
Setelah malam itu, aku tahu semuanya sudah melewati batas.
332Please respect copyright.PENANATHKEkhDIvj
Anehnya, tak ada rasa bersalah, tak ada air mata, tak ada penyesalan. Yang ada justru kelegaan. Seperti aku akhirnya menemukan kembali bagian dari diriku yang selama ini kupaksa untuk tidur. Dan kini, bagian itu terbangun dan tidak mau diam.
Malam itu aku berdiri lama di depan cermin. Tubuhku masih seperti dulu. Payudara yang besar, pinggul lebar, paha padat, mata yang sering terlihap sayu. Yang berubah hanya aku merasa lebih hidup, tapi lebih dari itu, aku merasa lebih semakin berbahaya. Tubuh ini, cara aku bicara, cara aku menatap ‘sesuatu’, semuanya kini bukan sekadar bagian dari diriku. Tapi senjata, daya tarik. Kutukan yang bisa kubagi pada siapa pun yang cukup nekat untuk menyentuh diriku.
332Please respect copyright.PENANAPlKHxnZReH
Dan aku sadar, aku belum ingin berhenti.
Belum.
332Please respect copyright.PENANAePg86Pm6dX
***
332Please respect copyright.PENANAKp0DYSpgxH
Luki, ia seperti memiliki rencana pribadi. Dia makin sering datang dan makin sulit menyembunyikan perhatiannya. Tatapannya penuh tanya, penuh rindu yang bahkan belum pernah disentuh. Aku juga mulai menyadari, aku juga semakin memikirkan dirinya diam-diam.
332Please respect copyright.PENANAJk0KdjCvzt
Yang tadinya hanya singgah sebentar, duduk di ruang tamu sambil berpura-pura menunggu Tejo. Kadang mulai membantuku menyapu halaman, kadang juga ikut membereskan dapur. Tapi dibalik itu semua, ada tatapannya yang selalu berbicara lebih banyak dari mulutnya.
Dan aku mengerti akan hal itu.
332Please respect copyright.PENANAB6c3Qkdl6i
Sorot matanya selalu gugup setiap kali aku lewat dengan daster tipis. Pandangannya selalu cepat turun ke arah dadaku, lalu buru-buru dialihkan. Tapi aku tahu, bukan karena tidak ingin melihat. Justru sebaliknya, dia terlalu ingin berlama-lama melihat dan takut ketahuan.
Hal itu yang menggodaku untuk mulai bermain lebih jauh. Dari mengusap pundaknya sambil pura-pura bertanya soal tugas sekolah. Kadang berdiri terlalu dekat saat menyerahkan minum, membiarkan lenganku menyentuh bahunya. Dan sesekali, aku bahkan membisikkan kalimat nakal ke telinganya saat dia sedang jongkok membereskan galon air,
332Please respect copyright.PENANArcjfIvSsmS
“Kalau kamu terus lihatin Tante kayak gitu... bisa-bisa Tante terkam loh…”
Dia terdiam, wajahnya memerah, dan terlihat ada yang menegang di balik celananya.
332Please respect copyright.PENANAPFgcrTBzHZ
Suatu malam, Heru pulang mendadak. Badannya pegal, katanya, ingin dipijat. Aku menyiapkan minyak esensial seperti biasa. Di kamar, dia telungkup di ranjang, bertelanjang dada. Aku duduk perlahan di pinggangnya, meneteskan minyak ke punggung.
Tanganku memijat pelan, membuat gerakan-gerakan melingkar kecil di sekitar tulang belikat, turun ke pinggang, lalu kembali ke bahu.
332Please respect copyright.PENANAug2Ty1Okb2
Tanganku memang fokus untuk menenangkan otot-otot suamiku ini, namun pikiranku tidak sepenuhnya di situ. Pikiranku saat ini ada di Luki.
332Please respect copyright.PENANAvm0T85EF4F
Mengingat sorot matanya yang selalu gelisah. Suaranya yang ragu-ragu saat menyapaku, gaya duduknya di sofa, paha terbuka lebar, betisnya kokoh yang memanjakan mata saat ia menggunakan celana pendek untuk membantuku membesihkan halaman rumah.
Aku memejamkan mata sejenak, meresapi pikir-pikiranku tentang Luki. Tapi tiba-tiba Heru berguling, tangannya menarik pinggangku. Mengajakku bercinta, sebagai istri aku tidak menolak, tapi tidak benar-benar sepenuhnya aku mampu melayaninya.
Tubuhku merespons seadanya. Aku membiarkannya menyentuh, membiarkannya menciumku, dan saat menekan masuk batang kejantanannya ke dalam tubuhku,
332Please respect copyright.PENANAiZOvf37QzA
“Ahhh…”
Aku menggigit bibir, mataku tertutup rapat. Perlahan pikiranku berkelana, gambaran-gambaran imajinasi mulai muncul di benakku. Di sofa ruang tamu, Luki duduk di sana. Tatapan nakalnya, segala gerak geriknya, bagian-bagian tubuhnya yang merangsang libidoku setiap kali bagian-bagian itu dilapisi oleh keringat.
332Please respect copyright.PENANAcvjypwHkV6
Aku orgasme, tapi bukan karena Heru, melainkan karena pikiranku sendiri.
332Please respect copyright.PENANAJPOQcgcm1y
Dan saat Heru jatuh tertidur di sampingku, aku tetap terjaga. Nafasku datar, tapi dadaku bergejolak. Malam itu, aku tak bisa lagi membantah satu hal yang perlahan mencuat ke permukaan.
Aku ingin Luki, aku ingin merasakan tubuh bocah itu.
332Please respect copyright.PENANA9R4AuDpnWJ
332Please respect copyright.PENANAo8xzgzwraH
332Please respect copyright.PENANAmqLyC7qnbk
Baca versi lengkapnya lihat dari profile penulis.332Please respect copyright.PENANAkpgv8se0Yq