Pagi itu matahari mulai menampakkan diri diikuti dengan suara ayam yang berkokok itu tanda bahwa semua orang akan bangun dan melakukan aktifitas pagi, seperti ibu yang akan memasak dan membangunkan anak-anak, dan ayah yang membaca koran sambil menikmati kopi pagi, dari sisi rumah terdengar dua anak yang akan berebut masuk kekamar mandi, tentu saja juga terdengar suara tangisan anak kecil dari rumah tersebut. Rumah yang sederhana dari keluarga bapak Amir dan sang Istri ibuk Lina.
Ibuk Lina yang mendengar sang anak bungsu menangis di dalam kamar langsung keluar dari dapur dan menggendong si bungsu lalu memberikaannya kepada bapak Amir, ibuk Lina juga melihat dua anaknya masih berseteru siapa yang akan masuk kamar mandi terlebih dahulu, si ibu dengan tenang melerai mereka berdua sambil berkata kepada si sulung yang bernama Lili.
“Lili mengalah ke adek ya, kamu kan udah besar”. Ucap ibu membela sang adik yang bernama Ady. Sebenarnya Lili tidak mau mengalah karena dia merasa dia yang terlebih dulu memegang kenop pintu kamar mandi, tapi karena ibunya bilang begitu mau tidak mau dia harus mengalah kepada sang adik. “ iya bu” kata Lili sambil berjalan kembali kedalam kamar, sedangkan sang adik merasa menang karena dibela sang ibu.
Setelah semua berbenah dan ibu sudah siap memasak maka semuanya duduk di meja makan dan mulai membaca do’a yang di pandu oleh ayah sebagai kepala keluarga. Selesai berdoa semuanya mulai makan dengan tenang sampai sang kakak dan adiknya kembali bersitegang karena sang adik yang jahil meletakkan garam pada makanan si kakak membuat si kakak marah, tetapi lagi-lagi ibu membela si adik dengan mengatakan. “ kak jangan berisik di meja makan nggk baik, trus kan adek udah minta maaf kak”, sebenarnya Lili cukup sedih karena selalu sang adik yang di bela oleh ibunya. Dan ayahnya juga terkadang berpihak padanya namun kali ini lebih memilih diam sambil memangku si bungsu.
Waktu sudah berlalu menunjukkan pukul 7:30 sudah waktunya bagi Lili dan Ady untuk pergi ke sekolah mereka. Mereka duduk di kursi dekat pintu depan rumah mereka sambil melihat orang yang sudah banyak lalu lalang untuk melakukan aktifitas pagi mereka, melihat sang ayah sudah mengeluarkan mobil dari bagasi membuat mereka berjalan dan masuk kedalam mobil. Ya inilah salah satu rutinitas sang ayah mengantarkan Lili ke SMA tempat dia menimba ilmu dan Ady ke SMP sebelum berangkat ke kantor. Sedangkan ibu mengurus sang adik dan rumah.
Tapi khusus hari ini Ayah, ibu, Dan ketiga anaknya akan pergi ke sekolah Lily dan Adi karena mereka akan ada pengambilan raport kedua orangtuanya sudah dibagi Ayah yang akan mengambilkan rapor Lily dan ibu yang akan mengambil raport Ady. Sesuai pengambilan raport Lili terlihat senang karena seperti biasa dia akan mendapatkan peringkat pertama itu juga membuat ayahnya bangga sedangkan Ady juga seperti biasanya mendapatkan peringkat yang kurang memusakan yaitu peringkat 23 dari 25 siswa. Nanti saat sampai rumah Lili hendak membanggakan bahwa dia mendapatkan peringkat 1.
Sampai di rumah Lili mengajak keluarganya untuk berkumpul dia ruang keluarga dan disaat itulah Lili mengeluarkan raport nya dan melihat kan kepada ibu, Ady dan si bungsu. Tetapi ternyata dengan memperlihatkan raport nya tersebut tidak membuat ibunya menyanjungnya malah ibu hanya mengatakan “ pertahankan” , itu membuat Lily sedih apalagi ketika Ady juga mengeluarkan raport nya tapi ekspresi ibu berbeda ibu tersenyum dan membanggajan Ady dan bahkan berjanji akan membelikan Ady sesuatu yabg Ady inginkan.
