
Sejak malam itu, chat dengan Bayu menjadi bagian tak terpisahkan dari hari-hariku.
969Please respect copyright.PENANAalkDn4fRDD
Awalnya, percakapan kami ringan, mengalir seperti air. Bayu punya cara bicara yang santai, penuh humor, dan entah mengapa, setiap pesannya selalu berhasil membuatku tersenyum tipis, bahkan di tengah kesibukan kantor atau saat ibu mulai mengomel tentang masa depanku.
969Please respect copyright.PENANAEFN2dGLq78
Bayu: "Kamu kalau senyum, bibirnya manis banget, Arum. Kayak habis makan permen kapas." Arum: "Hahaha, bisa aja. Emang kamu pernah lihat aku makan permen kapas?"
Bayu: "Belum. Makanya, kapan kita ngopi bareng? Biar aku bisa lihat langsung."
Arum: "Nanti ya, masih sibuk banget kerjaan."
969Please respect copyright.PENANA12zReY5Pqj
Aku selalu punya alasan untuk menunda pertemuan. Bukan karena aku tidak ingin bertemu, tapi karena ketakutan itu masih ada. Ketakutan akan penolakan, akan kekecewaan. Bayu tidak mendesak, dia hanya menyikapi tertawa lewat emoticon dan melanjutkan obrolan.
969Please respect copyright.PENANAopUKatdGdL
Bayu: "Duh, kasihan banget Arum sibuk terus. Keseringan sibuk, nanti kurus kering lho."
Arum: "Biarin aja, biar ideal."
Bayu: “Ideal tuh kalau ada yang meluk, biar nggak dingin."
Arum (Menghela napas, tersenyum sendiri): "Bisa aja kamu."
969Please respect copyright.PENANAXXW88bvTpL
Setiap pagi, chat dari Bayu adalah hal pertama yang kucek. Setiap malam, obrolan kami sering berakhir sampai larut. Dia sering mengirimku foto-foto random. Pemandangan dari jendelanya yang menakjubkan saat matahari terbit, piring makan siangnya yang penuh nasi goreng, atau tangannya yang sedang memegang gitar.
969Please respect copyright.PENANADEPQWT73tJ
Bayu: "Lagunya lagi mellow nih. Pas banget sama kamu yang lagi ngelamun." (Dia mengirimkan foto tangannya memegang gitar akustik dengan latar senja)
Arum: "Kok tahu aku lagi ngelamun?"
Bayu: "Insting. Atau mungkin, bayangan kamu lagi nangkring di pikiran aku."
Arum (Pipiku sedikit memanas): "Gombal."
969Please respect copyright.PENANAYUUmtOMS5V
Aku mulai bercerita lebih banyak kepadanya. Tentang pekerjaan yang melelahkan, tentang tekanan-tekanan di rumah, tentang kesendirian yang sering menyergap. Bayu selalu mendengarkan. Dia tidak banyak memberi nasihat, tapi responsnya selalu membuatku merasa divalidasi.
969Please respect copyright.PENANAk3pQ4GHK4o
Arum: "Rasanya capek banget, Bay. Kayak hidup cuma buat kerja dan memenuhi ekspektasi orang lain."
Bayu: "Peluk online dulu sini. Tenang, kamu nggak sendirian. Aku juga kadang ngerasa gitu. Emang hidup ini random banget."
Arum: "Tapi kamu kan kelihatan santai terus."
Bayu: "Santai itu cuma topeng, Arum. Biar nggak ketahuan kalau aslinya lagi panik dikejar deadline. Hahaha."
969Please respect copyright.PENANABLnfmO2FMG
Tawanya yang renyah, bahkan hanya dari chat, terasa menular. Aku mulai merasa nyaman, sangat nyaman. Terlalu nyaman untuk seseorang yang hanya kukenal lewat tulisan di layar.
969Please respect copyright.PENANArf8HTcAoG0
969Please respect copyright.PENANA12WZsokqDe
***
Baca kisah lengkapnya dari profile penulis
ns216.73.216.93da2