x
"Done."
140Please respect copyright.PENANAFEs8TnVhDW
Irina tersenyum. "Thank you, dokter Candice sudah memeriksaku. Terima kasih juga untuk baju dan sandal ini. Akan segera kukembalikan," kata Irina.
140Please respect copyright.PENANAGjB4tVNxku
"Tidak perlu terburu-buru. Tugas sebagai dokter memang menuntutku untuk untuk mempersiapkan banyak hal. Termasuk membawa beberapa baju cadangan dan yang lainnya."
140Please respect copyright.PENANAbHLPspNjld
Irina tersenyum tulus.
140Please respect copyright.PENANAh2eC0LGdug
"Aku benar-benar tidak menyangka akan melihatmu lagi setelah tadi pagi, Irina. Tentu saja bukan dalam kondisi seperti ini."
140Please respect copyright.PENANAqDtifNSVaX
Wajah Irina memerah karena malu mengingat alasan yang diucapkannya saat dokter Candice menanyakan penyebab luka-lukanya. "Aku terjatuh saat berlari."
140Please respect copyright.PENANAMo7KZ6uZBo
"Kau berlari ditengah malam?"
140Please respect copyright.PENANArsdL0Y4jYu
"Begitulah," Irina mengalihkan pandangannya menatap ke banyak hal di ruangan itu. Apapun, asal bukan pada dokter Candice. Oh ya, dan Aiden. Terutama Aiden.
140Please respect copyright.PENANAtAaUaM5xzR
"Apa kau atlet atau semacamnya? Dilihat dari lukamu saat terjatuh, pasti kau berlari dengan cepat. Sangat cepat, menurutku."
140Please respect copyright.PENANAEwFNERFYCi
"Yah... ermm... oh itu... ah, aku melupakan sesuatu di café. Kau tahu café di seberang jalan di depan? Aku bekerja di sana. Aku bermaksud segera mengambilnya."
140Please respect copyright.PENANAaRWnOoDW2Z
Great Irina. Kau sukses membuat dirimu terlihat makin aneh.
140Please respect copyright.PENANACjRK3JATFU
"Dengan berlari cepat pada tengah malam? Tanpa alas kaki?"
140Please respect copyright.PENANAKx48qvgNQ2
"Erm... aku punya kebiasaan berjalan-jalan disekitar apartemenku tanpa alas kaki. Aku mendengar dari salah seorang temanku, dia bilang sesekali berjalan tanpa alas kaki bagus untuk kesehatan syaraf kaki."
140Please respect copyright.PENANAm7YrbSP1Xz
"Okaaayy, dan kau memutuskan ide bagus untuk melakukannya pada malam hari?"
140Please respect copyright.PENANA3IkTri3oAx
"Mungkin?" alih-alih meyakinkan doketr Candice, Irina justru merasa seperti bertanya pada dirinya sendiri. Lirikannya kembali mengarah pada Aiden. Salah satu sudut bibir pria itu terangkat, membuat sebuah senyuman kecil dengan mata berbinar geli.
140Please respect copyright.PENANA5VZH9ggu0z
"Yah bagaimana kalau ada pria tampan yang potensial sebagai kekasih dan dia salah paham... ?"
140Please respect copyright.PENANAUFYNyyefWW
Irina teringat dengan ucapan Claire kemarin dan tiba-tiba dia mengerti maksudnya sekarang.
140Please respect copyright.PENANAzFHLES2bAq
Dokter Candice menatapnya heran sebentar kemudian menangani lukanya tanpa bertanya lagi. Dia tidak melepas tatapannya sejak memasuki ruangan dokter Candice. Irina hanya beberapa kali melirik pria itu melalui ekor matanya. Irina sadar, Aiden yang sejak tadi menatap serius pada luka-luka di kakinya tidak akan percaya alasan konyol yang dilontarkannya pada dokter Candice. Bahkan mungkin dokter cantik itupun sebenarnya tidak percaya pada alasannya tapi memilih mengabaikannya. Irina sungguh berharap Aiden melakukan hal yang sama.
140Please respect copyright.PENANAnMuRffTwZj
"Aku sudah menuliskan resep untukmu. Kau bisa mengambilnya di apotek. Kuharap kau masih ingat letaknya."
140Please respect copyright.PENANAh1PTz8nDSU
"Yah tentu, Dok. Tadi pagi aku sudah kesana untuk mengambil vitaminku."
