
Bab 2: Lahirnya Empat Bayangan
POV: Eva
Satu hari setelah pelantikanku sebagai agen, aku diminta datang ke lab pusat. Katanya hanya pemeriksaan akhir. Prosedural. Ringan. Seperti kalimat “tidak akan sakit kok” sebelum jarum menusuk kulit.
Aku duduk. Lengan digulung. Serum disuntikkan tanpa penjelasan. Tak ada rasa, tak ada tanya. Hanya instruksi datar: “Kembali seminggu lagi.”
Aku tak curiga. Waktu itu aku masih terlalu patuh, terlalu terbentuk. Tapi pada hari ketiga setelah suntikan, tubuhku berbicara dengan cara yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.
Aku mengalami menstruasi. Untuk pertama kalinya.
Ya, di usia 14. Terlambat bagi gadis pada umumnya, tapi bagi kami... justru awal yang direncanakan. Di dunia tempatku tumbuh, siklus alami perempuan dikunci. Dengan mutasi genetik, kami dijauhkan dari kodrat hingga saat yang mereka anggap “tepat”. Menstruasi ditunda. Menopause dimundurkan. Tubuh kami ditulis ulang agar tetap “berguna” lebih lama.
Aku pikir, itu hanya reaksi serum.
Nyatanya, itu adalah pembuka pintu.106Please respect copyright.PENANAzEFSlwG1Ix
Dan aku sudah masuk terlalu dalam.
Sebelum keberangkatan misi pertamaku, aku kembali ke lab. Pemeriksaan terakhir. Tapi kali ini berbeda. Mereka membiusku. Lembut, nyaris tak terasa. Dan saat aku bangun, segalanya terasa biasa terlalu biasa.
Aku tidak tahu saat itu, benih sudah ditanam di dalam tubuhku. Tanpa izin. Tanpa kesadaran.
Lalu aku berangkat.
Destinasi misi disembunyikan rapat-rapat. Aku hanya tahu koordinat, dan bahwa aku akan naik kapal selam menuju permukaan. Malam itu laut sunyi, dan langit tak menunjukkan wajahnya. Jadi aku tidur.
Ketika kapal berlabuh, seorang agen membangunkanku. Ia menyerahkan dokumen tertutup, menatap mataku tanpa emosi, dan berbisik:
“Lima tahun dari sekarang, aku akan kembali. Sampai saat itu, jangan percaya siapa pun.”
Kemudian ia menghilang.
Perjalanan berlanjut dengan kereta kuda. Di sekelilingku, orang-orang berbicara dengan logat asing yang belum pernah kudengar. Tak butuh waktu lama sampai aku sadar ini bukan Asia, bukan tanah air siapa pun yang kukenal.
Ini Belanda.
Mereka memberiku nama baru: Eva Lemaire.106Please respect copyright.PENANAxrlTZMhOgr
Usia 24 tahun.106Please respect copyright.PENANAG3eJvXXJIc
Pekerjaan: Bidan.106Please respect copyright.PENANA9gvb9EUWlf
Status: Janda.106Please respect copyright.PENANAHSF2txvoke
Perceraian: Sebulan setelah menikah.
Lucu ya? Usia asliku baru 14, tapi tubuhku… tubuhku sudah dilatih untuk berpura-pura jadi apa pun yang diperlukan. Dan dengan sedikit kerutan di kening serta sikap yang cukup dingin, mereka percaya.
Yang membuatku terdiam bukan usia, tapi catatan yang menyebutkan:106Please respect copyright.PENANAuQpxZ0XS6q
“Posibility for pregnant.”
Artinya kemungkingan untuk hamil... dan setelah 3 minggu kemudian, kemungkinan itu berubah jadi kenyataan.
Aku hamil.
Empat bayi laki-laki tumbuh di rahimku. Aku tak tahu bagaimana tubuhku bisa menampung semuanya, tapi tubuh ini memang bukan tubuh biasa lagi, kan?
Aku menamai mereka satu per satu. Bukan kode, bukan nomor proyek, tapi nama nyata dan penuh harap:106Please respect copyright.PENANAxi51ldzmt4
David. Isaac. Coby. Kane.
Bayi-bayi itu adalah benih dari keputusasaan dunia, tapi mereka tumbuh dengan kasih sayang yang tak pernah kuterima. Aku ajari mereka bertahan. Berpikir. Mengenal dunia dengan waspada tapi tidak takut.
Selama lima tahun aku hidup sebagai orang biasa. Menjadi ibu. Menjadi manusia.
Lalu, seperti janji yang ditulis di udara, agen itu kembali.
