
BAB 1:PERSIMPANGAN TAKDIR
1173Please respect copyright.PENANAlMNsXBpOJo
1173Please respect copyright.PENANAl5ECBUolNj
Senja kala itu merona jingga, melukis cakrawala Jakarta dengan sapuan kuas melankolis yang syahdu. angin yang berkesiur lembut membawa aroma petrikor sisa gerimis sore, membelai pucuk-pucuk dedaunan yang masih basah. di ufuk barat, surya perlahan pamit undur diri, menyisakan bias-bias keemasan yang menari di antara gedung-gedung pencakar langit yang membisu. sebuah mozaik senja yang sempurna, namun di relung kalbuku, sebongkah gelisah mulai mengkristal, menjadi permata buram yang memantulkan bayang-bayang ketidakpastian akan lakon baru yang hendak kami mainkan di panggung kehidupan.
1173Please respect copyright.PENANAA5Z8nxprnU
1173Please respect copyright.PENANAkd5bCroChG
1173Please respect copyright.PENANA5u8osKpr1J
Namaku Arka Saputra, seorang remaja tujuh belas tahun dengan sejumput idealisme yang baru mekar. fisikku terbilang biasa, warisan genetik ayah yang tak terlalu menonjol, postur jangkung kurus, dengan rambut hitam legam yang seringkali kubiarkan jatuh menutupi sebagian kening, dan sepasang mata elang yang kata orang memancarkan keteduhan sekaligus sorot yang tajam. hari-hariku adalah sebuah pengembaraan tanpa akhir di semesta aksara dan gambar. aku adalah seorang penjelajah setia dunia manhwa, komik, dan novel. Rak-rak di kamarku adalah portal menuju ribuan dunia: dari epos fantasi yang megah, petualangan aksi yang memompa adrenalin, romansa picisan yang membuat tersipu, hingga lika-liku drama kehidupan yang mengaduk-aduk emosi.
1173Please respect copyright.PENANAr1V4lY2up5
1173Please respect copyright.PENANA0XzybUzhSR
Ayahku, Yudi Pratama, pria berusia tiga puluh tujuh tahun dengan perawakan tegap dan rahang kokoh yang selalu terbingkai senyum hangat. Ia adalah seorang arsitek ulung, jemarinya lihai menari di atas kertas biru, merancang bangunan-bangunan megah yang menjadi tulang punggung ibukota.
1173Please respect copyright.PENANAeeEuwUK5uD
1173Please respect copyright.PENANAghW9ibiOO5
Dan, tentu saja, ada bundaku, Yuliani Bhinalastri Nakashi. di usianya yang ketiga puluh empat, ia adalah personifikasi dari keindahan yang menentang laju waktu. wajahnya yang berdarah campuran Jepang-Sunda memancarkan aura eksotis yang memikat, dengan sepasang mata obsidian yang selalu berbinar jenaka. buah dari rutinitas gym dan yoga yang tak pernah putus asa telah terpahat seonggok tubuh yang menjadi sebuah mahakarya. dadanya yang besar dan bulat terlihat begitu kenyal, kontras dengan pinggangnya yang ramping bak biola seolah dipahat sempurna oleh sang dewa. Lekuk pinggul dan bokongnya yang montok, besar, bulat, dan padat selalu memantul saat melangkah seolah memanggil disetiap gerakannya, seringkali menjadi pusat atensi yang tak terhindarkan. rambutnya yang hitam panjang, lurus dan berkilau, selalu ia biarkan tergerai, seolah menjadi tirai sutra yang membingkai kesempurnaannya. bunda, dengan pesonanya yang tak lekang, seolah melompat keluar dari panel-panel manhwa romansa fantasi favoritku, menjadi sang tokoh utama wanita yang dikagumi semua mata.
1173Please respect copyright.PENANAPms3ql9PqA
1173Please respect copyright.PENANAyKCS7J1IDU
1173Please respect copyright.PENANAmkJCR6P2H4
Kami bersemayam di sebuah sudut Jakarta yang tenang, di sebuah klaster perumahan modern yang teduh. rumah kami adalah sebuah sangkar emas yang nyaman, di mana setiap sudutnya adalah cerminan dari selera estetika Ayah yang tinggi dan sentuhan hangat Bunda.
