Di suatu kehidupan percintaan aku di masa-masa SMA. Siapa sangka masa SMA aku akan menjadi hal yang paling unik di sepanjang pembelajaran dari tahun ke tahun. Kisahku bertemu dia, si humoris dan pecinta senyumku. Panggil saja Ernando. Berawal dari MOS ( Masa Orientasi Siswa ) berakhir hingga saat ini dengan lika-liku hubungan dan cara dia memanjakanku akan aku ceritakan nanti. Cinta dia sangat unik untuk di kenang. Bagiku, dia penolongku, bagi dia aku penyemangat dalam segala kondisi. Mengingat ini, aku senyum – senyum sendiri. Hahaha.
Pagi ini, aku datang ke sekolah untuk memulai tahun ajaran yang baru. Kini rokku sudah berbeda dari sebelumnya, yap abu-abu. Selamat datang dunia yang baru untukku selama tiga tahun kedepan. Semoga aku bisa melewatinya. Memasuki wilayah sekolah adalah hal yang paling aku gemari, sekolah yang luas, asri dengan tanaman, banyak sekali daerah yang bisa dijadikan tempat foto. Aku dan 2 saudara ku selalu menjadi tontonan siswa-siswi lainnya. Sebab, kami sering banget terlambat jadi, cukup mudah untuk dikenal di satu sekolah. Ya begitulah kira kira awal dari kisah ku di SMA dan percikkan kecil tentang cintaku.
“ Fan, siapa itu pakai baju olahraga hijau? Bukan anak sini kan?” tanyaku.
“ Gatau sis, dari bajunya sih bukan anak sini. Oiii, baju hijau, siapa namanya?” tanya fanny saudaraku.
“ Iya kak, namaku ernando kak. Ada yang bisa dibantu kak?” jawabnya.
“ Kenapa kakak? Kita sama loh… sama sama baru masuk” jawabku.
“ Eh, iya ya? Oke oke” katanya.
Oke, hari- hari yang biasa aku lalui ialah belajar seperti biasa, namun yang aku tau bahwa, aku sering melihat dia. Iya, anak laki-laki yang tidak tau asal usulnya namun, mampu mencuri perhatianku dengan baju olahraga berwarna hijau yang dikenakan di hari pertama sekolah . Aku melihat dia sedang bermain gitar bersama teman-temannya di teras kelas. Jago juga dia main gitar lucu lagi andai aku bisa kenal baik dengannya, gumamku. Berbulan-bulan menjalani dunia SMA, cukup membuatku bosan, sampai akhirnya ada program yang ditawarkan kepada murid-murid. Program kegiatan sekolah diiming-imingi dengan kata-kata mana tau dapat gebetan. Siapa sangka kegiatan sekolah ini yang menjadikanku dekat dengan dia. Live In, kegiatan sekolah pertama sekali yang ada di tahun ajaran kami. Kegiatan ini sebagai tolak ukur kita di luar dunia sekolah, untuk menerapkan pembelajaran di segala bidang dalam wilayah baru. Hidup bersama dalam kondisi terbatas, menguji kemampuan menerapkan pembelajaran.
“ guys, kita satu bulan lagi live inyuuhuuuuu”seruku.
“ masih aman kan uang jajan sis? Hahaha” jawab temanku.
“ aman aman ajaa, tapi ini kan terserah ya, ikut ga ya? Nabung dulu ah” tanyaku.
“ ikut dong, mana tau dapet PDKT an” tegasnya.
Satu bulan menunggu kegiatan itu berlangsung sangat memungkinkan untuk menabung bukan? Jelas aku nabung buat nambah uang jajan. Jadi, disetiap harinya aku menyisikan uang jajan ku untuk menabung. Di masa jam istirahat kelas aku tidak akan pergi ke kantin. Hemat banget pokoknya. Sewaktu-waktu aku sedang main di teras kelas. Lagi asik main, tiba tiba nando datang dengan teman-temannya. “ hai sis, asik banget mainnya, tomboy banget. Aku rasa aku suka kamu” ucap nando. Aku terdiam dan gabisa ngomong apa- apa. Kaget dia bisa ngomong gitu. Sejak saat itu, banyak kebetulan yang aneh jika kembali diingat atau mungkin emang jalan untuk aku dan nando saat itu. Setiap ada kesempatan antara aku dan dia, kami akan berpas-pasan seakan ini adalah drama korea. Menggemaskan deh untuk diingat lagi.