Ia menjemput kami dengan kapal. Dan sebelum melangkah ke dermaga, aku berlutut, menatap mata anak-anakku, dan berkata:
“Jangan takut terlihat berbeda. Dunia ini buta terhadap yang tak bisa ia kendalikan. Tapi kalian bukan milik dunia. Kalian milik satu sama lain.”
Kami kembali ke tempatku lahir markas bawah laut yang kini lebih dingin dari yang kuingat.106Please respect copyright.PENANA5f8h7lzGST
Di sana, aku diperiksa, diwawancara, dievaluasi.106Please respect copyright.PENANA8COko3ksyo
Laporan menyebut misiku cukup berhasil. Meski sebagian tugas tak diselesaikan, tak ada teguran.
Karena ternyata, anak-anakku sudah cukup jadi hadiah utama.
Aku diberi waktu setahun.106Please respect copyright.PENANAfroGsIzWlf
Satu tahun untuk mencintai mereka tanpa jeda.106Please respect copyright.PENANAqayGyjFSXs
Satu tahun untuk menanam ide, harapan, dan keberanian dalam diam.
Lalu mereka dipisahkan.
David dan Isaac dikirim ke dalam pegununggan Rusia.106Please respect copyright.PENANALnlOCC690u
Coby dan Kane ke bawah es Kutub Selatan.106Please respect copyright.PENANAsE6n7L0h89
Keduanya markas proyek Rahasia sama gelap, sama sunyinya.
Perpisahan itu seperti mencabut napas perlahan, sambil tersenyum agar tak terlihat lemah.
Aku menahan air mata. Bukan karena aku tak punya hati. Tapi karena aku tahu—mereka akan kembali. Bukan sebagai alat. Tapi sebagai ancaman bagi para pencipta sistem.
POV: Eva
Satu tahun bersamaku cukup untuk membentuk fondasi, tapi bukan untuk membangun menara. Lalu mereka diambil.
David dan Isaac ke Rusia. Coby dan Kane ke Kutub Selatan.
Di titik ini, aku hanya bisa berharap pesan-pesan kecil yang kutanam cukup kuat menumbuhkan perlawanan dalam diam mereka. Bahwa kisah yang kubisikkan tentang dunia dan keberanian bisa jadi api kecil di tengah isolasi mereka.
Selama tahun itu, aku menyisipkan pesan-pesan di sela-sela cerita tidur. Tentang dunia di atas permukaan yang indah sekaligus bengis. Tentang keberanian yang bukan berarti tanpa takut, tapi tetap melangkah meski rasa takut mencengkeram.
Aku ajari mereka membaca dalam tiga bahasa. Menghitung dalam sistem desimal dan biner. Mengenali emosi dari nada suara, bukan hanya ekspresi. Mereka tumbuh cepat, terlalu cepat—bukan hanya karena genetik, tapi karena dunia tidak memberi kami kemewahan waktu.
Malam terakhir sebelum perpisahan, aku menulis satu surat untuk masing-masing. Kusisipkan diam-diam ke benda-benda kecil: boneka kayu, selimut bergaris, bahkan lencana plastik yang mereka kira hanya mainan. Aku tahu, saat mereka menemukannya suatu hari nanti, mereka akan tahu: ibu mereka tidak pernah menyerah memperjuangkan mereka.
Lalu mereka dibawa.
Setelah itu, aku dikembalikan ke lab. Katanya aku harus istirahat. Tapi aku tahu itu artinya mereka bersiap untuk siklus berikutnya.
Aku tak melawan. Bukan karena pasrah. Tapi karena aku punya rencana. Aku perlu waktu. Aku perlu celah.
Dan celah itu datang dua tahun kemudian.
Tubuhku, yang selalu tunduk pada prosedur, mulai memberontak. Hormonku tak stabil. Siklus tidak bisa diatur. Mereka mencoba menanamkan embrio baru, tapi tubuhku menolak mentah-mentah. Mereka panik. Dalam data mereka, aku "rusak". Tapi aku tahu: ini bukan kerusakan. Ini perlawanan.
Mereka takut. Bukan padaku secara fisik, tapi pada hal yang tak bisa mereka kendalikan.
Namun aku belum dibuang.
Sebaliknya, mereka menugaskanku kembali ke permukaan. Bukan sebagai mata-mata. Bukan pula sebagai penyusup. Tapi sebagai "pengawas", sebuah kata yang terdengar netral, tapi di baliknya tersembunyi sistem pemantauan yang lebih kelam.
Tugasku: memastikan eksperimen berjalan sesuai jalur. Memantau dari jauh. Mereka menyebutnya “protokol pendidikan terarah.”
