Bel pulang sekolah sudah berbunyi 5 menit yang lalu, namun Rara masih sibuk berbincang dengan sahabatnya dikelas.
"Raa dicariin sama Kak Reza diluar" seru Ridho, ketua kelas Rara.
"i-iya makasih dho" Rara segera melangkah keluar kelas dan mendapati Reza tengah bersender pada dinding sambil bermain ponsel.
"udah selesai ngerumpinya?" Tanya Reza ketus sambil memasukan handphonenya ke dalam saku celana lalu menarik keras Rara menuju mobilnya.
"pulang atau jalan" ucap Reza dingin. Rara terdiam mencerna kata kata Reza.
"pulang" balas Rara pelan. Reza menjalankan mobilnya menuju rumah Rara. Diperjalanan Rara hanya terdiam menatap kaca jendela, bingung atas kelakuan Reza yang dingin. 'apa gara- gar ague ngobrol dulu ya sebelum pulang terus dia marah. Tapi, dia itu marah atau emang gitu sih' batin Rara.
"mau ikut pulang kerumah gue?" Tanya Reza ketus.
"thanks"
❄💭❄💭❄💭❄
Rara sudah ada didalam kamarnya sejak 3 jam yang lalu. Kini langit berganti gelap dengan bintang dan bulan yang menemani. Namun, Rara masih terbalut seragam sekolahya. Ia segera mandi dan memakai kaus merah muda polos dan celana pendek hitam selutut. Ia berjalan menuju balkon kamarnya dan menikmati suasana sore hari.
Saat itu juga, ponsel yang ada digenggamannya bergetar. Ia melihat ada notifikasi line dari Rico lalu membuka pesan line dari Rico
Ricokyujenken: gue pulang, pintu kamar dikunci gak? Rara_np.ken: oh, gak emang kenapa? Ricokyujenken: nggak nanya aja
Ceklek. Suara pintu terbuka. Rara menoleh kearah pintu dan ternyata itu Rico. Rico berjalan menghampiri Rara yang ada di balkon kamarnya. Rico kini sudah ada disamping Rara, melihat Rara dari samping. Sedangkan Rara hanya diam dengan pandangan lurus.
"mikirin Reza?"
Tiba- tiba Rara menunduk lesu. Rico yang melihat wajah Rara pun kini dibuat kebingungan.
" lagi berantem ya?" lanjut Rico menebak- nebak.
Rara menghela napas dan ikut menoleh, menatap mata Rico.
" gak berantem. Cuman gue bingung aja sama sikapnya kadang perhatian. Kadang dingin. Kadang ketus. Sulit ditebak deh.. jadi gue selalu mikir gue salah apa" jelas Rara.
"terima aja apa adanya, ntar juga lo terbiasa.. yang pasti selalu ada alasan dibalik sikapnya" balas Rico. 'alasan itu yang selalu gue cari' batin Rara.
"thanks bang Rico"
"ck, dasar anak muda" celetuk Rico.
"kayak lo gak muda aja bang"
"gue muda tapi gak muda galo kek lo"
"sialan, semerdeka lo deh bang"
"lo gak shoping? Dulu lo suka banget shoping" ucap Rico sambil mengingat- ingat Rara yang ceria dulu.
"emang kenapa?"
"gue liat tagihan kartu lo cuman 3 juta doing itu pun lo ambil cash bukan buat bayar sesuatu.. biasanya kan tagihan lo bisa ratusan juta" jelas Rico. Rara terdiam. Memang sejak kejadian itu Rara sudah tidak lagi shoping. Bahkan keluar pun jarang sekali. Rara memilih dirumah untuk menutupi kesedihannya dari public dan media.
"besok pulang sekolah lo shoping aja sama Reza.. biar lo deket sama dia" lanjut Rico yang dibalas anggukan Rara.
"yaudah yukk makan sepertinya sudah siap" ajak Rico.
"duluan aja bang." Rico tersenyum kecil, lalu mengacak pelan rambut Rara. Setelah itu, Rico berjalan meninggalkan kamar Rara dan melajutkan langkahnya menuju ruang makan.
Rara masih diam mematung dibalkon kamarnya. Ia memejamkan matanya sebentar, lalu membukakannya lagi.
