Ketidakmungkinan dan Kesempatan
1171Please respect copyright.PENANA9CGXuJK3CG
1171Please respect copyright.PENANAgHAOqxkdhs
©hematurn
1171Please respect copyright.PENANAXVTFWlRkhn
1171Please respect copyright.PENANA3fiFjJ1ke0
1171Please respect copyright.PENANAbUGv5c2NP9
1171Please respect copyright.PENANAahYldPU9V1
1171Please respect copyright.PENANAb6Bq5ELhk8
KETIDAKMUNGKINAN sudah menjadi kepercayaan yang kuanut, karena apa yang kuinginkan selalu melebihi batas kemampuan, bahkan takdir sekalipun tak mengizinkan.
1171Please respect copyright.PENANAv6HJuLQpqh
1171Please respect copyright.PENANARqYle3g78x
Mama telah berubah, pasca-meninggalnya Ayah 2 bulan yang lalu. Waktu 1 bulan dihabiskan untuk mengurung diri di kamar, meratapi bagaimana nasibnya ke depan tanpa kerja keras Ayah, menyesal telah memarahi Ayah terus-menerus karena kurangnya uang untuk belanja dapur dan biaya arisannya tanpa tahu penyakit yang diidap Ayah, terus seperti itu sampai-sampai tak sadar punya putri yang harus diurus. Lantas, entah bagaimana, Mama tersadar dari keterpurukannya, tetapi jadi jauh berbeda dari Mama yang kukenal selama ini. Kini Mama suka memukul, menampar, mengeluarkan makian. Kesalahan sekecil apapun dijadikan alasan untuk melakukan tindakan tak pantas itu. Tak peduli, entah itu anaknya, yang penting hasrat memukulnya terlampiaskan.
1171Please respect copyright.PENANALqylAW8gGy
1171Please respect copyright.PENANA749yAPsG66
PLAK!
1171Please respect copyright.PENANA150tjx2WeH
1171Please respect copyright.PENANAQyz6BOZaPf
"KAN MAMA SUDAH BILANG, JANGAN PULANG LAMA-LAMA! INI UDAH LEWAT JAM 5, KE MANA AJA KAMU SAMPE PULANG SETELAT INI? KELILING-KELILING KOTA KAYAK CABE-CABEAN? MAIN KE KELAB? PACARAN? MASIH MAU PULANG KE RUMAH INI, NGGAK, KAMU?!"
1171Please respect copyright.PENANAXdlyNYYVld
1171Please respect copyright.PENANAV66busKIM2
Kerja kelompok satu setengah jam di rumah teman bukan alasan yang masuk akal bagi Mama, meski kenyataannya, itulah faktanya. Akan lebih masuk akal; belajar di kamar setengah harian, pulang kerja cari uang selarut pulangnya orang kantoran yang lembur, atau bersih-bersih rumah seharian tanpa perlu makan. Aku tak perlu bersikeras menjelaskan kenapa pulang telat, karena pipiku sudah langsung kena hantaman panas telapak tangannya, dan hardikannya menjadi tanda kalau sepatah katapun yang keluar dari bibirku hanya akan mengumpan tamparan atau pukulan lainnya.
1171Please respect copyright.PENANA7lQ5Z3qSDl
1171Please respect copyright.PENANAoUXLT9IgKS
Satu-satunya respons yang akan melepasku dari luapan amarahnya hanyalah uang. Tetapi, tak ada uang sepeser pun di kantongku, yang bisa kulakukan hanyalah mengangguk, lalu menukas cepat-cepat. "Se-Sena bakal kerja dapatin duit buat Mama."