Aku tahu maksud mereka. Mereka sedang menguji keempat putraku.
Tahun 1989 — Rusia
David dan Isaac ditempatkan di dalam fasilitas bawah tanah, tersembunyi di Pegunungan Altai. Keduanya tumbuh dalam kondisi keras, dididik oleh tentara bayaran dan ilmuwan yang menganggap anak-anak seperti batu bara—harus dibakar sampai mengeluarkan energi.
David tumbuh seperti batu karang di tengah badai. Tubuhnya berotot, tak seperti remaja biasa. Para pelatih militer menyebutnya "Titan Muda." Tapi kekuatannya bukan hanya fisik—ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat bahkan kolonel berpikir dua kali sebelum mengangkat suara.
David adalah koleris sejati. Ia memimpin tanpa diminta, dan menantang tanpa ragu. Tapi di balik itu, aku tahu... dia mengingat.
Dia menyimpan surat yang kusembunyikan dalam bonekanya. Potongan kecil dari ibunya yang lembut. Dan meskipun tak pernah dia tunjukkan pada siapa pun, itu adalah jangkar yang membuatnya tetap manusia.
tubuhnya berkembang luar biasa. Ketika ia baru berusia 6 tahun, kekuatannya sudah cukup untuk mengangkat logam seberat motor kecil. Tapi ia bukan mesin. Ia punya hati yang hangat, bahkan terlalu hangat untuk dunia yang menginginkan dia jadi senjata. Ia sering membela anak-anak lain yang disiksa, bahkan diam-diam berbagi makanan.
Isaac, adiknya yang lahir hanya selisih dua menit, lebih sering diam. Ia tak suka kontak fisik, tapi di ruang strategi simulasi, pikirannya berlari seperti komputasi kuantum. Dalam hitungan detik, ia bisa mengalkulasi posisi lawan, peluang, dan titik lemah. Bahkan para pelatih takut mempermainkannya karena ia selalu tahu kapan mereka berbohong.
Isaac berada di kamp penelitian yang sama, namun memilih jalur berbeda.
Tubuhnya tak sekuat David, tapi pikirannya... seperti labirin yang bisa bergerak. Ia bisa menyelesaikan algoritma dalam hitungan detik, membaca pola strategi militer hanya dari satu percakapan.
Isaac adalah melankolis yang tidak mudah bicara, tapi ketika dia bicara, semua fokus mendengarkan.
Mereka memisahkan David dan Isaac secara fungsi, tapi tak bisa memisahkan mereka secara batin. Mereka sering ditemukan duduk bersama di malam hari, tanpa bicara, hanya saling menatap. Seperti dua kutub berbeda yang tak saling tolak menolak.
Sementara itu, di bawah es Kutub Selatan, Coby dan Kane dilatih dalam lingkungan yang memaksa adaptasi ekstrem.
Coby, dengan sistem saraf hiperaktif, memiliki refleks lebih cepat dari kamera slow motion. Ia bisa menghindari peluru karet, memanjat dinding es tanpa alat, dan menavigasi lorong sempit seolah ia bisa meramalkan jalur tercepat.
Ia seperti super hero flash dengan tubuh bocah lima tahun—cepat, tak tertebak, dan selalu datang dengan tawa. Ia punya kecepatan gerak yang tak masuk akal, syarafnya bereaksi sebelum logika sempat ikut campur. Tapi lebih dari itu, Coby adalah penyambung lidah. Ia bisa membuat dua orang yang saling membenci akhirnya berbicara. Dalam permainan pura-pura jual beli di rumah, ia selalu menjadi penjual, negosiator, bahkan penentu harga—dan menang.
Jiwa sanguinis-nya memancar lewat caranya menertawakan masalah, menenangkan saudaranya, atau membuatku lupa bahwa dunia luar sedang mencari cara untuk menghancurkan kami. Coby adalah cahaya yang bergerak cepat bukan hanya secara fisik, tapi juga emosional. Ia membaca ruangan bukan dari logika, tapi dari rasa. Ia tahu kapan harus serius, tapi memilih untuk mengubah ketegangan jadi permainan.
Kane berbeda. Ia pendiam, cenderung pasif. Tapi tubuhnya luar biasa tahan. Ia bisa bertahan dalam suhu minus 40 derajat tanpa pelindung penuh, berlari selama 10 jam tanpa henti, dan tubuhnya menyembuhkan luka dua kali lebih cepat dari manusia biasa. Tapi kekuatannya bukan hanya fisik—ia punya kepekaan terhadap emosi orang lain. Ia sering tahu saat temannya ingin menyerah atau diam-diam menangis.
