BAB 6: JIKA TIDAK TERSENYUM, AKAN DIHUKUM
204Please respect copyright.PENANA9MKJOvEv8H
204Please respect copyright.PENANARA0DC8MIzV
Nayla terbangun dengan kepala yang terasa pusing, seolah-olah dunia berputar perlahan di sekitarnya. Ia sudah berada di kamarnya, terbaring di atas kasur yang seharusnya terasa nyaman, namun pagi ini ada yang berbeda. Selangkangannya terasa kebas dan perih, sensasi yang membuatnya meringis saat mencoba menggerakkan tubuh. Matanya terpejam sejenak, berusaha mengingat apa yang terjadi semalam. Ingatan samar tentang dirinya di kamar Reino muncul.
204Please respect copyright.PENANAIxdOlS0Owz
“Semalem aku ngapain sama Kak Reino ya? Kenapa selangkanganku perih banget rasanya.”
204Please respect copyright.PENANA2FbnIPHg6M
Belum sempat ia menyusun pecahan-pecahan ingatan itu, tiba-tiba selimut yang menutupi tubuhnya ditarik dengan kasar. Dira berdiri di samping tempat tidur dengan ekspresi mendesak.
204Please respect copyright.PENANA62mxtzDKW3
“Nay, bangun! Mandi cepet, Ayah udah nunggu buat sarapan di bawah. Jangan bikin dia tambah marah,” ujar Dira sambil berbalik dan meninggalkan kamar.
204Please respect copyright.PENANATymE7Q9s0B
Nayla terdiam, jantungnya berdegup kencang. Dengan susah payah, ia bangkit dan menyeret tubuhnya ke kamar mandi, rasa perih itu terus mengganggu setiap langkahnya.
204Please respect copyright.PENANAiXDiU4I6Mz
Beberapa saat kemudian, Nayla menuruni anak tangga menuju ruang makan. Langkahnya tertatih, kakinya gemetar menahan rasa sakit yang masih tersisa. Di ujung tangga, ia melihat Ravel, ayahnya, sudah duduk di meja makan dengan wajah dingin dan tatapan tajam. Nayla menunduk, tak berani menatap ke arahnya. Aura kemarahan yang memancar dari Ravel membuat udara terasa berat. Ia melangkah perlahan dan duduk di kursinya, tangannya gemetar di atas pangkuan.
204Please respect copyright.PENANA8GcIgD6K94
Nayla melirik sekeliling meja makan. Hanya ada empat orang pagi itu: Ravel, dirinya, Kay, dan Dira. Reino dan Elina tidak ada di sana, entah pergi ke mana. Keheningan menyelimuti ruangan, hanya terdengar bunyi sendok yang sesekali menyentuh piring. Nayla menatap piringnya sendiri dengan wajah pucat, makanan di depannya tak tersentuh. Selera makannya hilang, digantikan oleh rasa takut yang menggerogoti. Ia bisa merasakan tatapan Ravel yang sesekali mengarah padanya, penuh penilaian.
204Please respect copyright.PENANAtqA20TomVm
“Nayla, kenapa kamu cuma diam? Makan,” suara Ravel menggema, tajam dan dingin.
204Please respect copyright.PENANAIfPIF5TdET
“A-aku... nggak lapar, Ayah,” jawab Nayla lirih, kepalanya semakin tertunduk.
204Please respect copyright.PENANAUp6RcsdEFh
Ravel mendengus kesal dan menjawab, “Nggak lapar? Oh, atau kamu pengen sarapan yang lain?”
204Please respect copyright.PENANAPnbKDYqcG7
“Maksud Ayah apa?” tanya Nayla bingung.
204Please respect copyright.PENANAx3vVKZltjF
Tiba-tiba Ravel menarik tubuh Nayla hingga ia jatuh tersungkur di depan tubuh Ravel. Pria itu menurunkan celananya dan Nayla dipaksa melayani sambil tersenyum di hadapan Ravel. Melihat hal itu Nayla bingung harus berbuat apa, sedangkan Ravel sudah menatapnya seperti serigala yang kehausan.
204Please respect copyright.PENANAs9od9uNQD8
“Kamu masih nggak paham juga? Kay, Dira ajari adik kalian!” kata Ravel.
204Please respect copyright.PENANAG8AYDWjoUT
Kay dan Dira memandu Nayla untuk “belajar tampil menyenangkan” di depan Ravel. Mereka membantu Nayla melucuti pakaiannya dan memposisikan nya atas meja makan sebagai "pajangan hidup".