1171Please respect copyright.PENANAJvvvlxDGgV
1171Please respect copyright.PENANAaL0DliuhB1
"Buruan kerja kalo gitu! Kalo perlu, buatin kue-kue untuk dijual di kantin sekolah, abis pulang sekolah langsung pergi ke tempat kerja, nggak usah balik-balik ke rumah ganti-ganti baju, makan, apa segala, entar rugi bayar-bayar ongkos 2 kali lipat. Makanya diotak, dong, gimana caranya biar dapat untung sekali dayung! Percuma sekolah!" Kali ini jari telunjuk Mama mengetuk-ngetuk dahiku, tak pernah lagi ada elusan-elusan kasih sayang seperti dulu.
1171Please respect copyright.PENANAkJOE7hr8P0
1171Please respect copyright.PENANA57ybGxhAPi
Dan, ketidakmungkinan lainnya adalah meninggalkan Mama lalu memulai hidup baru tanpa kesakitan-kesakitan yang menghantui setiap hari. Tapi, mustahil. Atau mungkin, bukan saat ini waktunya.
1171Please respect copyright.PENANASuZxSsPJTC
1171Please respect copyright.PENANAS2AoSHaMz6
1171Please respect copyright.PENANAgGryrOWCes
[]
1171Please respect copyright.PENANABD1exWwVAM
1171Please respect copyright.PENANAta6tgi59rG
1171Please respect copyright.PENANAyYu9AoEDQB
Sudah 2 jam lebih, laki-laki yang berdiri menyandar pada tembok itu tak henti-henti menatap lekat ke arahku, mengusik kegiatan mencuci piring yang sedang kulakukan. Sebagai seorang kuli cuci piring, yang tiap detiknya menghabiskan waktu di depan wastafel, mencuci piring-piring kotor yang berdatangan hampir setiap 5 menit sekali lalu menyusuninya ke rak piring, jelas tidak ada waktu untuk mempertanyakan alasan laki-laki tersebut menatapiku sedemikian lekat. Aku hanya bisa meliriknya sesekali, dan jika tatapan kami bertemu, kepalaku otomatis berpaling.
1171Please respect copyright.PENANAKVQ4Rfpni6
1171Please respect copyright.PENANAmudiJMho6N
Hingga jam kerja pelayan selesai, tepatnya pukul 10 malam, laki-laki itu belum juga beranjak dari posisinya, tak juga melepas tatapannya padaku. Anehnya, tak seorangpun pelayan atau koki restoran yang hilir mudik mengusiknya, entah menyapa atau mengajaknya mengobrol selama kurang dari waktu 5 jam itu, seakan tak menyadari eksistensinya di ruang dapur restoran.
1171Please respect copyright.PENANAhtpKK0aaMb
1171Please respect copyright.PENANAlWiuvZ03tj
Sampai akhirnya, restoran benar-benar tutup, seluruh pelayan-pelayan, koki-koki, serta kuli cuci satu per satu berpulangan, selepas menyusun seluruh kitchenware, mengembalikan celemek dan sarung tangan, dan sewaktu akan membuang makanan-makanan sisa ke tempat sampah di belakang restoran, laki-laki itu baru beranjak, mengekor di belakangku. Keluar dari restoran, tinggal eksistensiku dan laki-laki itu di sepanjang jalan menuju tempat sampah.
1171Please respect copyright.PENANAnRB1M56cIQ
1171Please respect copyright.PENANAHKw6uWEhKz
"Aku menunggu selama 5 jam untukmu selesai mencuci tumpukan piring itu, apa itu tak cukup untuk membuatmu merasa harus menghargaiku, Sena? Apa kau tidak penasaran siapa aku?" Dia bertanya dengan melongokkan kepala ke bahu kiriku, menimbulkan perasaan ngeri hingga bulu-bulu kudukku merinding saking dekatnya wajahnya. Tetapi aku mencoba memberanikan diri berbalik badan, memandangnyaã…¡dan baru sadar, wajahnya tampan tak terbantahkan, terpahat sempurna seperti dewa-dewaã…¡walau aku tak tahu seperti apa rupa dewa. Aku sempat terpukau, dengan nikmat memandangi wajah tampannya, berselam dalam indahnya sepasang mata amber itu, sebelum kemudian dia mengambil alih plastik hitam superbesar dari genggamanku dan membuangnya ke tong sampah organik, lalu kembali berdiri 2 meter di depanku.