140Please respect copyright.PENANAzuJE1WmYkD
"Ehmm mungkin maksudmu kemarin pagi," ucap Dokter Candice sambil menatap jam tangannya. "Sebaiknya kau langsung pulang dan beristirahat, Irina. Aku permisi dulu, masih ada beberapa pasien yang harus aku periksa." Dokter Candice tersenyum ramah, memakai kembali jas putihnya dan melangkah ke pintu. Meninggalkan Irina dan Aiden berdua di ruangannya.
140Please respect copyright.PENANA6bMDp5yM8w
"Thank you, Aiden. Maaf sudah merepotkanmu."
140Please respect copyright.PENANALDz0UiNy5O
"Aku suka kau merepotkanku."
140Please respect copyright.PENANAXLi76Eb6k9
Jawaban santai Aiden membuat wajah Irina merona. Detak jantungnya yang tiba-tiba berubah kacau juga tidak membantu.
140Please respect copyright.PENANAd8s8vObgQh
Irina keluar ruangan lebih dulu, agak terburu-buru. Aiden segera menyusul dan berjalan disampingnya. Irina melirik sekilas dan bertatapan dengan dada bidang Aiden. Dia ingat bagaimana rasanya berada disana, dalam dekapan pria itu. Hangat dan nyaman. Irina merasa seperti menemukan tempatnya untuk pulang. Cara Aiden memeluknya membuatnya merasa aman dan tenang. Untuk sesaat, selama mereka berdiri dipersimpangan itu, Irina benar-benar melupakan Rob.
140Please respect copyright.PENANAfZMA9PBexD
Aiden berdeham dan Irina lantas mengangkat wajahnya. Sepertinya dia menatap dada bidang itu terlalu lama. Senyum menawan terpasang di wajah Aiden.
140Please respect copyright.PENANA5A7hElOqsq
"This feels... right." Irina baru sadar dengan apa yang dikatakannya tadi. Dan dia juga ingat Aiden tidak mengatakan apapun setelahnya.
140Please respect copyright.PENANAmkVXe31H8S
Oh No. kau benar-benar kacau, Irina. Sambil mempercepat langkahnya, Irina merapalkan mantra itu dalam hati.
140Please respect copyright.PENANAylo08lB2MH
"Apoteknya tidak akan kemana-mana, Irina. Kau tidak perlu buru-buru," ucap Aiden, masih dengan senyum yang sama.
140Please respect copyright.PENANA5tq8ay728Y
Irina tidak menggubrisnya, dia tetap melangkah cepat hingga kakinya terasa nyeri. Dia akan berurusan dengan kakinya nanti. Saat ini ada yang lebih penting, menyelamatkan harga dirinya dari rasa malu.
140Please respect copyright.PENANAgbyYugB8mN
Setelah tiba disana, Irina mengacuhkan Aiden dan langsung menyerahkan resep doketr Candice pada petugas disana. Irina duduk di salah satu kursi panjang disana setelah dia menerima obat-obatannya. Dia sengaja menyibukkan diri dengan membaca keterangan dalam kertas kecil yang menempel di setiap botol obatnya mengenai komposisi yang terkandung dalam masing-masing obat itu. Selesai dengan satu botol, dia berganti dengan botol yang lain. Dia membacanya dengan begitu perlahan dan serius.
140Please respect copyright.PENANA5MxVxnRfSq
Whoa, apakah para apoteker wajib menghafal seluruh tulisan ini?
140Please respect copyright.PENANAP5QH7O6shB
"Aku tahu kau tidak lupa aku masih disini, Irina."
140Please respect copyright.PENANAmK7kbnFleT
Dan apakah setiap dokter harus menghafal seluruh nama-nama obat? Dalam bahasa yang hampir tiap katanya sulit untuk dieja?
140Please respect copyright.PENANAhouVwfWI7H
"Dokter Candice jelas memintamu untuk segera pulang."
140Please respect copyright.PENANAgVf6q7DDWx
Apa para dokter di dunia ini memang punya daya ingat yang luar biasa? Yah, ada banyak jenis penyakit dengan obat yang berbeda-beda. Mereka pasti tidak kesulitan untuk menghafal dialog. Wait, ada berapa dokter yang beralih profesi sebagai aktor atau aktris?
140Please respect copyright.PENANAFLv70jBrHx
Irina sudah sampai pada botol ketiga saat tiba-tiba Aiden duduk disampingnya.
140Please respect copyright.PENANALwi1qbZ3NB
"Kau sengaja?" ucap Aiden pelan namun jelas. Irina masih tidak menjawabnya. Dia lebih tertarik memperhatikan deretan tulisan kecil di botol hitam di tangan kanannya. Seorang pria tampan yang membuat detak jantungnya menjadi kacau setiap kali berdekatan saat ini sedang duduk tepat disampingnya, so... yah tentu saja botol itu lebih menarik. Botol itu benda paling menarik abad ini.
