Rara kini sudah berada dikasur empuknya setelah berjalan – jalan lama dengan Reza. Namun pikiran Rara dipenuhi rasa penasaran sampai ia bertekad untuk bertanya pada bang Rico nanti saat waktu makan malam. Rara segera ke ruang ganti untuk mengganti seragam sekolahnya yang sudah bau lalu berlari kecil menuju meja makan.
"non Rara!" panggil Bi Inah. Rara berhenti tepat disamping bi inah yang juga sedang berada di lorong menuju meja makan.
"ada apa?" Tanya Rara dingin.
"non Rara tolong pakai gaun yang bagus untuk makan malam hari ini"
"emang kenapa?" Tanya Rara.
"makan malam hari ini agak berbeda, ada banyak yang datang" jelas Bi Inah. Rara segera berbalik lalu berjalan menuju ruang ganti kemudian mencari gaun yang sekirannya bagus untuknya. Gaun selutut berwarna hitam sudah terbalut ditubuh mungil Rara, begitu juga sepatu heels berwarna hitam. Tak lupa, polesan dikit diwajahnnya, wajahnnya kini makin terlihat cantik dengan polesan make up tipis dan ala kadarnya. Setdaknya make up seperti ini sudah lumayan cukup untuk gadis usiannya, tidak terlalu menor dan berlebihan.
Rara melirik kaca, melihat dirinya yang sudah sempurna dengan riasan sedikit, namun tiba- tiba muncul sosok Reza tepat dibelakangnya sambil tersenyum memandang Rara. Rara mengerjap kaget lalu menutup mata dan membukannya kembali kemudian sosok Reza hilang seketika. "ihhh..kok gue halusinasi Reza sih" teriak Rara yang diiringi rengekan kecil.
Rara berjalan keluar, membuka pintu perlahan. Namun sosok Reza kinimuncul lagi dihadapannya. Rara menutup matanya lagi sambil berdoa ini hanya halusinasi saja lalu membuka mata lagi. Rara tersontak kaget sosok Reza masih ada dihadapannya sambil tersenyum pula.
"cantik" kata- kata petama yang diucapkan Reza.
"makasih" Rara masih bingung Reza ini hanya sebuah sosok atau nyata. Reza tertawa pelan melihat raut wajah Rara.
" tadi lo abis halusinasiin gue yaa" goda Reza yang membuat wajah Rara memerah.
Rara berjalan menuju ruang makan untuk menghindari rasa malu. Dia berusaha mengenyahkan rasa malu dan rasa kesal, dari pikirannya karena Reza mengetahiu ia tadi sedang berhalusinasinya. Langkah Rara melambat ketika sebuah tangan terulur dan merangkul bahunya dengan tiba- tiba. Reza berdiri disampingnya. Rara melotot kaget kearahnya.
"gak usah pegang- pegang" serunya. "zaa!"tuntutnya karena Reza hanya tertawa melihat reaksi Rara sambil masih merangkul Rara, Reza mengajaknya berjalan menyelusuri lorong ruang makan.
"kitakan udah ke pemakaman, lo mau kepemakaman lagii malam- malam begini"celetuk Reza yang diakhiri tawaan kecil. Rara yang tau maksud Reza langsung mendorong tubuh Reza pelan. Namun, tidak membuatnya terlepas dari rangkulan Reza. "apaan sih zaa gak lucu" Rara memasang wajah cemberut.
Reza tertawa pelan. "jangan cemberut, cantiknya ilang lho.." Rara yang meendengar itu lalu tertawa pelan "aduh.. gue jadi terbang nih.." Rara dan Reza tertawa bersama.
"yang tinggi yaa kalo jatuh gue tangkep" timpal Reza. Mereka tertawa bersama tepat di ruang makan yang sudah penuh dengan banyak orang. Namun tawa Rara segera memudar ketika ia melihat ayahnya yang berada di meja makan. Raut mukanya kini berubah menjadi kebencian. Reza yang masih merangkul Rara, mengajaknya duduk bersama yang lainnya. Rara yang sudah duduk tepat disamping Reza hanya bisa mengepalkan tangan menahan amarah.