Karena hal itu Lili menangis dan berteriak kepada ibu “ IBU SELALU SAJA MEMBANGGAKAN ADY!, TIDAK PERNAH MEMBANGGAKAN AKU!, IBU IUGA SELALU MEMBELA ADY PADAHAL DIA YANG SALAH!, IBU JUGA LEBIH MENYAYANGI ADY DARI PADA AKU, IBU PILIH KASIH SELALU MENOMOR DUAKAN AKU!, AYAH JUGA BEGITU SELALU DIAM KETIKA AYAH TAU KALAU AKU TIDAK SALAH, AYAH HANYA SELALU BERMAIN DENGAN SI BUNGSU. Ibu dan ayah juga ...” Kata-kata lili tercekat dan semakin mengecil karena dia sudah menangis sesegukan. Ady hanya terdiam sedangkan ayah dan ibu terkejut, nereka tidak tau ternyata sifat mereka yang befini membuat sang anak menderita, bahkan ibu hanya berpikir bahwa Lili sudah dewasa karena selalu mengerti dan menurut apa yang Ayah dan Ibu katakan, Ternyata tidak.
Mendengar Liki berkata seoertu itu ayah meminta maaf sambil menggenggam tangannya, ayah berkata “ maaf anak ayah, bukannya ayah diam saja tapi ayah tak tahu harus berlaku seperti apa?”. Sebenarnya Lili memaklumi itu karena ayah sedari dia kecil memang sangat irit berbicara karena tidak tau mau bilang apa kepada anak gadisnya.
Tiba-tiba ibu berkata “ nak bukannya ibu tidak menyayangi mu, bukan juga karena ibuk tidak bangga akan kamu, malahan ibu sangat bangga punya anak yang sangat berprestasi seperti kamu, tapi kamu tau sendiri Ady adalah anak yang harus menerima perhatian lebih, dan ibu hanya tidak mau Ady merasa berkecil hati karena ibu sangat membanggakan kamu”. Lili tau itu adiknya memang memiliki kelebihan dari pada orang lain tapi hati ini selalu merasa di nomor duakan. “ibu kan setidaknya memberikan aku pelukan atau tidak membanggakan aku dengan cara yang sama seperti Ady” jawabku yang masih sesegukan. “ Baik nak maafkan Ibu ya sayang, ibu akan mencoba, ibu dan ayah sebenarnya menyayangi kalian semua mungkin itu belum terbagi dengan adil”.
Ady juga ikut menimpali apa yang ibu katakan “ maaf kak Ady salah”. Tuturnya dengan menatap mataku. Aku tau aku memang harus memaafkan Ady bukan karena ibu yang menyuruh hanya saja karena aku dapat melihat dia tidak bergurau dengan kata maaf nya. Aku mengangguk mengangguk “iya kakak juga minta maaf karena membandingkan kakak dengan adek” kata ku sambil memeluk adikku, tentu saja ibu dan ayahku juga ikut memeluk kami jangan luapkan si bungsu Yang berada di gendongan Ayah.
“tapi ibu, ayah, Ady sebenarnya dari hati yang paling dalam aku sangat menyayangi Ady hanya saja karena gengsi dan juga sedikit ego aku tidak mendengarkan kata hati dan lebih memilih tidak menyukai Ady”. Kata ku itu memang benar, aku memang sedikit tidak menyukai ady karena ini, tapi sekarang mendengar penjelasan ibu dan perminta maafan Ady aku jadi merasa bersalah. Tetapi dengan membicarakan isi hati ku di depan kekuarga ku , aku menjadi lega dan tidak lagi merasa di nomor duakan.
THE END
1910Please respect copyright.PENANA9nxSlJleHU