1171Please respect copyright.PENANAWW3dz1rvem
1171Please respect copyright.PENANATOe1XBH1Zh
Tersadar dari keterpesonaan, kepalaku spontan mengangguk, mengiakan. "I-Iya, aku penasaran. Kamu siapa?"
1171Please respect copyright.PENANAQUUImWlyJ2
1171Please respect copyright.PENANAon9pQqGk4E
"Kalau begitu, tanya apa saja yang kau ingin tahu tentangku, Sena."
1171Please respect copyright.PENANA8s0aQBLpN4
1171Please respect copyright.PENANArZ2E7FgEGM
Banyak pertanyaan yang bercokol di otakku, tetapi sulit dilisankan, apalagi laki-laki tampan di hadapanku ini terlihat mengerikan untuk dibantah perkataannya. Jadi, kutanya saja apa yang terlintas di pikiranku. "Siapa namamu?"
1171Please respect copyright.PENANAiuKc2f9gZ1
1171Please respect copyright.PENANA5oW1NDL9LZ
"Ezeir," jawabnya dengan seringai tipis di sudut bibirnya.
1171Please respect copyright.PENANAd1V02ApIAw
1171Please respect copyright.PENANApktI8jVuOX
Nama yang tak biasa.
1171Please respect copyright.PENANAGb2eSnMx7s
1171Please respect copyright.PENANAlC1Uarl478
"Kamu tinggal di mana? Kenapa kamu menungguiku selesai kerja sampe harus pulang selarut ini? Kamu nggak takut orangtuamu bakal marahin kamu? Lagian, aku nggak butuh teman pulang, udah biasa kok, aku pulang sendirian semalam ini. Dan... jujur saja, aku tidak mengenalmu."
1171Please respect copyright.PENANABjrn6db3PY
1171Please respect copyright.PENANA3CtR3bVp8U
"Aku punya rumah. Tetapi aku tidak punya orangtua, karena tanpa makhluk itu aku bisa melakukan apapun yang kumau sebebas-bebasnya. Aku tak sepertimu, Sena."
1171Please respect copyright.PENANAGhZFaKJmwk
1171Please respect copyright.PENANAPm3EzgYXoZ
"Maksudmu?" Sesi tanya-jawab layaknya wawancara individual itu berakhir tepat setelah pertanyaanku yang menimbulkan bumerang, karena setelahnya laki-laki bernama Ezeir itu melangkah semakin dekat, membunuh jarak 2 meter itu dan menyisakan 1 jengkalan tangan saja hingga embusan napas serta aroma khas tubuhnya menguar ke penciumanku. Sekujur tubuhku seperti akan menggigil kala bibirnya mendekati telinga kiriku untuk kemudian berbisik.
1171Please respect copyright.PENANAf69Zy3rITs
1171Please respect copyright.PENANAqi0G6kTwrl
"Kau harus ikut denganku untuk mengetahui alasanku mengikutimu, Sena."
1171Please respect copyright.PENANA2x1bRoKX0g
1171Please respect copyright.PENANA5fX9R2RDyK
Sekarang, ketidakmungkinannya, adalah melarikan diri dari laki-laki tampan ini, karena dia sudah lebih dulu melarikan aku ke tempat yang pantas disebut surganya orang-orang pecinta kedamaian. Mataku terpejam entah untuk beberapa sekon, dan begitu terjaga, seingatku Indonesia masih dalam waktu malam nyaris dini hari, tetapi apa yang sepasang mataku pandang saat ini sepertinya siang menjelang sore. Di bawah semburan jingga Matahari, terhampar luas padang bunga dandelion. Sangat luas. Sampai-sampai aku tidak tahu bagaimana mendeskripsikan apa yang mengelilingi padang ini sejauh mata memandang. Keterkejutanku belum usai, sebab hanya aku dan Ezeir di sini.
