Di tengah keramaian pikuk kota, sebuah perpustakaan tua menjadi saksi bisu pertemuan dua jiwa yang berlainan.
Nadine, pencari ketenangan dari riuhnya dunia, dan Rey, sang pemikir pendiam yang menyelami filosofi kehidupan. Awalnya terikat oleh keheningan yang dalam, mereka menemukan bahasa baru—bahasa kehadiran tanpa kata. Dari secangkir teh hangat hingga berbagi kisah di bawah rintik hujan, ketakutan akan ketergantungan pun menepi oleh keberanian yang terpancar dari genggaman tangan.
47Please respect copyright.PENANANMZTmEyKoL
Hubungan mereka pun melampaui batas perpustakaan, melintasi jalanan kota yang basah dan menembus langit malam di atas gedung tua. Di sana, di bawah bintang-bintang yang menyala malu-malu, mereka saling membuka tabir diri, mengakui kerapuhan dan menemukan bahwa cinta tak harus bising atau sempurna—cukup ada. Kisah mereka berlanjut di Kopikata, tempat Rey menemukan ketenangan, dan di puncak gunung Prau, di mana Nadine belajar arti kemenangan atas dirinya sendiri. Itu bukan dua keping yang harus pas, melainkan dua dunia yang saling membukakan pintu. Dalam tawa dan pelajaran hidup, mereka memilih untuk terus berjalan, tak terpisahkan, menulis cerita baru yang lahir dari ketenangan yang perlahan menuntun mereka untuk menetap.
47Please respect copyright.PENANAbf5tFTVmRh
47Please respect copyright.PENANAzMXh9L7fp7
47Please respect copyright.PENANAKCHgjLt0ex