1173Please respect copyright.PENANAhSciOg0niS
1173Please respect copyright.PENANAp1altN6bmm
Memasuki pintu utama, ruang tamu menyambut dengan sepasang sofa bergaya skandinavia berwarna abu-abu arang, berhadapan dengan meja kopi dari kayu jati solid. yang menjadi primadona adalah sebuah rak buku raksasa dari kayu mahoni gelap yang menjulang hingga ke langit-langit, berfungsi sebagai sekat artistik antara ruang tamu dan ruang keluarga. di balik rak buku itu, terhampar permadani tebal berwarna krem, tempat sebuah sofa leter U berwarna biru navy berkuasa, menghadap sebuah televisi layar datar berukuran masif yang tertanam di dinding. Dinding-dinding dihiasi lukisan-lukisan abstrak dan foto-foto keluarga dalam bingkai minimalis, menangkap tawa dan momen-momen berharga kami.
1173Please respect copyright.PENANAcywtw6dDnA
1173Please respect copyright.PENANA1fegybRIxi
1173Please respect copyright.PENANAjBBaDe31Ow
Tahun ini, semesta seakan berkonspirasi untuk mengubah melodi kehidupan kami. namaku tertera dengan tinta emas di pengumuman penerimaan mahasiswa baru disalah satu universitas paling bergengsi di Kota kembang, "Universitas Velatura Liria". aku diterima di Fakultas Seni Rupa dan Desain, jurusan Desain Komunikasi Visual. sebuah gerbang menuju impian yang selama ini hanya bisa kurangkai dalam imajinasi.
1173Please respect copyright.PENANAAZz1EGEssE
1173Please respect copyright.PENANAEkHQdwpQv6
1173Please respect copyright.PENANAUBmlGfPSqu
Bandung, dengan segala pesona dan reputasi akademisnya, memanggilku untuk menorehkan babak baru. Aku membayangkan diriku tenggelam dalam lautan kreativitas, dikelilingi oleh para seniman muda berbakat, mengasah kemampuanku hingga tajam laksana pedang pusaka.
1173Please respect copyright.PENANA6fAripDxVY
1173Please respect copyright.PENANASrAAuMus0c
1173Please respect copyright.PENANAynoA0fc73S
Namun, kejutan yang seakan merobek tenunan takdir datang dari arah yang tak terduga. bunda, dalam diamnya yang penuh misteri, ternyata juga menapaki jalan yang sama. Ia mendaftarkan diri dan diterima di salah satu universitas swasta terfavorit di Bandung, "Universitas Dionysia Eros Parahyangan", memilih Fakultas Industri Kreatif, dengan jurusan Tata Rias dan Busana. sebuah pilihan yang, jika dipikir-pikir, sangat merefleksikan kecintaannya pada keindahan dan estetika.
1173Please respect copyright.PENANAEU2ClQrDoq
1173Please respect copyright.PENANAWYwRZbw3bf
1173Please respect copyright.PENANAx853L1P34Y
Jadilah kami sepasang mahasiswa baru, satu angkatan, meski berlayar di dua bahtera universitas yang berbeda. Sebuah skenario absurd yang bahkan tak pernah terlintas dalam imajinasi paling liar sekalipun.
