"Nona apa anda sedang tertidur" ketukan pintu yang membuatkan tersadar dari lamunanku, aku bangkit dari bath up putih miliku melangkah gontai menuju pintu masih dalam keadaan basa dan sialnya aku baru sadar kalau aku masih menggunakan gaun merah ini, gaun yang kukenakan saat pergi ke club sehari yang lalu.

"Ada apa ratna?" Tanyaku pada wanita tua dihadapanku ini.

"Maafkan saya karena telah mengganggu anda nona, tapi saya hanya ingin memberitahukan pada anda bahwa ada teman anda yang sedang mencari anda nona" terangnya

"Siapa mereka" 

"Nona reta dan nona anabell"

"Suruh saja mereka pergi aku tak ingin bertemu siapapun" 

"Baiklah nona" katanya dengan sedikit anggukan seperti ciri khas para pembantu.

Kuputuskan untuk kembali menenggelamkan diriku di bath up, belum sempat kumelangkahkan kakiku di bath up. Pintu kamarku kembali diketuk. Membuatku mendengus kesal.

"Ada apa lagi ratna" tanyaku kesal

"Maaf nona, tapi nona reta dan anabell memaksa saya untuk mempertemukan kalian" katanya dengan nada yang sangat menyesal. Menurutku itu hanya dibuat - buat.

"Ya sudah kau boleh kembali ratna"

"Apa yang lo butuin disini?" Tanyaku pada reta dan anabell.

Aku melihat anabell memincingkan matanya tak suka, dan aku tak peduli dengan itu.

"Jasmine tenanglah kita kan, sahabat lo" kata reta mantap.

"In your dream reta. Lo tau sahabat itu hanya ada dicerita dongeng dan fiksi. karena jika seseorang telah mendengar setiap inci curahan hatimu mereka pasti akan berbicara. Dan lo ngertikan maksud gue!" kataku datar

"Dan apa tujuan lo berdua buat main kerumah gue?" bentakku karena aku sangat muak melihat mereka berdua disini apalagi sosok anabell aku sangat tak menyukainya dan aku tau dia juga tak menyukaiku tapi gadis penjilat ini masih saja mau mengikuti ajakan reta untuk datang kerumahku.

"Baiklah jasmine, sebenarnya gue cuman mau nanya soal kasus pemukulan yang udah lo lakuin di club" kata reta 

Aku menatap mereka berdua satu persatu dan aku sangat tak suka untuk membahas masalah itu, itu sudah kulupakan bahkan untuk mengingatnya pun aku tak ingin karena ada yang lebih penting dari ini.

"Baiklah jika kau tak ingin membahasnya" kata reta tulus aku tahu reta gadis baik dan dia terlihat tulus tapi saat cahaya hitam dalam diriku telah tampak semakin bersinar tak ada lagi satupun perasangka baik untuk setiap orang. 

"Ada lagi" kataku sinis. 

Mereka berdua mematung setelah mendengar perkataanku, dan aku langsung membanting pintu kamarku.

Tak ada sedikit pun niat dihatiku untuk memiliki sahabat karena itu pasti sangat merepotkanku. Bagiku tak ada satupun orang yang tulus di dunia ini, semua orang memiliki alasan atas apa yang ingin dia lakukan.

****

"Nona kamar mandinya telah siapa" kata miki asisten pribadiku.

Aku menuju kamar mandi, melepaskan bathrobe yang membungkus tubuhku perlahan dan pasti.  Kutenggelamkan tubuhku kedalam bath up diantara busa sabun yang mengambang dan menutupi tubuh telanjangku, aku menikmati sensasi berendam yang merilekskan tubuhku ini. 

Setelah selesai mandi aku meminta miki untuk mengganti semua prabot yang rusak terutama kaca yang semuanya pecah karena terkena lemparan barang - barang yang ku lempar asal. 

"Siapkan makan malam untukku" kataku pada miki.

Aku memilih untuk mengenakan kaus hitam santai dan hot pants setengah paha, aku tak suka memakai sesuatu yang terlalu seksi itu menggangguku.

Dengan santainya kulangkahkan kakiku menuju ruang makan. Mataku langsung tertuju dengan meja makan yang telah terpenuhi dengan berbagai makanan padahal hanya aku saja yang akan makan di meja itu. Pembantu dirumah ini selalu seperti ini dan kau tau meja makan dirumah ini terlalu besar bayangkan saja meja makan ini dapat di gunakan oleh dua puluh orang dan setiap makan aku harus makan sendiri karena sebenarnya aku lebih menyukainya ketimbang aku harus semeja dengan si banci itu atau bahkan bersama keluarga besarku. 

Aku tak terlalu menikmati makan malamku, karena pikiranku terus melayang dan semua ini karena Aldo pria itu. Aku melempar piring yang kugunakan untuk makan, setiap mengingat nama itu aku selalu frustasi. Para pelayan yang sedari tadi berada di sisi meja langsung mengumpul pecahan piring itu lebih tepatnya membersihkannya.

Kuteguk air minumku dengan sekali teguk aku benar - benar akan semakin gila saat ini. Dan lagi -  lagi semua itu karena aldo. 

****

Club itu yang terlintas di pikiranku saat ini, aku ingin menenangkan diriku. Dress hitam selutut dengan lengan yang panjang jadi pilihanku malam ini. Dress ini nampak kontras dengan warna kulit putihku ditambah dengan high heels hitam sederhana yang terakhir kali digunakan mama saat ulang tahunku yang ketujuh tahun. Mengingat mama aku selalu ingin menangis wanita itu dia lebih dari segalanya dan ternyata tuhan lebih menyayanginya.

Kusekat air mata yang hampir saja membasahi pipiku ini. 

"Dia tak seharusnya menetes, aku bukan gadis yang lemah" gumamku menguatkan diri.

Kuambil lipstick merah gelap kesukaanku menancapakannya dibibir pink smoothku , aku melihat pantulan diriku dicermin.

"Ini kah aku sekarang?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Mama pasti tak suka melihat penampilanku saat ini dan aldo juga pasti akan memarahiku, granpa pasti akan lebih marah saat ini jika ia mengetahui aku bergaya tak sesuai dengan usiaku mungkin dia akan memotong kakiku apalagi jika granpa tahu kehidupanku yang sangat bebas seperti sekarang. Mengingat semua kenang itu akupun tertawa hambar. 

Aku akui aku terlihat lebih tua dari usiaku karena aku begitu seksi malam ini, ralat setiap malam aku selalu terlihat seksi aku mengatakannya bukan karena pendapatku semata tetapi semua pria selalu melihatku seperti santapan mereka dengan semua rayuan gombal sakratis mereka. Dan itu membuatku muak.