"gue akan berusaha mencintai lo dan gue mau cari alasan dari semua sikap lo"
❄💭❄💭❄💭❄
Pagi ini, Rara sangat bersemangat untuk pergi kesekolah. Sekarang Rara dan Reza sampai disekolah dan mereka berjalan dikoridor sekolah, berjalan berdampingan. Itu membuat banyak siswi berteriak histeris melihat Reza dan sesekali menatap Rara dengan tatapan tajam dan sinis. 'mereka belom tau gue siapa' batin Rara menanggapi tatapan siswi siswi.
"nanti pulang gue mau ke mall. Shoping" ucap Rara lalu melangkah menuju kelasnya, meninggalkan Reza yang mematung. 'seberapa lama lo tahan sama sikap dingin gue?' ucap Reza dalam hati lalu melangkah menuju kelasnya. Namun, ia merasakan ada yang membuntutinya dari belakang.
"gak usah sembunyi" Reza masih melangkah cepat menuju kelasnya tanpa henti.
"eh, ketahuan ya kak.. hehehe, boleh minta foto berdua gak kak?" ucap seorang perempuan yang berusaha menyamai langkah cepat Reza.
Reza menatap lurus ke depan tanpa menoleh. "sibuk"
"yaudah aku kenalan sama kakak boleh? Biar kakak tahu namaku" seorang perempuan itu mengulurkan tangannya berharap Reza membalas uluran tangannya. Namun, mihil Reza menepis tangannya kasar lalu berjalan masuk ke kelas tanpa memperhatiakn seorang perempuan itu yang tengah tersungkur.
"apa kabar,bro?" sapa Alex teman sebangku Reza.
"baik!" jawab Reza dengan nada ketus.
"tadi gue liat ada anak kela 10 yang minta foto sama lo yaa.. padahal cewe cantik loh zaa.., lo tolak" Reza terdiam tidak peduli dengan ucapan Alex, ia hanya focus dengan bukunya.
"oya gue lupa lo udah punya Rara" lanjut alex.
"ngomong apa gtu zaa.. gue kayak lagi ngobrol sama patung nih" lanjut Alex lagi sambil menggoyangkan tubuh Reza.
"banci" ejek Reza saat alex tengah menggoyangkan tubuhnya.
" dasar patung es" Alex balik mengejek lalu menghentikan tanganya yang menggoyangkan tubuh Reza karena Bu Santi telah masuk kedalam kelas dan sudah siap mengajar kelasnya.
❄💭❄💭❄💭❄
Jam sudah menunjukan pukul 16:05, kini Rara sudah berada di mobil Reza. Ia sudah tidak sabar sedari sekolah tadi, membuat Reza menggelengkan kepala melihat tingkah Rara yang tidak sabar untuk berbelanja.
"mall mana?" Tanya Reza dingin sambil melanjukan mobilnya.
"terserah" jawab Rara datar.
Sepanjang perjalanan Rara menatap lurus kedepan dengan pikiran yang penuh, karna Reza masih saja menunjukan sikap dingin ketusnya itu. 'sikapnya masih dingin aja kek batu es atau dia marah ya gara- gar ague gak percaya temen yang dibawa mom dia' batin Rara yang masih memikirkan sikap Reza.
'atau gue minta maaf aja yaa.. itu pilihan yang terbaik sepertinya' batin Rara lagi.
"gue salah apa?" Tanya Rara menatap reza yang tengah sibuk mengendarai mobil. Ingin rasanya Reza tertawa lepas saat itu juga. Namun, ia ingin terlihat lebih dingin dari Rara, agar Rara tau sikap biasa seperti apa yang ia tunjuan pada semua orang.
"apa gara- gara yang ditaman yaa. Lo jadi marah sama gue" tebak Rara membuat Reza sangat- sangat ingin tertawa kencang.
"gue percaya deh" lanjut Rara pasrah. Sebenarnya, Rara ragu bahwa teman yang dibawa momnya adalah Reza. Namun, ia harus percaya pada Reza sepenuhnya karna kedepannya selama hidupnya ia akan bersama Reza
Hening. Tidak ada jawaban dari Reza, dan tidak ada balasan apapun dari Reza.
"Rezaa!!"
ns3.137.169.229da2