Sebuah ledakan besar mengguncang malam di sebuah laboratorium penelitian yang cukup jauh dari pemukiman pinggir kota. Hitamnya malam ternoda oleh merahnya kobaran api yang tengah melahap bangunan megah tersebut. Kesunyian yang biasa menyelimuti lokasi itu pada malam hari kini diramaikan oleh suara sirine dan hiruk-pikuk para anggota Biro Keamanan serta tim pemadam kebakaran yang tengah berjibaku melaksanakan evakuasi.
189Please respect copyright.PENANAlbMqUn1keZ
Di saat semua orang sibuk dengan pekerjaan masing-masing, salah seorang inspektur muda yang menonton pekerjaan para pemadam kebakaran dari jarak aman melihat kedatangan beberapa mobil berwarna hitam mengkilap yang sangat dikenalinya. Kelima mobil itu terkesan lebih mewah dan elegan dibanding mobil dinas Biro Keamanan. Dan di atas logo brand setiap mobil tersebut terdapat simbol planet Jupiter dengan petir di depannya. Salah satunya berhenti tepat di belakang sang inspektur, membuat orang-orang yang melihatnya jadi bertanya-tanya.
189Please respect copyright.PENANADYBa5C3aif
"Melihatmu ada disini secepat ini, sepertinya ini lebih serius dari yang kami bayangkan," ujar inspektur tersebut begitu seorang pria muda turun dari kursi penumpang.
189Please respect copyright.PENANA2UJQm47p3W
Namanya Halim, blasteran Jepang-Indonesia. Itu sebabnya dia memiliki warna kulit yang sangat flawless dibanding pria pribumi pada umumnya. Jika dilihat dari wajahnya, nampaknya masih di bawah usia tiga puluh tahun. Tampan dan menawan dalam setelan jas rapi dan trench coat. Kedua tangan indahnya pun dibalut sepasang sarung tangan hitam, sebuah indikasi bahwa beliau bukanlah orang sembarangan.
189Please respect copyright.PENANABxpeAjEzPu
Pria bersurai hitam pendek itu hanya melirik sekilas dengan ekspresi datar sebelum kembali menatap kobaran api di hadapannya. Sang inspektur mengernyitkan kening melihat reaksi itu. Dia bahkan tidak tersenyum, pikirnya. Apa situasinya seburuk itu?
189Please respect copyright.PENANAP8SgbIeHNi
"Sepertinya aku terlambat," ucapnya penuh sesal, sesaat sebelum sebuah helikopter datang dari arah kota. Seorang pemuda dengan kacamata google tampak berdiri di ambang pintu sambil terus melihat ke bawah.
189Please respect copyright.PENANAUqFmAkLGUD
Sementara itu, seorang bocah berusia tujuh tahun tengah berlari menyusuri deretan pepohonan dengan bertelanjang kaki. Sebuah seragam aneh membalut tubuh mungilnya dan kalung hitam ketat melingkari lehernya. Dan darah segar tampak menodai hampir seluruh pakaiannya.
189Please respect copyright.PENANAp04kDKpgUH
Ia menoleh sesekali ke belakang, melihat kobaran api yang melahap bangunan laboratorium kini semakin menjauh. Tubuhnya sudah sangat lelah, tapi dia harus tetap berlari demi hidupnya. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menemukan jalan raya. Keluarganya pasti telah menunggu di rumah, dia harus pulang secepatnya agar mereka tidak bersedih lagi.
189Please respect copyright.PENANA0gx96o54Ht
"Kami menemukannya!" terdengar sebuah suara dari handsfree di telinga kiri Halim.
189Please respect copyright.PENANA4QTiiK8rbN
"Kalian yakin itu orangnya?" tanya pria itu tidak percaya.
189Please respect copyright.PENANAas3h4Cbmmx
"Benar, ciri-cirinya sama persis dengan yang dikatakan. Dia sedang berlari menjauhi laboratorium."
189Please respect copyright.PENANAW0QMydJpSX
Seakan ada angin segar, suasana suram di wajah Halim menghilang seketika.