1173Please respect copyright.PENANAjhmdfsUaUO
1173Please respect copyright.PENANAbsxCScsyWR
1173Please respect copyright.PENANABvaXCWRo5f
Jauh sebelum gagasan untuk kembali mengenyam bangku kuliah ini tercetus, benih kegelisahan sebenarnya telah lama bersemayam di dalam diri bunda. aku tahu, ia mendambakan sebuah panggung lain di luar perannya sebagai istri dan ibu. Ia ingin bekerja. aku beberapa kali memergokinya tengah asyik berselancar di situs-situs lowongan kerja secara diam-diam, di belakangku dan ayah. Ia hanya ingin mengisi kekosongan waktu dan menyalurkan energinya yang seolah tak pernah ada habisnya.1173Please respect copyright.PENANATOUKeonfJ9
1173Please respect copyright.PENANA8OQNyNSkMD
1173Please respect copyright.PENANAsAC1lCdKvc
1173Please respect copyright.PENANABuGuaJSabG
Suatu ketika, sebuah tawaran pekerjaan yang cukup menarik datang. dengan hati-hati, bunda mencoba meminta restu ayah. namun, ayah, dengan logikanya yang pragmatis, menolaknya dengan lembut namun tegas. "Untuk apa sih, Sayang?" ujar ayah kala itu, sambil membelai rambut bunda. "Pengahasilanku ini lebih dari cukup untuk kita semua. Tugasmu adalah menjadi ratu di istana ini, dan kau telah melakukannya dengan sempurna." penolakan demi penolakan atas keinginannya untuk bekerja akhirnya mendorong bunda ke sebuah persimpangan baru. 1173Please respect copyright.PENANACNUHHWqXza
1173Please respect copyright.PENANAUSJmvfMb7r
1173Please respect copyright.PENANAuBLcJvkDYW
1173Please respect copyright.PENANAm72HDOW5di
Suatu malam di meja makan, di tengah denting sendok dan garpu, ia mengucapkan sebuah gagasan yang mengejutkan kami berdua. "Aku ingin kuliah," ucapnya dengan nada datar, namun matanya memancarkan kesungguhan yang tak bisa dibantah. Keheningan seketika menyelimuti ruang makan kami.1173Please respect copyright.PENANA3LRChrC1A4
1173Please respect copyright.PENANAeAVs1lP2z1
1173Please respect copyright.PENANAk6dVu5bLKE
1173Please respect copyright.PENANAf6pR2Jk0Nz
Awalnya, aku dan ayah serempak menentang keputusannya. "Untuk apa, Bun?", " bukannya hidup kita sudah nyaman?", "bunda hanya tinggal menikmati fasilitas yang sudah ayah berikan ke pada kita, melakukan hobi hobi bunda seperti biasanya" ujarku, mencoba mencari alasan. ayah pun menggemakan sentimen yang sama.1173Please respect copyright.PENANA3V18xqPrNO
1173Please respect copyright.PENANAVD0o2j8hDq
1173Please respect copyright.PENANAMKsnmjI8z6
1173Please respect copyright.PENANAIv8SN5kcKG
Namun, bunda merasa terpenjara dalam sangkar emas yang ayah bangun untuknya. Ia merasa potensinya terkubur di bawah tumpukan pekerjaan rumah tangga dan rutinitas yang monoton. Ia mendambakan pertumbuhan, sebuah pencapaian yang bisa ia sebut sebagai miliknya sendiri.1173Please respect copyright.PENANAVXM8lQXT2w
1173Please respect copyright.PENANAiPfefArcTW
1173Please respect copyright.PENANAMDFjVRIutg
1173Please respect copyright.PENANAWK26Hb33GS
Terjadilah perdebatan alot yang berlangsung hingga berminggu-minggu, mengubah harmoni rumah kami menjadi arena adu argumen yang melelahkan. ayah menolak dengan berbagai alasan logis, Sementara bunda bertahan dengan seribu satu alasan lainnya. Ia ingin mengejar mimpinya yang sempat tertunda akibat 'kebodohan' masa muda yang mereka perbuat dulu, yang mengharuskan mereka menikah terlalu dini dan membuatnya hanya menggenggam ijazah SMA. lalu Ia menyajikan berbagai alasan lain, beberapa di antaranya bahkan terdengar absurd di telinga kami, hanya untuk mempertahankan keinginannya.
1173Please respect copyright.PENANAKVaqurEd75
1173Please respect copyright.PENANAW4NiQ4zU1y
1173Please respect copyright.PENANAWoKWSuKX9Q
Namun,tekad bunda sekeras baja yang ditempa api. dinding penolakan ayah yang kokoh perlahan retak di hadapan kegigihannya yang laksana air bah. bunda tak tergoyahkan. pada akhirnya, melihat api yang tak kunjung padam di mata wanita yang kami cintai, aku dan Ayah pun mengalah. Kami menyerah, mengibarkan bendera putih, dan dengan berat hati mengizinkan Bunda untuk kembali menjadi seorang mahasiswi.