Seminggu lagi keberangkatan yang ditunggu-tunggu, dan aku masih di posisi awal, menabung untuk menambah jajan aku. Satu ketika, kita sedang berkumpul di aula untuk membicarakan mengenai surat izin yang akan diberikan kepada orang tua. Aku ingat betul kejadian ini. Ketika sedang menunggu pembagian surat, nando menghampiriku. “ Sis?” nando menepuk bahuku. “sisca ikut kan kegiatan ini? Nando harap iya, hihi” tertawa kecil ia lontarkan sebelum akhirnya dia pergi berkumpul dengan teman-teman lainnya. Apa yang aku lakukan saat itu? Jujur saja aku tidak paham apapun tentang hal mencuri perhatian atau sedang menjalani pendekatan. Karena yang aku tau nando hanya ingin berteman denganku. Sejak saat itu juga, teman-temanku menjodohkan aku dengan dia. Namun, aku tidak ada rasa saat itu.
Akhirnya, hari keberangkatan tiba, kami berangkat jam 6 pagi supaya tidak terlalu malam disana. Aku dan saudara-saudaraku dijemput di simpang rumah. Kebetulan arah keberangkatan menuju Bengkalis yaitu Rupat searah dengan daerah rumahku. Aku masih ngantuk banget, setelah naik bus dan berangkat, aku tidur terlebih dahulu. Agar tidak terlalu capek nantinya setelah sampai disana. Namun, sepanjang perjalanan kami semua menikmati yang namanya perjalanan, ada yang bermain game, bermain gitar dan bernyanyi, ada yang berfoto-foto ria, dan aku dibagian tidur karena ngantuk. Ternyata, sepanjang perjalanan, kami harus menyebrang untuk sampai di Bengkalis, menggunakan kapal roro. Setelah sampai, kami menunggu konfirmasi dari guru-guru, apa yang akan kita lakukan bersama nantinya. Sudah dipastikan kita akan menaikki kapal roro, maka dari itu, kami membawa barang-barang kami masing-masing untuk naik ke atas kapal. Aku melihat pemandangan yang luar biasa di atas roro. Baru aku sadari, Indonesia itu luas ya, hahaha.
“ sisca kohl, yok foto-foto, ntar kirim di grup ya guys” ceplos temanku.
“ mauuuu, aku cakep nih woy pake hoodie, tapi siapa yang motion?” tanyaku.
Selang beberapa detik, ada yang menjawab dengan semangat yang luar biasa, siapa lagi kalau bukan nando. Haha.
“ biar aku aja, sini hape mu sis” tanpa basa- basi aku memberikan hapeku untuk dia gunakan. Kenangan -kenangan di kapal roro masih terngiang-ngiangg saat ini. Dengan manis nando mau memfoto kami-kami meskipun dia tidak dalam frame. Perjalanan kami tidak sampai disitu saja. Setelah menyebrangi pulau kami harus naek truk untuk sampai ke desa yang dituju. Singkat cerita, sepanjang perjalanan menguras tenaga kami. Untuk informasi ternyata tempat tinggal kami sudah diubah, jadi kami tinggal di sekolah SD Ahmad Yani Rupat, seyayasan dengan sekolahku. Sesampainya disana, aku dibantu nando mengangkat barang. Aku berterima kasih banyak saat itu.
“ nando, makasih ya udah mauu angkatin barang-barangku, makasih ndo” ucapku.
“ Iya sis, sama- sama. Aku senang juga kok bantu kamu” katanya.
“ kapan kapan aku traktir deh…. Hehe” Jawabku dengan malu-malu.
Dia cuman tersenyum dan berakhir pergi bergabung dengan lainnya. Sebelum makin jauh, dia sempat melambai sambil berkata, sampai jumpa nanti malam. Itu yang aku baca dari gerakan bibirnya. Malam menghampiri, para murid diizinkan untuk bersantai sebelum akhirnya kembali tidur. By The Wayjarak sekolah menuju kedai atau rumah -rumah warga cukup jauh. Kondisi saat itu, aku dan beberapa teman lainnya berjalan ke kedai. Jelas bukan? Dia ada diantara kumpulan anak laki-laki.