1171Please respect copyright.PENANAlNC7deKhj3
1171Please respect copyright.PENANA8mDvBFtyxa
"Apa menurutmu ini mungkin?" tanyanya lagi-lagi melongok ke bahu kiriku.
1171Please respect copyright.PENANAufju6cGNmo
1171Please respect copyright.PENANAtY7XTr0MMd
Aku otomatis bergeser ke kanan, mencipta jarak. "Aku nggak tahu. Kenapa kamu bawa aku ke sini? I-Ini di mana? Dan kenapa yang ada cuma kita berdua?"
1171Please respect copyright.PENANA9M8tuOtjbE
1171Please respect copyright.PENANAfx2Ru3UTJ0
"Ini ketidakmungkinanmu yang sedang aku 'mungkinkan', Sena," Ezeir mulai melangkah, menginjaki bunga-bunga dandelion itu seolah-olah menginjak rerumputan, tetapi kemudian membentuk jalan berupa gang sempit. Lalu dia berbalik badan saat jarak kami sekitar 3 meter. "Kau akan mengikutiku?"
1171Please respect copyright.PENANARPiSLxZqSG
1171Please respect copyright.PENANAQ9xHq8GHii
Itu jelas pertanyaan yang membutuhkan jawaban, bukan perintah atau paksaan. Dia sudah membawaku terlalu jauhã…¡kukatakan jauh karena aku sama sekali belum mengenalinya, dari mana asalnya, alasan dia membawaku ke mari, dan yang paling penting, apa dia benar-benar manusia? Aku ingin melisankan pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelum menjawab ajakannya. Tetapi tiba-tiba, aku teringat perkataan Ayah semenit sebelum kepergiannya.
1171Please respect copyright.PENANAjlJKJnbwB0
1171Please respect copyright.PENANAxLNEmtPyGn
"Pa-Padang itu indah sekali, Se. J-Juga sangat luas, Ayah pikir se-sendirian di padang dandelion itu bu-bukan i-ide bagus. Aã…¡yah akan merin-rindukan kamu dan Mama. Ay-Ayah jan-janji akan ja-jagain kamu se-selamanya, tapi ka-kamu juga j-janji ya, jagain Mama u-untuk Ayah...."
1171Please respect copyright.PENANAo2AzOOyg52
1171Please respect copyright.PENANAkkmgIgu8s5
Lalu kepalaku menggeleng. Aku harus menjaga Mama... untuk Ayah.
1171Please respect copyright.PENANAaciWifQ13C
1171Please respect copyright.PENANA7xsS3r7lxK
1171Please respect copyright.PENANAT66oLueDTc
[]
1171Please respect copyright.PENANA4YEqFBE4bC
1171Please respect copyright.PENANATvfo4RdX2X
1171Please respect copyright.PENANApu1eO4XkOf
Penyesalan datang terlambat. Seharusnya aku mengiakan ajakannya, harusnya aku sudah tidak berada di dunia; pergi bersamanya, entah ke mana, namun aku yakin dia akan membawaku ke tempat-tempat indah yang mustahil kukunjungi. Aku juga akan terlepas dari lilit tekanan Mama, dari beratnya pekerjaan-pekerjaan yang upahnya sepeserpun tak pernah kupakai untuk beli alat tulis, belanja-belanja, selalu tandas untuk belanja keperluan rumah dan arisan-arisan Mama. Atau aku juga tidak perlu ke sekolah lagi, belajar mati-matian untuk mendapatkan beasiswa PTN, pesimis akan masa depan yang tak pasti. Mungkin bersama laki-laki tampan itu aku akan sudah berkecukupan, tidak mengenal kekurangan. Meski kutahu dia bukan seperti apa yang kulihat saja.