"kenapa anda ada disini?"Tanya Rara pada Revan yang tak lain adalah ayahnya. Revan memberi kode pada seluruh pelayan agar pergi dari ruangan ini.
Revan tersenyum tipis mendengar pertanyaan anaknya. "this is my house. Saya bisa datang kapan saja" jawab Revan yang masih tersenyum tipis pada Rara yang membuat Rara makin membencinya.
"anda salah ini adalah rumah MAURA ANITA KEN" Raramenatap Revan datar. Revan berdehem pelan.
" ayo kita mulai acara makan malam ini, silahkan dimakan setelah ini kita akan membicarakan inti dari semuanya" Revan mempersilahkan semuanya untuk memakan makanan yang sudah disajikan diatas meja. Rara melihat kesekeliling, ia menemukan Om Vito yang ikut hadir dalam acara makan malam ini. Om Vito adalah seorang pengusaha terkaya dan ia adalah sahabat mommynya dari kecil. Rara pun menebak- nebak hubungan Reza dan Om Vito adalah Ayah dan anak.
"zaa" bisik Rara. Dia melihat kesekeliling yang sedang sibuk makan.
"apa?" Tanya Reza menggunakan suara pelan sehingga tidak dapat didengar siapa pun namun dapat didengar oleh Rara.
"Om Vito ayah lo ya?" Rara menggunakan suara pelannya.
"iya" jawab Reza singkat. Para pelayan datang lalu menyajikan makanan penutup dan sekarang adalah waktunya. Waktu mengetahui segalanya.
"jika dilihat mereka berdua sudah akrab dan saling kenal yaa.. jadi mungkin tidak akan sulit kita menjelaskannya pada Rara" ucap Dira. Ibunya Reza. Rara menyeritkan kening.
"sebenarnya ada apa sih?" Tanya Rara bingung.
" gini loh nak Rara sesuai surat yang tertulis perusahaan Caesar dengar perusahaan Ken akan menjalin kerjasama. Nah, untuk memperkuat disurat tertulis untuk menyatukan pihak keluarga Caesar dengan pihak keluarga Ken menjadi satu keluarga besar" jelas Om Vito. Rara melebarkan mata kaget. Namun perasaannya kini bercampur aduk. Bingung. Kesal. Marah. Semuanya tercampur aduk bagaikan adonan kue.
"ma-maksudnya ini per-jo-do-han?" Tanya Rara terbata- bata. Semua yang dimeja makan mengangguk, me-iyakan.
"aku gak mau!!" Rara mengebrak meja lalu berlari kecil keluar. Rico yang melihatnya langsung refleks mengatakan "ini Mom yang mau" teriak Rico. Rara seketika berhenti dari lari kecilnya lalu berdiri mematung.
"oke, aku mau tapi aku jugaminta copy-an surat itu" ucap Rara dingin lalu berlari kencang menuju kamarnya sambil menangis sejadi- jadinya. Bi inah yang melihat Rara berlari sambil menangis langsung memanggilnya .Namun, tidak ada jawaban dari Rara, Rara mengabaikannya.
Hari ini, hari terburuk bagi Rara baru tangisan itu hilang. Namun, muncul kembali dan ia harus menerima kenyataan yang pahit. Tapi Rara terus saja membuat pikirannya menjadi positif guna menenangkan diri. "mom yang mau, pasti itu pilihan terbaik. Gue akan berusaha mencintainya" gumam Rara. Tangisan itu mereda saat tiba- tiba Bi inah masuk dalam kamarnya sambil membawa segelas susu.
"non, diminum susunya biar tenang lalu tidur besok masih sekolah lho..non" Bi inah memberi Rara segelas susu putih lalu Rara meminumnya sampai habis.
"non gosok gigi sama cuci muka sulu.. ntar giginya dimakan ulet lho.." goda Bi inah yang membuat Rara tersenyum walau hanya sedikit. Rara pergi ke kamar mandi melakukan ritualnya sebelum tidur, lalu tertidur lelap diatas kasur. Bi inah menutupi tubuh Rara dengan selimut, layaknya seorang ibu, lalu keluar dengan hati- hati agar Rara tetap terjaga.
❄💭❄💭❄💭❄
ns3.148.227.92da2