“ weh, kalian merasa horror ga sih?” kata Jhon sambil memandang ke arah hutan.
“ udahh, jangan diliatin, ntar beneran loh keliatan” jawab Elsa dengan rasa takutnya.
Akan aku ceritakan dengan jujur, pada saat itu, nando memegang tanganku sambil berjalan bersama rombongan namun setelah perkataan yang dilontarkan john, ia melepas tanganku. Terlihat dia ketakutan pada saat itu. Posisi aku diantara rombongan berada di paling belakang, keadaan disitu aku tersandung tali sepatu yang terbuka. Ketika, aku mengikat tali sepatu, betis kaki kanan ku terasa seperti sedang di genggam. Aku berusaha untuk tetap tenang, dan menyusul rombongan temanku yang sudah sampai di sekolah. Ketika aku sampai, nando menghampiri aku dan bertanya, “ sis, kemana aja? Ga kenapa – kenapa kan?” sambil melihat diriku dengan rasa khawatir. Aku jawab dengan tenang, “ ga ndo, ga kenapa – kenapa kok. Sekarang ga perlu khawatir ya, kan aku udah balik.” Senyumku di akhir kata.
Ke esokkan hari dengan pagi yang cerah, kami bersiap-siap untuk melakukan kegiatan yang sudah menjadi urutan kegiatan yang diberi khusus dari pihak sekolah. Setelah kegiatan yang luar biasa menguras tenaga dan waktu hingga sore, kami masih tetap aktif dan bermain game sederhana sejenak sebelum akhirnya, makan malam. Waktu itu, aku bersama teman-temanku sedang duduk di bawah pohon, kebetulan aku melihat nando.
“ Nandoooooo, sinilahh bawa gitar nya kesini. Nyanyikan kami satu lagu” Teriakku.
Tanpa memaksa dan tanpa rasa terganggu, dia datang duduk tepat didepanku, dengan sigap dia memainkan setiap kunci gitar dengan santai. Lagu yang dia bawakan ialah lagu “Andmesh- Jangan Rubah Takdirku” meskipun suaranya tidak mendukung, namun aku merasakan sedikit kebahagian yang diberi. Kami tatap-tatapan seakan-akan dunia milik berdua. Sampai akhirnya, waktu menunjukkan makan malam. Hari – hari berlalu dan masa – masa Live Injuga akan berakhir, hari terakhir berada di daerah orang maka dengan begitu kegiatan hiburan menghampiri untuk membayar segala jerih payah yang kita lakukan. Kami menuju ke pantai yang menjadi destinasi di sana. Namun, hal mengejutkan adalah, disana banyak ubur – ubur yang dekat di tepi pantai. Kami, berenang semau kami namun, harus dengan tata krama yang baik. Kemudian, menuju pantai selanjutnya. Ada cerita dibalik perjalanan menuju pantai selanjutnya. Untuk trasnportasi, kami menggunakan mobil pick up. Aku berada di posisi ujung mobil berderet dengan teman -teman lainnya. Selama perjalanan, kami mengejar jam agar tidak terlalu malam sampai disana, akhirnya kami ngebut. Kami menggunakan tiga mobil pick up dengan definisi, mobil satu mobil kakak kelas dan guru-guru, kemudian , mobil kedua, adalah mobil perempuan angkatan kami. Lalu, mobil ketiga mobil anak laki – laki angkatan kami. Selama perjalanan, kami tidak pernah menyangka hal ini akan terjadi. Ketika mobil kami menghantam polisi tidur, aku dan temanku tidak berpengangan sehingga, kami terlempar kebelakang dan jatuh. Solidaritas tinggi dari keluarga sekolahku sangat lah kuat. Banyak yang membantu saat itu, rasa tulang ekor kami berdua sangat nyeri namun tidak menimbulkan luka berdarah yang disebabkan, berhadapan dengan aspal langsung. Setelah kejadian itu, kami tetap menuju pantai selanjutnya. Sesampainya di pantai, pemandangan langsung nan indah sangatlah membuatku terpukau sampai aku melupakan rasa sakit yang aku alami tadi. Nando menghampiriku dengan terburu-buru bersama dengan temannya.
“ ini ndo, yang jatoh tadi, ngakak kali aku” celetuk temannya.
“ kamu ga apa – apa kan? Yang mana luka? Udah minum air putih?” tanya nando.