1171Please respect copyright.PENANAAH77EUNWiG
1171Please respect copyright.PENANAPsNFL8YdNW
"Kapan upah kamu dikasih? Arisan Mama minggu depan harus udah lunas, itu belanjaan di dapur juga udah abis, utang Mama di warung juga udah numpuk saking sedikitnya uang yang kamu kasih, mau makan apa kalo gitu? Batu? Pasir? Angin? Pokoknya kalo upah kamu udah dikasih, langsung serahin ke Mama. Kamu nggak usah pegang-pegang uang, entar ludes lagi buat traktir-traktir kawan. Oh ya, kayak yang Mama bilang kemarin, buatin kue-kue tiap untuk dijual ke kantin sekolah kamu setiap hari. Kan lumayan nambah-nambah dikit, nggak usah malu sih kalo dilitin orang-orang, justru kamu ajak mereka buat beli kue-kuenya, biar laku abis. Mengerti?" Mama sudah langsung mencerocos pagi ini begitu aku selesai memasakkan sarapan, sementara dia duduk di kursi meja makan sambil membaca koran. Sedang aku, harus mencuci piring lagi, mengepel rumah, lalu pergi bekerja.
1171Please respect copyright.PENANAtyGRqmM52I
1171Please respect copyright.PENANA3n5LubwRNI
"Mengerti, Ma." Hanya sahutan itu yang sanggup mewakili seluruh emosi yang kupendam selama ini.
1171Please respect copyright.PENANAgG04Ks5vUe
1171Please respect copyright.PENANA1bzcWFMuze
Keserakahan jadi salah satu dari sekian dosa yang paling mematikan setelah Adam dan Hawa diciptakan. Kenyataannya, orang yang tidak rakus sekalipun akan rela-rela saja disebut serakah asal kemauannya tercapai, asal keinginan dagingnya terpuaskan. Aku tak butuh uang banyak-banyak untuk bisa bertahan hidup, namun tekanan Mama memaksaku untuk menghasilkan uang sebanyak-banyaknya, menjadikanku serakah seperti dirinya. Seperti sekarang, pekerjaan menjadi kuli cuci piring di restoran berbintang setiap hari dari pukul 6 sampai 10 malam, office girl di rumah sakit umum setiap hari minggu pukul 6 pagi sampai 5 sore, penjaga kasir minimarket setiap hari dari pukul 2 siang sampai 5 sore. Dan sekarang aku melewatkan sekolah di hari Senin untuk cuci keliling karena keuangan benar-benar sudah tandas.
1171Please respect copyright.PENANA8Op9sGaIv4
1171Please respect copyright.PENANAxVmkjQIYHq
Mama selalu menawarkan jasa cuci-cuciku ke teman-teman arisannya, tanpa merasa perlu malu, seakan-akan aku dilahirkannya untuk dijadikan pekerja-pekerja kasar, bukan penyukses, pengangkat nama baiknya, peninggi derajatnya di mata orang lain. Tidak seperti Ayah yang rela kerja pagi-siang-malam demi memfasilitasi keperluan sekolahku mulai dari yang terkecil hingga yang besar-besar, tidak boleh ketinggalan satupun.
1171Please respect copyright.PENANAC2M8O3wMak
1171Please respect copyright.PENANAe59j2GwBGq
Berbicara tentang sekolah, aku jadi penasaran siapa pembina upacara, apakah Kepala Sekolah, atau guru BK? Karena Kepala Sekolah bisa lebih dari 2 jam, sedang guru BK kurang dari setengah jam sudah usai. Aku selalu penasaran, bagaimana reaksi teman-temanku atas ketidakhadiranku minggu-minggu belakangan ini dengan alasan sakit padahal kerja; perbedaan yang kontras sewaktu masih ada Ayahã…¡sekalipun tak pernah absen. Apa akan bersorak-sorak karena kelas jadi bersih dari orang-orang miskin sepertiku, atau merutuk karena tak punya aset bersontek pelajaran kimia? Apa guru matematika yang galaknya minta ampun akan menghukum perusuh-perusuh kelas lagi, seperti minggu lalu, dihukum mengelilingi lapangan basket 50 kali yang pada akhirnya tepar dan absen 4 hari. Mendadak, aku rindu Sali, teman semejaku. 2 hari tidak sekolah saja sudah terasa seminggu. Aku tak yakin bisa hidup tanpa mereka sekalipun aku tetap lebih dibenci daripada dibangga-banggakan karena selalu memberi sontekan.