1173Please respect copyright.PENANAwWDqBbRGVO
1173Please respect copyright.PENANAuCJUwuR7MU
1173Please respect copyright.PENANAnHterQBYCF
Perdebatan selanjutnya pun pecah, di mana bunda akan kuliah. awalnya, bunda ingin merantau ke Jogja, kota tempat tujuan menimba ilmu saat masa remajanya tertinggal. Namun, Ayah melarang keras. "Terlalu jauh, Sayang. Kalau kamu kenapa-kenapa, bagaimana ayah bisa langsung membantumu?" bujuk ayah. menurut ayah, akan lebih baik jika bunda kuliah di sekitaran Jakarta, sehingga masih bisa pulang pergi.dan tetap tinggal dirumah.
1173Please respect copyright.PENANAKGMZ3xofa4
1173Please respect copyright.PENANADTXLCnHmQR
1173Please respect copyright.PENANAavbGzWUt3c
Namun, bunda menolak mentah-mentah. Ia merasa jenuh dengan hiruk pikuk dan segala kepadatan di Jakarta. Ia butuh suasana baru, udara baru untuk bernapas.
1173Please respect copyright.PENANAkpkTYPuR1N
1173Please respect copyright.PENANAF45leVVFi5
1173Please respect copyright.PENANAeSAjwdC0tF
Setelah perdebatan yang kembali memakan waktu berhari-hari, sebuah jalan tengah akhirnya ditemukan. Bunda, dengan alasan yang terdengar mulia sekaligus licik, memutuskan untuk ikut berkuliah ke Bandung bersamaku. alasannya, ia bisa menjagaku, atau mungkin, akulah yang harus menjaganya. antah mana yang benar. Dan sekali lagi, ayah, yang tak berdaya di hadapan kombinasi air mata dan determinasi Bunda, terpaksa mengalah.maka, resmilah sudah, petualangan ibu dan anak di Kota Kembang akan segera dimulai.
1173Please respect copyright.PENANAODF8HFP3eh
1173Please respect copyright.PENANANCZGQZ4C5Z
1173Please respect copyright.PENANArqv6WDgMUS
Kini, ayah harus rela tinggal seorang diri di istana kami di Jakarta, terikat oleh pekerjaannya yang tak mungkin ia tinggalkan. Ia menjadi penjaga benteng, sementara aku dan Bunda menjadi prajurit yang berangkat ke medan ilmu pengetahuan.
1173Please respect copyright.PENANA5xJg2wgW2R
1173Please respect copyright.PENANAOc80Eqy6dj
1173Please respect copyright.PENANAdel3R0B8EK
Kami akan merantau ke Bandung, memulai sebuah babak yang benar-benar baru, meninggalkan ayah dalam kesendirian yang mungkin akan terasa menyiksa.
1173Please respect copyright.PENANALVqHjVlSF0
1173Please respect copyright.PENANAFCRNPBAozd
1173Please respect copyright.PENANAJBi8DBw6Vq
Awalnya, bunda berencana membawa mobilnya. namun, setelah melakukan survei daring, kabar yang datang sedikit merusak rencana. kosan yang hendak Bunda sewa ternyata berlokasi di dalam sebuah gang yang cukup sempit, mustahil untuk dilalui mobil. Jalanan itu seolah didesain hanya untuk pejalan kaki dan pengendara roda dua. Sebuah ironi kecil yang memaksa kami mengubah strategi transportasi.
1173Please respect copyright.PENANArZF3pW0g2w
1173Please respect copyright.PENANA5mNsXhJjY6
1173Please respect copyright.PENANAQtyd9DI2pG
Ya, kami tinggal di kos yang berbeda, sebuah keputusan yang juga sempat menjadi bahan perdebatan sengit dengan ayah. "Kenapa tidak mengontrak satu rumah saja? Kalian bisa tinggal bersama, lebih aman," usul ayah saat itu.
1173Please respect copyright.PENANAed0EpiVuy0
1173Please respect copyright.PENANALSuQR6NTyx
1173Please respect copyright.PENANAMHr2irn6h7
Namun, setelah menimbang-nimbang, bunda berargumen bahwa tinggal di kos yang berbeda akan lebih efisien dari segi waktu dan jarak ke kampus masing-masing. setelah melalui lobi-lobi panjang dan rayuan maut Bunda, ayah, untuk kesekian kalinya, harus mengalah pada keinginan istrinya.
