Terdengar suara anak muda yang tertawa di kejauhan. Di bawah hujan bunga sakura, dengan seragam sekolah menengah pertama mereka berlari. Canda tawa terdengar menggema. Aku adalah murid baru di sekolah ini. Rasa gugup menyelimuti dadaku, membuat jantungku berdebar begitu kencang. Rasanya tempat ini begitu berbeda. Terlalu berkilau, hingga tubuhku bergetar dan rasa gugup itu menguat. Kulangkahkan kakiku, memberanikan diri untuk menghadapi duniaku yang baru, tempat yang baru.269Please respect copyright.PENANAvOoXskSct0
Aku adalah Tsuki. Shiori Tsukiko. Aku adalah pindahan dari Tokyo. Kira kira begitulah perkenalanku di depan kelas 1-2 yang kutempati. Tatapan antusias mereka membuatku merasa semakin gugup. Perintah guruku untuk duduk, membuatku merasa lega. Paling tidak, aku mungkin tak akan sendirian di tempat ini.269Please respect copyright.PENANAHU5avxnVlA
Bel istirahat makan siang berbunyi. Kukeluarkan bekal makan siangku yang telah ibu siapkan tadi pagi. Terlihat begitu nikmat dengan tonkatsu dan tamagoyaki serta salad dan nasi, tentunya. "Uwah! itu terlihat begitu enak. Bolehkah aku mencobanya?" ucap seorang gadis yang tanpa kusadari telah duduk di depanku. "Aku Kirie, Sashihara Kirie, kau bisa memanggilku Ki-rin," lanjutnya. "Jangan ganggu makan siangnya, Ki-rin. Kau sudah membawa makan siangmu sendiri," ucap seorang anak lelaki yang terlihat begitu mirip dengan Sashihara-san. "Jangan memandangku dengan tatapan heran. Aku adalah Sashihara Kirito. Saudara kembar Kirie," ucapnya, bagaikan menjawab rasa penasaranku. "Gyahooo~ Kirito-cchi," teriak seorang gadis dengan kotak makan di tangannya berdiri di depan pintu. "Ah, kau si anak baru ya? Aku Keishi Rino. Wah, kau membawa makan siang yang enak, ayo kita makan bersama," ucapnya. Aku pun turut memperkenalkan diri. Orang-orang disini begitu ramah. Kami pun makan siang bersama. Mereka membicarakan daerah ini, memberiku informasi yang ku butuhkan sebagai orang baru.269Please respect copyright.PENANAYRqxbtjMDp
Bel pulang pun berbunyi. Mereka mengajakku berkeliling, menuju cafe tempat mereka biasa berkumpul. Parfait di cafe ini begitu enak, kata mereka. Aku pun memesan satu porsi parfait strawberry dan aku tak menyesali uangku yang melayang demi parfait tersebut karena seperti yang mereka bilang, parfait ini begitu nikmat. Tanpa sengaja kulihat salah satu pelayan yang berada di cafe ini. Ia begitu manis. Ia menunduk, menerima bentakan sang atasan karena ia terlambat untuk kesekian kalinya. Aku mendengar itu tanpa sengaja. Ia manis, tapi terlihat begitu ceroboh. Tanpa kusadari, aku memandangnya tanpa berkedip. Ia terlihat segar, bagaikan pagi hari di musim semi dengan sakura yang berguguran seperti hari ini. Andai aku tahu namanya.269Please respect copyright.PENANAQGG8iFCfq9
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~TO BE CONTINUED~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~269Please respect copyright.PENANA5D99Nh1G9a