan mungkin mencari informasi tambahan dari Seraphina. Ia berbalik, melangkah mundur perlahan, menyatu kembali dengan bayangan rawa, menahan rasa amarah yang mendidih di dalam dirinya, mengubahnya menjadi tekad yang lebih kuat.14Please respect copyright.PENANAfJBPI2LOTt
sore hari di Kediaman Blackwood. Matahari bersinar cerah di luar, namun di ruang latihan bawah tanah, hanya obor di dinding yang menerangi. Rowan melepas seragam pengawalnya, menyisakan celana kulit dan kemeja tanpa lengan, memperlihatkan otot-ototnya yang terbentuk sempurna. Amarah yang mendidih dari pengamatannya di rawa masih bergejolak di dalam dirinya, mengancam untuk menguasai. Ia tahu ia tidak bisa membiarkan emosi itu mengaburkan penilaiannya.14Please respect copyright.PENANA6K9BY9gGiL
Ia mengambil posisi kuda-kuda, menutup mata, dan mulai fokus pada Ki-nya. Ia membiarkan energi itu mengalir melalui setiap inci tubuhnya, mencoba menenangkan badai emosi yang mengamuk. Ki hitamnya berdenyut, merespons amarahnya, namun ia berusaha mengendalikannya, mengarahkannya, mengubahnya menjadi kekuatan yang terkontrol. Keringat mulai membasahi tubuhnya saat ia tenggelam dalam latihannya, gerakan-gerakan pedang imajiner yang sempurna dan mematikan.14Please respect copyright.PENANA6CXHGzNeLJ
Saat ia sedang berkonsentrasi penuh, ia merasakan kehadiran lain di ambang pintu. Aroma parfum mahal dan sedikit wangi rempah yang familiar menyusup ke dalam ruangan, mengganggu fokusnya. Ia membuka mata, dan melihat Seraphina berdiri di sana, bersandar di kusen pintu. Ia mengenakan gaun formal berwarna gelap yang anggun, rambutnya disanggul rapi, dan perhiasan berkilau di leher dan telinganya. Namun, di balik semua kemewahan itu, ada kilatan hasrat yang jelas di matanya.14Please respect copyright.PENANAR1XPGtsWGC
"Tuan Pengawal," bisik Seraphina, suaranya lembut namun penuh godaan. "Aku tidak tahu kau punya kebiasaan melatih diri seperti ini. Apa kau tidak punya pekerjaan lain?" Matanya menyapu tubuh Rowan yang berkeringat dan berotot, jelas menikmati pemandangan itu.14Please respect copyright.PENANAz1sWtYgxDu
Rowan mendesah pelan, amarahnya sedikit mereda digantikan oleh sensasi lain yang familiar. "Hanya menenangkan pikiran, Nyonya. Dan menjaga agar tubuh tetap tajam. Anda tahu, tugas pengawal itu berat." Ia menyeka keringat di dahinya. "Apa yang membawa Anda ke sini ? Bukankah seharusnya Anda menikmati teh sore atau mengurus urusan rumah tangga?"14Please respect copyright.PENANAI3PTiJpudq
Seraphina melangkah masuk, perlahan mendekat, setiap langkahnya adalah undangan. "Aku... aku tidak bisa fokus pada teh sore , Tuan Pengawal. Pikiranku terus memikirkan apa yang Anda katakan tadi malam. Tentang rahasia-rahasia itu. Dan... tentang bagaimana Anda membuat saya melupakannya." Ia mengulurkan tangannya, jarinya menyentuh dada Rowan yang berkeringat, menelusuri otot-ototnya. "Aku butuh Anda lagi, Tuan Pengawal. Aku butuh Anda untuk membuat saya melupakan kengerian yang menghantui pikiran saya. Dan saya punya lebih banyak rahasia untuk Anda. Rahasia tentang jaringan mata-mata Vortigern yang lebih dalam. Tentang rencana mereka untuk menyusup ke istana kerajaan."14Please respect copyright.PENANABLKCzG8zpg
Rowan menahan pergelangan tangan Seraphina, menghentikan sentuhannya. Matanya menatap Seraphina, berusaha menstabilkan emosinya. Ia tahu ia membutuhkan informasi itu, tetapi ia juga harus menjaga kendali. Amarahnya belum sepenuhnya mereda, dan ia tidak ingin mencampuradukkannya dengan hasrat.14Please respect copyright.PENANAunY6URbXt0
"Nyonya," kata Rowan, suaranya rendah, sedikit lebih tegas dari biasanya. "Saya menghargai 'keinginan' Anda. Dan saya yakin rahasia yang Anda miliki sangat berharga." Ia menarik napas dalam. "Tapi sore ini, saya perlu fokus pada hal lain. Emosi saya... masih sedikit bergejolak. Dan saya tidak ingin mencampuradukkan bisnis dengan kesenangan."14Please respect copyright.PENANAgccY7miIiK
Seraphina mengernyitkan dahi, sedikit kecewa. "Oh, Tuan Pengawal. Apa yang bisa membuat emosi Anda bergejolak? Apakah saya tidak cukup... menarik?" Ia mencondongkan tubuh lebih dekat, aroma parfumnya semakin kuat. "Saya bisa membuat Anda melupakan segalanya, Tuan Pengawal. Bahkan amarah Anda."14Please respect copyright.PENANArQn5ZwP9YE
Rowan tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya. "Anda sangat menarik, Nyonya. Terlalu menarik, mungkin. Itulah sebabnya saya harus berhati-hati." Ia melepaskan pergelangan tangan Seraphina, lalu melangkah mundur sedikit. "Bagaimana kalau begini, Nyonya. Jika Anda benar-benar membutuhkan 'layanan' saya, Anda bisa datang ke kamar saya malam nanti. Saya akan memastikan tidak ada yang melihat Anda. Tapi... Andalah yang harus datang. Dan saya akan memutuskan apakah saya akan 'melayani' Anda atau tidak, tergantung pada seberapa 'mendesak' kebutuhan Anda."14Please respect copyright.PENANAcLbjPHbi3j
Rowan menatap Seraphina, matanya penuh tantangan. Ia membalikkan kendali, menempatkan wanita itu dalam posisi yang harus mengejarnya. Ini bukan hanya tentang seks, tetapi tentang siapa yang memegang kendali.14Please respect copyright.PENANAQ0z01TBZUC
Seraphina menatapnya, matanya membelalak sedikit. Ada campuran kejutan, kekecewaan, namun juga kilatan ketertarikan yang baru di dalamnya. Ia tidak menyangka Rowan akan menolaknya, apalagi membalikkan keadaan seperti itu. Ia menghela napas, sebuah desahan yang penuh hasrat. "Baiklah, Tuan Pengawal," bisiknya, suaranya serak. "Saya mengerti. Kalau begitu... saya akan mempertimbangkan 'undangan' Anda. Dan saya harap Anda tidak membuat saya menunggu terlalu lama."14Please respect copyright.PENANASUpY9fVBcm
Ia berbalik, melangkah keluar dari ruang latihan, meninggalkan Rowan sendirian dalam keheningan. Rowan hanya menyeringai. Ia tahu ia telah berhasil. Ia telah mengendalikan amarahnya, dan ia telah mengendalikan Seraphina. Sekarang, saatnya untuk fokus pada rencana selanjutnya.14Please respect copyright.PENANAC5hKt0ZzxL
14Please respect copyright.PENANA7RCR8l3rny