1173Please respect copyright.PENANAcQx0ozeXyR
1173Please respect copyright.PENANALtmjbg45iD
1173Please respect copyright.PENANAElBUNjCCP1
Jadilah bunda menyewa kamar di sebuah kos yang hanya berjarak sekitar 800 meter dari kampusnya, sementara aku mendapatkan kos yang berjarak 500 meter dari gerbang universitasku.jarak antara kos kami berdua tidak terlalu jauh, hanya sekitar tiga kilometer, masih bisa dijangkau dengan mudah.
1173Please respect copyright.PENANAy5rNNqlrbW
1173Please respect copyright.PENANA5pGMkoQ0SF
1173Please respect copyright.PENANAvI1tR6Fldw
Pagi itu, udara Jakarta terasa hangat menyapa. aku mengenakan kaus band favoritku yang sudah sedikit pudar, dipadu dengan celana kargo hitam dan sepatu kets. di punggungku, ransel besar berisi sebagian hidupku terasa berat. bunda tampil sederhana namun tetap menawan. Ia mengenakan blus katun berwarna krem yang sopan, namun tetap terlihat menawan dipadukan dengan celana kulot panjang berwarna biru dongker, dan sepatu datar yang nyaman.
1173Please respect copyright.PENANAoY5xtqfnXK
1173Please respect copyright.PENANABFnaNVA09a
1173Please respect copyright.PENANAHUgWr3q6PQ
Kami memulai perjalanan epik kami, bukan dengan deru mesin mobil, melainkan dengan deru dua mesin motor yang membelah jalanan arteri. aku menunggangi Vespa kaleng klasik berwarna biru muda, pusaka peninggalan kakek yang telah setia menemaniku sejak bangku SMP. Di belakangku, bunda mengikuti dengan lincah di atas motor matik barunya, hadiah dari Ayah setelah melalui bujuk rayu dan rentetan janji manis.
1173Please respect copyright.PENANAjnhfrnwsqA
1173Please respect copyright.PENANAf5LOgX0s8e
1173Please respect copyright.PENANA0r80XdpcIW
Kami menyusuri jalur Puncak yang berkelok, diiringi pemandangan kebun teh yang menghampar hijau laksana permadani raksasa. angin pegunungan yang sejuk menerpa wajah kami, membawa aroma tanah basah dan dedaunan.
1173Please respect copyright.PENANAKyaOekHMeu
1173Please respect copyright.PENANAVzMzjtOb7d
1173Please respect copyright.PENANA3CCZRqjD6S
Tujuan pertama kami adalah "Kost Jingga Muda", tempat Bunda akan memulai kehidupan barunya. dari jalan besar, kami memasuki sebuah gang sempit yang hanya cukup untuk dua motor berpapasan. Sangat disayangkan, padahal setelah tiba di lokasi, parkiran di dalam area kos ternyata cukup luas, mampu menampung puluhan motor dengan rapi.
1173Please respect copyright.PENANAYuwK9sTEnX
1173Please respect copyright.PENANAxCtCujLW6R
1173Please respect copyright.PENANAJxwbeN9Ka5
Setelah kami memarkirkan motor, seorang pria paruh baya dengan perawakan gempal dan kumis tebal menghampiri kami. Ia mengenakan kaus singlet putih yang memperlihatkan perutnya yang sedikit buncit dan celana pendek selutut. matanya yang sedikit layu langsung tertuju pada Bunda. Aku bisa melihat dengan jelas bagaimana tatapannya bergerak liar, memindai tubuh bunda dari ujung rambut hingga ujung kaki. Matanya berbinar dengan kilat aneh saat mengamati lekuk tubuh bunda yang terbalut pakaian yang menurutku cukup sopan namun tak mampu menyembunyikan keindahannya, terutama saat ia mengenakan celana jeans pensil yang membentuk kakinya dengan sempurna. Sorot matanya kemudian berhenti dan terpaku pada satu titik, dada Bunda. Seolah tatapannya mampu menelanjangi pakaian bunda. Kulirik Bunda, ia tampak tak menyadari atau mungkin memilih untuk mengabaikan tatapan kurang ajar pria ini. "Saya Yuli, Pak. Yang kemarin telepon untuk sewa kamar," ucap bunda dengan ramah, mengulurkan tangan. Pria itu menyambutnya dengan antusias, genggamannya terasa sedikit terlalu lama. "Oh, Neng Yuli. Panggil Mang Jajang aja, Neng. Semua anak kos di sini manggilnya begitu," katanya dengan senyum lebar, memperlihatkan barisan gigi yang tak rata. Matanya beralih padaku. "Arka, Mang," sahutku singkat, berusaha menjaga nada suaraku tetap netral. "Mari, Neng Yuli, mamang antar. Kamarnya sudah Mamang siapkan," sambung Mang Jajang.
