×

Penana
search
Loginarrow_drop_down
Registerarrow_drop_down
Please use Chrome or Firefox for better user experience!
Impossible
G
694
0
0
476
0

swap_vert

Pertama kalinya ruang gelap yang ditempatinya bercahaya. Ia memicingkan mata menatap kedepan. 

" Bangunlah"

Sebuah suara halus menjilat ujung daun telinganya. Berharap dengan begitu ia akan terbangun. 

" Bersiaplah"

Kalimat lainnya mendayu telinga kecilnya. Ia tersedak dan duduk. 

" Mimpi sialan ". Umpat nya. Bibir tebalnya memiliki corak agak kehitaman, namun sepertinya sangat menarik bila lihat secara dekat. 

*

" Kau tampak muram lagi, ada yang salah" 

" Bukan apa - apa"

" Mungkin aku bisa membantumu"

" Urusi hidupmu ".

" Kau sangat sarkas, apa kau tak takut seseorang mencelakai mu".

Ocehannya sangat memuakkan. Apa pedulinya apabila seseorang mencelakaiku. Dia takkan rugi apapun. Hari yang buruk dan pagi yang buruk. 

Jalan menuju universitas ini terlihat lengang, mungkin karena jiwa pemalas mahasiswanya membuat kampus ini terlihat menyedihkan. 

Hentakan sepatu hill terdengar dari jauh, dan gadis itu menoleh. 

" Kau lagi"

" Ya, aku. Tampaknya takdir sangat menyukai kita sehingga sering dipertemukan"

" Ini hanya satu satunya yang buruk"

" Bisa kah kau sedikit lembut padaku"

" Pantat kucing dapat kau isap jika kau butuh kelembutan"

Sudah ku katakan, ini hari yang buruk dan terlihat memang buruk. 

*

Mata kuliah yang membosankan dengan dosen yang menyedihkan, itulah yang dipikirkan gadis muda itu. Ia tampak lelah sepanjang hari dan tidak bersemangat. 

Kemudian ia keluar dari kelas dan mencari atap gedung yang dapat dijadikan teman tidur siang. 

" Lumayan bagus" Gumamnya. 

Dalam tidurnya ia merasa sangat berat. Jalur nafasnya seolah terkunci, dan matanya tak terbuka. Ia berusaha mengembalikan kesadarannya saat suara itu datang lagi

" Bukankah kau merindukanku"

" Siapa"

" Ssssstttt jangan bertanya sayang, belum waktunya"

" Sialan".

*

Hari sudah petang ketika gadis itu terbangun. Saat ia mencoba berdiri tubuhnya terasa lemas dan tak bertenaga. Ia hampir jatuh saat sebuah lengan mengapit pinggangnya dengan apik. Ia akan mengucapkan Terima kasih ,namun urung saat tak melihat siapapun. 

Sedari kecil gadis muda itu memahami dia tak pernah sendiri, selalu ada hal yang mengikutinya, hanya saja ia tidak menggubris nya. 

Ia berusaha turun dengan kecepatan sedang untuk mengejar angkot terakhir menuju apartement nya. 

" Siapa "

" Aku"

" Kau, bagaimana kau masuk ke dalam kamarku"

" Ayolah Jurry, haruskah kau bertanya"

" Tentu, sampai hari ini kau belum menjawab ku mata empat"

" Sopan lah, kau seorang gadis, lagi pula kita sama kenapa kau tidak suka, bukankah ini hal yang biasa"

" Entahlah"

Gadis bermata empat yang bicara dengan gadis itu adalah segelintir orang yang dekat dengannya. Namun karena kaca mata yang digunakannya tak ada yang melihat hasrat terpendam gadis itu. Begitupun dengan gadis muda itu. 

*

Tengah malam gadis muda itu terbangun dengan wajah yang ditekuk. Ia merasa marah dan muak, karena tidurnya tidak lelap. Tak ada kepastian mengapa ia merasakan perasaan seperti itu. 

Berjalan ke kamar mandi dan mencoba untuk menyegarkan diri. Saat akan membuka tanktopnya, tangan kanannya tertahan diatas begitupun dengan tangan kirinya. Sehingga  tanktop itu menutupi wajahnya yang manis. Ia mendesah berat. Karena lagi ia merasakannya. Seseorang sedang menahan tangannya dan sedang menghembuskan nafas di pusarnya. 

" Sialan, apa lagi kali ini"

" Diamlah, dan nikmati"

" Enyahlah brengsek, siapa kau, manusia kah atau apa"

" Aku suka saat kau seperti ini, sangat menyenangkan dahagaku"

" Menjijikkan "

Gadis itu masih berusaha melepaskan diri. 

*

Dari sudut gelap kamar mandi itu tak ada yang menyadari sesosok makhluk yang sedang mengintai dan menatap lapar sangat gadis muda. Ia berniat akan mengganggunya sekali lagi namun harus terhenti karena sesuatu yang datang. 

" Welcome to the hell, Zharra. Apakah memandangnya seperti itu nikmat. Bukankah ia terlihat panas, bagaimana dengan mencicipi nya sedikit "

" Persetan, kau tidak akan bisa mendekatinya. Aku dapat memastikan mu. "

" Guardian yang layak, apakah begitu"

Zharra menggertakkan geraham nya, ia sangat ingin membunuh makhluk ini, namun jika dilakukan ia akan kehilangan. 

Alhasil ia hanya menyerumputkan sedikit bubuk emas kepada makhluk itu dan membuatnya berteriak menyakitkan lalu menghilang.!!!! 

Jurry terbangun tengah malam saat ia merasa tubuhnya sedang di tonton. Jurry tidak merasa ada yang aneh. Ia hanya menggunakan tanktop transparan dengan model singkat dan dari luar terlihat warna bra yang menutup daging kenyal di belakangnya. 

Namun ia masih tidak menyadari jika sedari ia bertelanjang mengganti pakaiannya ia sudah masuk dalam pemfilman yang bagus dimata makhluk itu. Ia berdiri sangat dekat dengan jurry tapi gadis itu tidak merasakannya. 

Ia membelai nya tapi jurry tidak merasakannya. Ia hanya tiba tiba haus dan berjalan menuju meja dapur. Meski begitu ia masih belum memakai pakaiannya. 

" Ah menyenangkan, aku tidak sabar

favorite
0 likes
Be the first to like this issue!
swap_vert

X