1171Please respect copyright.PENANAmRpKKqdiJA
1171Please respect copyright.PENANAxMyXDrFtQk
Untuk menuju blok perumahan VIP dalam kompleks, yang tak jauh dari blok perumahan minimalis, hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan berjalan kaki. Rasa malu mulai menjalariku kala melihat satu per satu anak tetangga berangkat sekolah, naik mobil, motor, sepeda. Seandainya aku mengiakan ajakan Ezeir, aku tak akan merasa malu sekaligus iri memandangi mereka pergi ke sekolah. Rumah mewah bergaya Eropa, bertingkat 3, menjulang tinggi di hadapanku, namun tidak ada pos satpam yang berjaga, jadi begitu gerbang setinggi 3 meter dibukakan, aku tanpa pikir panjang masuk ke kawasan rumah itu. Rumah itu nyaris menyamai istana, namun aku lebih penasaran seberapa keras pemiliknya banting tulang untuk membangun rumah ini daripada semewah apa isi dalam rumahnya. Apa mungkin aku bisa memiliki rumah semewah ini di masa depan? Pertanyaan itu terlintas di pikiranku kala mulai berjalan memasuki teras setinggi 1 meter dari halaman.
1171Please respect copyright.PENANAv7B0rcCQR9
1171Please respect copyright.PENANA7f2ZRA94Bl
"Apa gedung mewah seperti ini membutuhkan kuli cuci pakaian? Kenapa tidak mempekerjakan pembantu saja? Atau mesin cuci?" tanyaku entah pada siapa saking penasaran. Logikanya, pemilik rumah mansion bak istana ini tak akan butuh kuli cuci jika membeli pakaian saja sudah seperti membeli makanan ringan di warung. Pintu raksasa berwarna cokelat kayu berukir-ukiran membuatku terpelongo untuk beberapa menit sebelum kemudian pintu itu ditarik dari dalam oleh seseorang yang "waktu" bertemu dengannya ingin kuulangi untuk menerima kembali ajakannya.
1171Please respect copyright.PENANAHm5NhtJa0K
1171Please respect copyright.PENANA7ZujU5Y30Q
"Kau akan masuk, Sena?" Nada suaranya masih sama; berat, rendah, halus sekaligus.
1171Please respect copyright.PENANAOOaLiXQPSJ
1171Please respect copyright.PENANAfQMOu2pTmB
Spontan kakiku mundur selangkah. Sebenarnya, siapa dia? Kenapa dia seakan-akan mengikutikuã…¡walau sejujurnya aku menyesal tidak mengikutinya kemarin? Lalu, apa yang diinginkannya dariku? Dan bagaimana kemarin sesuatu yang ajaib terjadi karenanya untuk pertama kalinya dalam hidupku yang jelas-jelas bukanlah mimpi walau aku langsung terbangun di tempat tidur pagi tadi? Tak ada yang aneh dari penampilannya selain ketampanannya, selain apa yang sudah dimungkinkannya dalam hidupku kemarin. Dan aku penasaran, apa dia akan mengajakku lagi?
1171Please respect copyright.PENANAFQrcATgi1b
1171Please respect copyright.PENANA4xikpVZMcR
"E-Ezeir...? Ka-Kamu? A-apa rumah ini yang kamu maksud rumahmu? Aku tidak menyangkã…¡"
1171Please respect copyright.PENANAo5DViC34xt
1171Please respect copyright.PENANArq8zUybz29
"Apa setelah tahu rumahku semewah ini, kau akan mengiakan ajakanku?"
