Rara sampai dilapangan dengan wajah pucat karena seluruh peserta MOS dan panitia acara memperhatikan Rara karena suara hentakan kaki Rara dan teman temannya menjadi sorot perhatian.
"Rara!" panggil reza sambil melambaikan tangan. Rara berjalan menuju Reza yang diikuti Sarah dan Luna di belakang. Reza berada ditengah segrombolan siswi yang sedari tadi menanyainya. Reza langsung menari Rara kesampingnnya karna Rara tidak diberi jalan. Rara memandang siswi- siswi sekelilingnya banyak yang memandangnya sinis dan kagum.
"ini ada apa zaa?" Tanya Rara. Reza hanya tersenyum tipis membalas Rara. Segerobolan siswi berteriak histeris melihat senyum Reza.
"kenalin ini Rara natasya putri ken dia pacar saya. Jadi tolong yang tadi Tanya saya udah punya pacar atau belum? Ini jawabannya jadi saya gak mau denger pertanyaan itu lagi dan dengar isi hati kalian, sekarang kalian berbaris.. karna kalian penutupan MOS tidak pada waktunnya, kalian lihat sekarang sudah pukul 14:15 kita telat 15 menit.. cuman karena pertanyaan sampah kalian.. hitungan 3 kalian harus sudah berbaris rapi" tegas Reza panjang lebar.
"1" segerombolan siswi yang tadi mengelilingi Reza langsung beranjak pergi untuk berbaris.
"2" Reza masih menggandeng tangan Rara erat.
"3" segerombolan siswi tersebut sudah rapi dalam barisannya termasuk Sarah dan Luna. Namun , tangan Rara masih digandeng Reza erat.
"siswi- siswi yang tadi telat, selesai acara temui ketua panitia MOS kalian akan diberi hadiah"
"makasih bro..udah bantu gue" ucap Alex selaku ketua panitia MOS. Reza membals dengan anggukan kepala.
"lo sini aja sebelah gue" bisik Reza tepat ditelingan Rara.
Ketua Panitia Masa Orientasi Siswa memberi aba-aba untuk melepas kumpulan balon ke udara, menandakan berakhirnnya Masa MOS siswa baru tahun ini. Riuh teriakan dan tepuk tangan terdengar di lapangan SMA Merpati Putih. Reza, siketua OSIS. Hanya dapat menyaksikan dengan malas ketika melihat para Siswi berteriak dengan suara cemprengnnya.
Reza merasakan ponselnya bergetar didalam saku kemejannya begitu melihat nama yang muncul dilayar, ia pun melepas Almameter berwarna biri cerah, Yang ia pakai sepanjang acara penutupan MOS, dan menitipkannya kepada Rara.
Mata Rara menyipit, menatap Reza yang berdiri disampingnnya. "emang mau kemana? Pake nitipin ke gue, emng gue babu lo" cerocos Rara yang dibalas tawaan pelas Reza.
"disini aja kok nemenin lo, cuman mau nelpon aja" jawab Reza sambil mengangkat telpon. Rara terdiam memperhatikan pembicaraan Reza.
"halo paa, ada apa?"
"kamu sudah bertemu Rara?" Tanya papa Reza.
"iya paa, aku sudah bertemu Rara dia anak yang baik" jawab Reza sambil tersenyum tipis melihat Rara. Rara menyeritkan kening mendengar Reza menyebut namannya.
"apa kamu sudah membaca surat wasiat dan surat perjanjian?" Tanya papa Reza panjang lebar. Siswa- siswi SMA Merpati Putih sudah riuh bubar karena acara sudah selesai, waktunnya untuk pulang kerumah masing- masing.
"yaa, sudah ku baca dan ku pahami. Nanti akan ku coba jelaskan padannya" jawab Reza.
"jangan dulu.. Revan bilang kalo Rara masih salah paham atas meninggalnya Maura" jelas papa Reza. Rara terdiam berusaha mendengarkan suara disebrang telpon Reza. Reza tersenyum tipis melihat tingkah Rara.
"aku akan memperjelas semua kesalah pahamannya juga paa" ucap Reza. Pertanyaan tentang apa hubungan dirinya dengan Reza dan papa Reza terus muncul dibenaknnya, lalu Rara akhirnnya tersadar dari lamunannya saat melihat sarah dan Luna memanggilnnya. Rara ingin sekali menghampiri Sarah dan Luna lalu bercerita tentang dirinya dan Reza. Namun Rara tidak bisa pergi kemana- mana karna tangannya tengah dipegang reza erat. Yang hanya ia bisa lakukan adalah menyapannya balik. Reza masih sibuk berbincang di telpon, lalu Rara menyenggol tubuh Reza agar reza cepat menyelesaikan telponnya. Reza membals kedipan mata pada Rara yang membuat Rara jengkel.
"udah dulu yaa pa. Rara ngambek ngajak pulang" Reza mengakhiri telpon, lalu mencubit pipi Rara gemas. Rara langsung menepis tangan Reza kasar.
"gak usah pegang- pegang" bentak Rara.
"yaudah yukk pulang" seru Reza menarik tangan Rara menuju mobil.
"eh, mau kemana?" Tanya Rara yang sudah sempurna duduk dimobil Reza. Reza menutup pintu mobil bagian Rara lalu berlari menuju kemudi supir dan duduk sambil menyalakan mesin mobil.
"gue mau pulang sama supir bukan sama lo" tolak Rara. Reza langsung mengunci pintu mobil melihat Rara yang hendak keluar dari mobil lalu Reza melajukan mobilnya.
"keluarin gue!! Atau gue bilang ke bang rico biar lo ditangkep polisi atas dasar penculikan"
"bilang aja" balas Reza santai.
"lo gak takut?" Tanya Rara bingung. Reza menggelengkan kepala.
"yaudah, gue mau ke kuburan mom dulu baru balik" ucap Rara pasrah. Namun Rara sengaja tidak memberitahu di daerah mana kuburannya berada. Reza mengemudikan mobilnnya menuju pemakaman didaerah Jakarta barat.
"kok lo gak nanya pemakamannya dimana? Terus kok arah jalan mobil lo sama, arah pemakaman sama?"cerocos Rara.
"gue tau" balas Reza dingin.
"kok bisa?" Tanya Rara yang hanya dibalas diamnnya Reza.
"terus kok bisa lo bawa mobil..bukannya tadi motor ya?" Tanya Rara lagi. Reza menatap Rara jengkel.
"nanya mulu!" balas Reza jengkel. "nelpon supir dirumah buat bawain mobil terus bawa balik motor" balas Reza lagi.
"ohhh" Rara terdiam sebenarnnya ada banyak pertanyaan yang ia ingin tanyakan pada Reza, namun melihat wajah jengkel Reza sepertinya bukan waktu yang tepat. 'toh Reza lagi kesel nanti ajalah nanyanya' kata Rara dalam hati.
"nyokap lo sama bokap gue sahabatan dari kecil" jelas Reza. Rara terdiam menatap lurus kedepan. Reza memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang pemakaman. Rara melihat mobilnnya berhenti segera turun lalu berlari menuju kuburan momnya. Reza hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Rara. "dia mirip sekali sama masa lalu gue" gumam Reza.
❄💭❄💭❄💭❄
ns3.141.167.59da2