Tubuhnya tangguh, bisa bertahan dalam suhu dingin ekstrim atau latihan fisik tanpa menunjukkan rasa sakit. Tapi kekuatannya yang sejati ada di kedalaman jiwanya.
Kane bisa merasakan emosi yang bahkan tak diucapkan. Ia tahu kapan aku sedih walau wajahku tersenyum. Ia tahu ketika David ingin menyerah, saat Isaac terlalu keras pada diri sendiri, atau ketika Coby pura-pura kuat. Ia bisa menenangkan anjing yang menggonggong hanya dengan sentuhan.
Ia flegmatis sejati. Tidak terburu-buru. Tidak mudah terpancing. Tapi selalu hadir di waktu yang tepat, dengan sikap yang tak bisa diajarkan: sabar, lembut, dan kukuh seperti batu karang. Tubuhnya bisa menahan rasa sakit yang akan membuat orang dewasa menjerit. Tapi justru ketenangan jiwanya yang sering kali menyelamatkan situasi.
Kane bisa membaca perasaan orang lain—bahkan hewan—bukan lewat kata-kata, tapi getaran yang tak terlihat. Ia tahu kapan Isaac butuh ruang, kapan David butuh dihentikan dengan satu pelukan, atau kapan Coby hanya butuh didengar.
Ia tidak pernah bersaing untuk didengar, karena keberadaannya sendiri adalah penyeimbang. Anak-anak lain bertumbuh dengan ambisi dan tenaga, sementara Kane bertumbuh dengan keteguhan batin. Ia tidak mencolok, tapi tanpanya, keluarga itu tidak akan utuh.
Tahun 1991
Aku hanya bisa mengamati mereka dari jauh. Lewat laporan-laporan kering, rekaman video sensorik, dan catatan medis yang tak pernah mencatat air mata atau senyum.
Tapi aku tahu mereka tetap jadi anak-anakku.
Mereka mulai menyusun identitas sendiri. David mulai bicara tentang "keadilan". Isaac mempertanyakan "sistem". Coby mulai memodifikasi alat pelatihan tanpa izin, menciptakan rute pelarian. Kane mencatat semua kebohongan para pelatih dalam buku kecil yang ia sembunyikan di balik alas sepatu.
Mereka belum sadar, tapi benih-benih itu sedang tumbuh.
Tahun 1992
Aku ditugaskan ke fasilitas penyimpanan data di Swiss—tempat pusat laporan seluruh proyek dikumpulkan dan disortir. Posisi itu memberiku satu hal yang langka: akses. Lewat sistem lama dan protokol kuno yang belum diperbarui, aku bisa menyelusupkan satu kode ke dalam laporan mingguan:
"EV-S013.A"
Itu bukan hanya identitasku. Itu sinyal.
Sinyal bahwa aku masih hidup. Masih sadar. Masih memperjuangkan mereka.
Dan aku tahu, dalam waktu dekat, keempat putraku akan tahu bagaimana membaca sinyal itu.
Sebuah simulasi global diadakan. Tujuannya adalah menguji “aset unggulan” dari berbagai fasilitas. Di markas Arktik Timur, semua anak dikumpulkan. Termasuk keempat putraku.
Untuk pertama kalinya sejak dipisahkan, mereka bertemu.
Tak ada pelukan. Tak ada tangis. Hanya pandangan yang berbicara lebih keras dari bahasa apa pun.
David menepuk bahu Isaac. Isaac mengangguk pada Coby. Coby menyenggol Kane dengan senyum nakalnya, dan Kane menatap mereka satu-satu seperti sedang menghitung detak jantung mereka.
Mereka tahu ini bukan reuni biasa. Ini adalah awal dari sesuatu.
Dari kejauhan, aku menyaksikan mereka. Tanpa bisa bicara. Tanpa bisa menyentuh.
Tapi hati seorang ibu tak butuh dekat untuk tahu: benih yang kutanam bertunas.
Empat bayangan telah tumbuh. Dan dunia tak akan pernah siap untuk yang akan mereka lakukan selanjutnya.
106Please respect copyright.PENANA9O1WZtbABL
Sampai disini aku tahu pikiran kalian... mana adegan hot dan erotisnya? dan jika kalian bertanya tanya dimana cerita tentang sesuatu yang membuat hormon bahagia kalian aktif... aku hanya bisa bilang sabar... pindah ke cerita yang lain saja kalau bosan menunggu aku memasak cerita ini... karena cerita ku ini berbeda... jadi siapkan koin kalian bila ingin support ceritaku ini... hehehe106Please respect copyright.PENANAVW1Vo3kRA3
peace