1171Please respect copyright.PENANAisRQskP6KY
1171Please respect copyright.PENANAQTNCvFeZth
Pertanyaan sederhana yang menjebak. Tetapi, bagaimana mungkin menolak kesempatan kedua? Ayah pernah bilang, kesempatan kedua mustahil ada, kalaupun ada, itu namanya keberuntungan dan harus dipergunakan semampu-mampunya. Kalau ada kesempatan hidup untuk yang kedua kalinya, Ayah akan mengulang apa yang pernah disia-siakannya. Dan melalui perkara ini, aku ingin membuktikan seberapa berharganya kesempatan kedua itu.
1171Please respect copyright.PENANAIVUmCOHBAs
1171Please respect copyright.PENANAzlI3QpZLHT
1171Please respect copyright.PENANAd90XMp8Msy
[]
1171Please respect copyright.PENANABnL0iJYUws
1171Please respect copyright.PENANAZdrK3F04Uq
1171Please respect copyright.PENANASHlboxpqgA
Padang dandelion itu terhampar tepat di sejauh netraku memandang. Dan aku melihat figur Ayah berdiri 10 meter dariku. Sedang Ezeir tidak ada ke manapun aku menoleh mencarinya. Namun, aku tak peduli lagi. Asal bersama Ayah, aku percaya semuanya akan baik-baik saja sekalipun jikalau ini mimpi. Aku melihat lengkungan senyum Ayah yang sangat-sangat kurindukan, aku hendak menujunya, tetapi kakiku tertahan oleh pertanyaan yang kudengar dari pikiranku sendiri.
1171Please respect copyright.PENANAVIfxr8A2cj
1171Please respect copyright.PENANAEih99PSJg2
Dunia, Mama dan pukulan-tamparannya, Sali, XI IPS 1, teman-teman penyontek, rumah bak istana, kerja paruh waktu, piring-piring cucian, pelanggan-pelanggan setia minimarket, upah bulanan, masa depan, ...atau Ayah?
1171Please respect copyright.PENANAu0DRowUxxM
1171Please respect copyright.PENANAcQghq8vzqS
Ayah.
1171Please respect copyright.PENANAuRoaE1vAHK
1171Please respect copyright.PENANAYpi4SbP2bW
Karena aku ingin menemani Ayah di padang dandelion ini; pemikiran yang dulunya mustahil terjadi, tetapi sekarang....*
1171Please respect copyright.PENANAZO8AyuzN5A
1171Please respect copyright.PENANAAJgQDNL222
1171Please respect copyright.PENANA3YbherVU8G
][
1171Please respect copyright.PENANAxefHRV6aXe
1171Please respect copyright.PENANAw6gds8LvoO
1171Please respect copyright.PENANAOaGYfpTidh
Kata-katamu selalu berkesan. Aku termotivasi untuk terus menjalani hidupku. Namun, aku tak bisa menolak fakta bahwa aku sangat merindukanmu.
1171Please respect copyright.PENANAQxBIOp4IY3
1171Please respect copyright.PENANArrJoyj0pNd
1171Please respect copyright.PENANACOytyh8VVR
1171Please respect copyright.PENANAc0Jy0g5BwD
1171Please respect copyright.PENANAreFNBdFz2E
1171Please respect copyright.PENANAJ6ezlFUzk8
1171Please respect copyright.PENANAQnG97X6vvY
1171Please respect copyright.PENANA2KYcpMTbdB
1171Please respect copyright.PENANAwq4d5pA66U
1171Please respect copyright.PENANAt8sE6MZ5y5
1171Please respect copyright.PENANAFMsoNHmEMl
1171Please respect copyright.PENANAYU1DaCUOaE
1171Please respect copyright.PENANA8SyeqXaEeC
.
1171Please respect copyright.PENANA6m5Z7nUo1I
-END
1171Please respect copyright.PENANAECFKrsGkzK