204Please respect copyright.PENANA424H8oOVhe
“Kak, kenapa makanannya ditaruh di atas perutku?” tanya Nayla bingung.
204Please respect copyright.PENANAo5jJ3t76D9
“Udah nurut, nggak usah banyak nanya!” jawab Dira.
204Please respect copyright.PENANA5172Nz8y6d
Perlahan Ravel menjilati tubuh Nayla dari ujung kaki lalu semakin naik ke paha dan berputar-putar di selangkangannya. Seketika tubuh Nayla menggelinjang, dia ingin menolak tapi sebenarnya ia menikmatinya.
204Please respect copyright.PENANA0u5UmFu80g
“Empphh… Ahhh… Ayah…” racau Nayla.
204Please respect copyright.PENANAXEkvlT0j6O
“Ummm… Slurp… Kenapa Nay?” sahut Ravel makin liar memainkan lidahnya.
204Please respect copyright.PENANAlLqpt58fxN
Kay yang melihat itu ikut merasa tegang, ia berdiri di atas kepala Nayla dan tangannya mulai meremas-remas gunung kembar Nayla sambil sesekali mencubit putingnya. Dira yang melihat itu tak ikut diam, dia sibuk menikmati makanan yang ditaruh di atas perut Nayla sambil menjilatinya.
204Please respect copyright.PENANACSOXVtLdHS
“Ahhh… Ahhh… Geli…” desah Nayla.
204Please respect copyright.PENANAO0wjau59Oe
Kay, Ravel dan Dira saling pandang dan melempat senyuman nakal, seolah menjadi kode kalau Nayla sebenarnya menikmati permainan mereka bertiga. Kay dan Ravel lalu menggesekkan jari-jari mereka di memek Nayla untuk membuatnya basah.
204Please respect copyright.PENANA2boNvjfSDh
“Uhhh… Mpphhh… Ohhhh…”
204Please respect copyright.PENANAgYL7hdVYyO
“Udah mulai becek nih, Yah,” kata Kay.
204Please respect copyright.PENANALsHdj3TdbQ
“Kocok terus Kay, sampai Nayla banjir dan orgasme,” sahut Ravel.
204Please respect copyright.PENANAo7UyaMnqdD
Dira gantian mengocok memek Nayla dengan memasukkan dua jarinya yang membuat tubuh Nayla menggelinjang hebat. Hingga akhirnya cairan putih kental keluar membasahi memeknya. Dira lalu berpindah posisi memegang tangan Nayla dari atas agar tak banyak gerak. Kay membuka kedua kaki Nayla hingga membuat memeknya terekspos.
204Please respect copyright.PENANAZogAFCsHBI
“Senyum Nay! Kalau nggak aku bakal main kasar!” kata Ravel yang membuat Nayla harus pura-pura tersenyum menikmati permainan ini.
204Please respect copyright.PENANAG8kqrc7nAU
“Aku pengen sarapan pagi dengan menikmati memek kamu, Nay,” kata Ravel terkekeh.
204Please respect copyright.PENANAu1I0PK431q
“Emmpph, Ayah jangan…” Nayla mulai memberontak tapi Dira dan Kay sudah memegang tangan dan kakinya.
204Please respect copyright.PENANApYqhMoDWuf
Ravel memegang kontolnya yang sudah tegang itu dan mulai menggesekkan ke memek Nayla untuk menggodanya. Sampai akhirnya kontol yang besar dan berurat itu melesat masuk ke dalam memek Nayla. Karena masih perawan, sontak Nayla menjerit kesakitan.
204Please respect copyright.PENANA95endG5CCA
“Akh… Sakit…. Ummmm….”
204Please respect copyright.PENANA480zvYVK5s
“Ahhh… Shhh… Ternyata kamu emang masih perawan, memek kamu rasanya sempit banget,” kata Ravel sambil menggoyangkan pantatnya maju mundur secara perlahan.
204Please respect copyright.PENANAMXKp3YhHaJ
“Ahhh… Ohhh…”
204Please respect copyright.PENANArE5KFafTcc
“Duh, tetek Nayla kalau lagi geter juga bikin sange pengen aku remas,” batin Kay yang langsung meremas kedua tetek Nayla.
204Please respect copyright.PENANAnP32lXUS8s
Ravel masih main dengan cara halus karena ia tahu ini adalah pertama kali buat Nayla. Sedangkan Dira terus memegangi tangan Nayla sambil mengulum bibirnya dari atas. Meja makan itu bergetar hebat kala mereka bertiga memainkan tubuh Nayla. Sarapan pagi itu berubah jadi makin panas.
ns216.73.216.94da2