“ udahh ndo,makasih ya udah di khawatirin.” Jawabku.
Setelah dari pantai kami memutuskan untuk pulang dan mulai berberes untuk mandi. Menyusun segala barang – barang yang dibawa karena esok adalah hari untuk pulang. Namun, tidak indah rasanya kalau tidak ada acara penutup. Ya, kami ada acara api unggun, dan kebetulan aku sebagai pembawa acara tersebut. Disini adalah puncak kisah antara aku dan nando. Segala kegiatan yang dilakukan ketika acara api unggun ini, berbagai games dilakukan ada satu hal yang mengetuk pintu hatiku. Sudah direncanakan pihak sekolah bahwa nando harus menerima hukuman. Terbaca sebuah hukuman, katakana kepada salah satu perempuan dengan lantang dan menatatap lekat dengan menggunakan kata kata “ Hai kamu, aku ingin berbicara tentangmu. Kamu adalah bidadari yang aku syukuri sepanjang hidupku. Aku beruntung bertemu denganmu. Terima kasih untuk semuanya”Tanpa ragu, aku mengajukan diri seakan-akan memberikan kode untuknya memilih aku, dan benar saja, dia menarikku ke tengah – tengah lapangan. Mengucapkan hal yang serupa tanpa gugup dengan tambahan kata – kata yang manis di setiap ucapannya. Ricuh riuh aku dengar, tepuk tangan yang luar biasa mendukung kami. Dengan selesainya kegiatan api unggun, kami diizinkan untuk istirahat dan makan.
“ aku lapar, pengen makan lah , pengen mie, huhuuu” ucapku dengan lemas.
“ tanpa kamu minta aku udah beliin mie rasa bakso punyaku, mau kopi ga?” ucap nando dari arah belakangku.
Aku hanya menggangguk. Aku ingat betul, saat itu dia tidak makan sedikitpun mie yang dia beli. Romantic banget. Setelah kejadian itu, selama perjalanan pulang kembali ke duri, nando selalu memastikan aku aman. Barang aku di angkat, makan dan minum dia yang bayar, naik kapal roro juga dia duduk berdua bersama aku, tukeran nomor, ketawa-tawa. Sampai akhirnya aku tau, dia ada rasa denganku. Namun, aku ? saat itu belum ada rasa sedikitpun.
Kami melakukan pendekatan yang biasa dilakukan sepasang kekasih , bertukar pesan, bertemu dan berbaagi cerita tanpa ada rasa canggung. Itu berlanjut cukup lama, kurang lebih satu tahun. Banyak dari teman- teman aku yang mulai bingung, kenapa ga jadian? Kenapa gaada tanda -tanda mereka punya hubungan? Harus ku akui, aku juga menunggu saat itu, sampai aku punya pemikiran bahwa, aku lebih baik mundur dan kembali menutup hati. Pasrah bukan? Itulah isi hatiku dan jawaban dari otakku. Sampai di titik aku dan dia sedang bermain game truth and dare.Permainan yang menjebak, jika kamu kalah dan memilih jujur maka, kamu harus menjawab jujur semua pertanyaan yang diajukan tapi kalau kamu memilih kata dare atau tantangan, maka kamu harus melakukan apapun itu jenis perintah yang tidak membahayakan nyawa. Saat itu, nando kalah, aku meminta nando untuk menulis sebuah surat untukku, dan dikasih saat mau pulang sekolah. Pada masa itu, aku tidak pernah berfikir untuk merasakan kebahagiaan yang luar biasa.
Sepenggalan isi chat dari whatsapp yang sampai saat ini, masih aku simpan di hape aku, maaf ya aku bucin, hehe.
“ janji ya, bikin surat untuk aku, awas loh ga, musuhan nanti, hehe” pintaku segera.
“ iya, tapi tulisan aku jelek banget, ntar sisca gabisa baca, huhu” jawabnya.
“ ish, ga sportif mainnya, ga asik ahh…” godaku saat itu.
Surat yang dibuat nando memakan waktu yang lama, membuatku frustrasi dan bertanya-tanya kenapa? Emang sesusah itu membuat surat? Kesel banget sama nando saat itu, tapi aku berusaha untuk tetap terlihat biasa saja, seakan-akan aku tidak mengharapkan lagi soal surat. Sampai di hari senin, tanggal 4 Februari 2019. Dia memintaku untuk menunggu dia setelah pulang, di pohon ceri tempat duduk milik sekolah sekolah. Tidak terlintas dikepalaku ketika dia meminta aku menunggu, disitulah surat itu diberi. Aku tidak pernah mencoba bertanya mengapa baru ini?