189Please respect copyright.PENANAsDV4nftpIb
"Dimana posisinya sekarang?!"
189Please respect copyright.PENANAVd7F314nij
Kembali pada si bocah yang terus berlari. Tidak peduli walau berkali-kali tersandung dan jatuh tersungkur di tanah, tidak peduli dengan semak belukar yang menggores kulit mudanya, ia tetap bangkit dan melanjutkan pelariannya. Rasa sakit ini tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan penderitaannya selama berada di dalam laboratorium jahanam itu. Ia bahkan masih bisa mengingat sensasi terbakar dari dada yang menjalar ke seluruh tubuh setiap kali para peneliti sialan itu menyuntikkan cairan aneh berwarna-warni di lengannya. Hanya pertemuan dengan keluarganya kembali-lah yang akan mengobati semua rasa sakit itu.
189Please respect copyright.PENANAqlPWUceimk
Namun dia harus menyadari bahwa mimpi itu tidak akan terwujud kala kaki mungilnya mendadak berhenti berlari. Karena di hadapannya kini, seseorang tengah berdiri menjulang tepat menghalangi jalannya. Auranya sangat mengerikan hingga si bocah mengambil beberapa langkah mundur.
189Please respect copyright.PENANA5ERd8cP6tB
"Mau kemana kau?" tanya pria itu datar dengan suara seraknya.
189Please respect copyright.PENANAIkc7pYGvgh
"Kau pikir aku akan memberitahumu?!" sungut si bocah berani. Diam-diam tangan mungilnya meraih sesuatu yang mengkilap terselip di belakang celananya. "Kau pasti teman dari orang-orang jahat itu kan?!"
189Please respect copyright.PENANAkATHWiibsH
Pria itu tampak menghela napas. Dan dengan santainya ia menghampiri si bocah dan berlutut di hadapannya. Lalu tanpa merasa bersalah ia berkata, "kalau kau pikir bisa kembali kepada keluargamu lagi, kau salah besar."
189Please respect copyright.PENANAaHfAGrmujl
Langsung saja si bocah membelalak mendengar kalimat itu.
189Please respect copyright.PENANAEO2URX6XIG
"Kau tau, nak? Sejak pertama kali mereka membawamu ke laboratorium itu, hubunganmu dengan keluargamu sudah berakhir."
189Please respect copyright.PENANAeetC9vz02A
"Jadi berhentilah bermimpi dan terimalah kenyataan."
189Please respect copyright.PENANAMIAQNv16YV
***
189Please respect copyright.PENANAqO75ymCi9X
Beberapa minggu setelah insiden di laboratorium, Halim mendatangi sebuah tempat di kota Sidenreng. Tujuannya adalah bangkai sebuah rumah yang terbakar habis sejak seminggu lalu. Saat ia tiba disana, yang ada hanya tersisa hanya beberapa tiang rumah. Itu pun sudah terbakar hangus.
189Please respect copyright.PENANAScqjuNQTlP
Puas berdiri mematung di luar pagar kayu yang telah porak-poranda, ia pun berpaling menuju sebuah mobil yang terparkir tepat di belakangnya. Tapi sebelum itu, abu sisa pembakaran tampak berterbangan tertiup angin, melewati tubuh tinggi ramping Halim dan menerbangkan jaket panjang yang tersampir di kedua pundaknya. Lengan kanan kemejanya yang sedari tadi tertutupi jaket ikut menari-nari, seakan menunjukkan bahwa tidak ada lengan yang terbungkus oleh kain katun putih bergaris itu.
189Please respect copyright.PENANArDopOH27sa
"Kita kembali ke Makassar sekarang," ucapnya tenang namun terasa ketegasannya.
189Please respect copyright.PENANAE8FpDuMk8J
Seorang pemuda berambut keperakan dan wanita muda berpenampilan agak tomboy yang sedari tadi berdiri di kedua sisinya menyahut serempak.
189Please respect copyright.PENANAovE4xzbaMc
"Baik, Pak!"
ns216.73.216.94da2