1173Please respect copyright.PENANAT3M76YZeUP
1173Please respect copyright.PENANAh1GRrfZOAR
1173Please respect copyright.PENANAZQ1KQfN6LR
Belakangan aku tahu, Mang Jajang adalah seorang duda berusia empat puluh lima tahun. Ia memiliki seorang anak perempuan yang bekerja di luar negeri.
1173Please respect copyright.PENANA3k5QEKKZWZ
1173Please respect copyright.PENANAL85Qv8Wrmp
1173Please respect copyright.PENANAlW3dRTojSm
Mang jajang adalah pemilik sekaligus penjaga kos tiga lantai ini, rumahnya sendiri berada di lantai dasar, terpisah dari kamar-kamar sewa. bangunan kos dicat dengan warna oranye pastel yang ceria
1173Please respect copyright.PENANAd0WGam2Tqq
.
1173Please respect copyright.PENANAIrnoDcNlGt
1173Please respect copyright.PENANA9l1UdiRH57
Kamar Bunda berada di lantai dua, nomor paling pojok. kamarnya tidak terlalu luas, namun cukup nyaman. dindingnya dicat putih bersih, dengan satu sisi dinding dilapisi wallpaper motif bunga lili. Ada sebuah ranjang ukuran single, lemari pakaian dua pintu, dan meja belajar kecil.
1173Please respect copyright.PENANAXF8uTTOjoz
1173Please respect copyright.PENANAM52y1eq0dG
1173Please respect copyright.PENANA2VWbGfDr6u
Yang menarik, di samping kamarnya terdapat sebuah jalan setapak sempit seperti balkon yang mengarah ke serambi belakang, tempat jemuran umum berada. Di sepanjang jalan setapak itu, terdapat sebuah jendela yang langsung mengarah ke dalam kamar Bunda.
1173Please respect copyright.PENANAxd89tteGLa
1173Please respect copyright.PENANAMAhZWe6rEV
Kos ini terbilang nyaman dengan kamar mandi dalam dan fasilitas yang cukup lengkap.mang Jajang mulai menjelaskan peraturan kos dengan gaya bicaranya yang khas. "Di sini mah 'bebas', Neng, A'," katanya. "Bebas dalam artian tidak ada batasan jam keluar-masuk. Yang penting, setiap keluar masuk, gerbangnya ditutup lagi, sama motor jangan lupa dikunci ganda." Ia lalu menjelaskan peraturan standar lainnya: dapur bersama harus selalu dibersihkan setelah dipakai, semua peralatan masak harus dicuci dan dikembalikan ke tempatnya setelah digunakan untuk menghindari 'chaos' antar penghuni, katanya,lalu dilarang keras mengambil makanan atau minuman milik penghuni lain di kulkas bersama. di akhir penjelasannya, ia melirikku dan Bunda bergantian, lalu menyeringai. "Oh iya, di sini mah tidak ada larangan bawa lawan jenis ke kamar, Teh, A'. Asal tidak mengganggu penghuni yang lain, dan yang paling pasti, asal bayar sewanya tepat waktu," ujarnya disusul tawa renyah yang menurutku terdengar sumbang. Ia lalu pamit, meninggalkan kami berdua. kami lupa memberi tahu kalau kami anak dan ibu,mung itu yang menjadi landasan untuk berkata seperti itu.