N ndo memberikan surat itu kepadaku sambil tersenyum lebar.
“ Nah, janjiku samamu. Dibaca baik – baik yaaa” ucapnya membuatku heran.
Kubuka surat yang sudah dilipat kecil, jantungku berdegup keencang tak mau berhenti, seakan-akan ini adalah saatnya untuk mengetahui isi surat itu. Rasa ketidakpercayaan aku mulai datang. Namun, sudah aku pastikan bahwa dia akan bertanya tentang kesediaan aku menjadi kekasihnya maka, aku menyediakan tisu di tas ku, mana tau aku mengeluarkan tangis bahagia. Setelah lipatan terakhir aku buka, hal yang paling mencuri perhatianku ialah banyak coretan di kertas tersebut, seperti banyak kata-kata yang salah namun, ditutup dengan goresan garis berulang. Aku membaca isi surat tersebut, dan inilah yang ditulis nando
“ Hai… nama aku Ernando Togatorop, bisa dipanggil nando bisa juga dipanggil sayang. Untuk mu saja, wkwkwk. Sesuai perjanjian ya. Aku cuman mau bilang terima kasih untukmu karena sudah menungguku sejauh ini. Kamu hebat, aku mencintaimu. Oh iya, kita udah saling mengenal lebih dekat ya tapi aku belum memilikimu sepenuhnya. Kalau udah siap baca suratnya, lihat ke arah aku ya.”
Aku menatap dia setelah membaca habis surat itu, aku tersenyum. Dia langsung memegang kedua tanganku dengan tegas. Jelas terlihat diwajahnya rasa gugup yang luar biasa, terlihat gerakan peristaltic di tenggorokkannya menandakan bahwa dia sedang mencoba untuk berkata sesuatu. “ Sis, udah tau kan? Aku mendekatimu. Maka, kamu mau jadi pacarku?” tanya nya tanpa ada basa- basi di sela percakapan. Aku terpaku, terdiam sejenak. Menerka-nerka isi otakku, kata seperti apa yang lebi bagus aku lontarkan untuknya. “ iya mau ndo. Sisca mau jadi pacar kamu” jawabku dengan tegas. Sangat jelas wajahnya terlihat bahagia.
Untuk mengenang hari itu, aku mengajak dia untuk berfoto sebagai penanda bahwa aku sudah menjadi pacarnya. Akhirnya, setelah menunggu kurang lebih satu tahun statusku kini berpacaran. Tak banyak yang tau bahwa kami sudah berpacaran sebab, aku menutup rapat pemberitahuan ini. Hatiku terasa senang banget saat itu. Hari -hari kami lalui dengan bahagia dan tentu saja tidak selamanya bahagia bukan? Ada kalanya kami mengadu isi pemikiran namun, tidak pernah berakhir putus. Sebab, kami berprinsip pakailah cara yang menguntungkan satu sama lain yang tidak merusak sebuah hubungan yang sudah dibangun lama. Perjalanan kisahku masih panjang, percintaan dua remaja yang semakin hari di banjiri tantangan. Namun, perasaan yang kuat yang menghampiri menepis segala tantangan satu persatu. Yaa, aku dan nando sudah menjalani dua tahun masa pacarana. Tujuan pacaran kami ialah menjadi teman bertukar pikiran dan mimpi – mimpi untuk digapai bersama. Lika – liku yang hadir membuat kita sadar bahwa, semakin bertambah umur maka pendewasaan juga hadir.
Dari sini aku percaya bukan hubungan yang salah disetiap permasalahan dalam pacaran, bukan bagaimana kamu berakhir dengan dia atau bahkan ternyata bukan dia akhir bahagia kita atau lebih dikenal dengan sebutan, kita sedang menjaga jodoh orang. Tapi lebih kepaada bagaimana kamu menyelesaikan setiap perdebatan yang ada, bagaimana kamu mencari solusi untuk tetap bertahan dan menjadi pribadi yang kuat. Jadi, ini kisah kecilku mengenai dia. Lalu bagaimana denganmu?