1173Please respect copyright.PENANAy3GRLJ6fMR
1173Please respect copyright.PENANAirGkiF46bj
IBunda mungkin tidak menyadari nada sugestif dalam candaan pria itu, tapi aku merasakannya dengan jelas. Sebuah firasat buruk mulai merayap di benakku.
1173Please respect copyright.PENANAdcJQWBlpFc
1173Please respect copyright.PENANAPqyvyabdwb
Kami pun mulai mengemas barang-barang bunda, menata pakaian di lemari dan buku-buku di meja belajar.1173Please respect copyright.PENANArk6UFo6xyD
1173Please respect copyright.PENANAQb5YqSoiKf
setelah beres di kosan Bunda, kami beranjak ke tempatku, "Pondok Nila Ungu".
1173Please respect copyright.PENANAlg4zbiCDy0
1173Please respect copyright.PENANATe3ScSl1rc
Awalnya aku menolak Bunda ikut. Aku kasihan melihat wajahnya yang mulai menunjukkan jejak lelah setelah perjalanan panjang dan aktivitas membongkar barang. namun, ia bersikeras ingin ikut, ingin memastikan putra satu-satunya mendapatkan tempat berlabuh yang layak.
1173Please respect copyright.PENANAQG8kfu9lZ3
1173Please respect copyright.PENANAk5q5tRaaRv
Kami disambut oleh pemilik kos, seorang wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Bu Devi. kami pun berkenalan. Bu Devi adalah gambaran seorang ibu rumah tangga yang subur dan terawat. tubuhnya sintal, dengan payudara jumbo yang seolah ingin meledak dari balik blus ketatnya. Bokongnya yang montok bergoyang ritmis saat ia berjalan. wajahnya ramah, dengan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya yang dipoles lipstik merah ceri. Ia tidak tinggal di gedung kos ini, namun rumah pribadinya yang megah berdiri tepat di sebelahnya, hanya dipisahkan oleh sebuah taman kecil yang asri. Bu Devi juga menjelaskan peraturan-peraturan di kosnya yang kurang lebih mirip dengan peraturan di kos Bunda.
Kosanku juga cukup nyaman, dengan fasilitas yang memadai dan kamar mandi dalam. Kamarku berada di lantai tiga, kamar paling depan dekat tangga, dengan balkon kecil yang menghadap ke jalan komplek.1173Please respect copyright.PENANAYk62ZJsyqs
Dindingnya berwarna biru muda, warna favoritku, dan beberapa poster manhwa yang aku bawa langsung kutempel untuk memberikan sentuhan personal.
1173Please respect copyright.PENANAqZNQWw8tW5
Dari obrolan singkat kami, aku mengetahui bahwa Bu Devi berusia tiga puluh enam tahun. Ia memiliki tiga orang putri. anak pertamanya, Luna, ternyata kuliah di kampus yang sama denganku, Universitas Velatura Liria, namun di Fakultas Kedokteran dan sudah memasuki semester kedua. anaknya yang kedua masih duduk di bangku SMA kelas tiga, dan yang bungsu di kelas satu SMA. Suaminya, menurut penuturannya, adalah seorang pengusaha tambang yang sering bepergian ke luar pulau, meninggalkan ia dan ketiga putrinya di Bandung.
1173Please respect copyright.PENANAyO7kIWkan7
1173Please respect copyright.PENANAeej9MPfVVQ
Akhirnya, di sinilah kami sekarang. Aku dan Bunda, terdampar di Kota Kembang yang konon diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum. sebuah kota yang menjanjikan mimpi, ilmu, dan mungkin juga, sebuah drama yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya.
1173Please respect copyright.PENANAci2jiLWxvS
1173Please respect copyright.PENANATgQUHHyvvZ
Udara Bandung yang sejuk terasa kontras dengan kehangatan Jakarta yang kami tinggalkan, sama seperti kontrasnya kehidupan baru yang akan kami jalani. Aku menatap Bunda yang tengah tersenyum puas menatap kamarku yang sudah mulai rapi, dan sebersit tanya melintas di benakku: apakah keputusan kami untuk datang ke sini adalah sebuah langkah menuju masa depan yang lebih cerah, atau justru sebuah langkah menuju labirin takdir yang penuh dengan simfoni rasa berkabut dusta?