140Please respect copyright.PENANAsPl2Bxyfjp
Irina terkesiap saat merasakan sentuhan tangan Aiden di dagunya. Sentuhan itu lembut tapi tegas, memaksanya untuk mengangkat wajahnya. Hijau menatap hazel. Wajah mereka kini hanya berjarak beberapa inci.
140Please respect copyright.PENANA0ATgRAMp0p
"Oke, mari kita coba lagi. Apa kau sengaja, Irina?"
140Please respect copyright.PENANANIh7PcZk6p
"Aku... tidak paham maksudmu."
140Please respect copyright.PENANAQjDLniXz7k
"Kau sengaja menghindariku. Apa aku mengatakan sesuatu yang salah sebelum ini?" Aiden mengalihkan tatapannya kebelakang Irina, terlihat berpikir serius. "Kurasa tidak. Aku bahkan tidak banyak bicara sejak kau memelukku."
140Please respect copyright.PENANA1U4aE1ZVKf
Kalimat Aiden sukses membuat Irina merona malu. Tangan Aiden masih menahan dagunya, membuatnya tidak bisa mengalihkan wajahnya. Berusaha menghindari mata hazel itu, dia menurunkan tatapannya. Wrong choice, karena kini dia justru menatap bibir Aiden. So kissable.
140Please respect copyright.PENANABRgfb9k5em
Aiden yang menyadari arah tatapan Irina hanya terdiam. Aiden juga menatap bibirnya. Dengan jarak sedekat itu, salah satu dari mereka hanya perlu bergerak sedikit saja agar bibir itu bersentuhan.
140Please respect copyright.PENANAR8i0ApMtN6
Irina menyadari Aiden bergerak, secara perlahan, semakin menunduk ke arahnya dan perut Irina berbunyi.
Wait, what? Itu sungguh perutku? Oh yeah, sure. Aku lupa makan malamku dan langsung tertidur. Great, Irina.
140Please respect copyright.PENANApOAjNhH93A
Irina berdeham. Tanpa sadar menggoyang-goyangkan botol kecil ditangannya. Dia tahu rasa malunya sudah sampai pada level yang tidak dapat diselamatkan lagi. Jadi dia tidak berusaha menutupinya. Hanya berusaha menguranginya. Sedikit. "Ehm... kurasa aku memang harus istirahat. Terima kasih sudah membantuku, Aiden. Kau... ehm, kau juga harus istirahat," ucapnya gugup.
140Please respect copyright.PENANAx1Dkj5R0M2
"Aku bisa mengantarmu pulang."
140Please respect copyright.PENANAUgPgDMqIcz
Irina tertegun. Bayangan Robert kembali melintas dalam ingatannya. "Aku... eh... aku bisa pulang sendiri. Aku tinggal tidak jauh dari sini. Hanya lima belas menit," jawab Irina sambil menambahkan kalau aku bisa berlari seperti tadi dalam hatinya.
140Please respect copyright.PENANAtSS5Xe9DLU
"Aku sudah sangat mengenal daerah disekitar sini. Jadi tidak masalah, aku akan pulang sendiri. Kau pulanglah," lanjut Irina saat Aiden memandangnya ragu.
140Please respect copyright.PENANAbhrRwcnCHY
Aiden hanya menatapnya dalam diam. Jadi Irina memutuskan sedikit berimprovisasi. Dia berdiri, mengucapkan terima kasih dan bye secara singkat lantas melangkah menuju pintu keluar. Dia berjalan cepat sambil menoleh menatap Aiden melalui bahunya. Pria itu masih duduk disana.
140Please respect copyright.PENANAmaaohsLYo5
Irina mempercepat langkahnya. Bukannya kembali ke apartemen, dia justru berbelok ke sudut gedung rumah sakit, memilih berjalan memutar ke belakang rumah sakit. Dia benar-benar tidak bermaksud untuk pulang sebelum matahari terbit. Dia pernah mengantar salah satu pengunjung Black Russo yang tiba-tiba pingsan ke rumah sakit Brigham melalui pintu belakang. Irina masih ingat jalannya.
140Please respect copyright.PENANANCFsuX4mZD
Dia bermaksud menunggu di rumah sakit itu, ditempat yang berbeda dengan Aiden. Setelah pagi datang dia akan pulang ke apartemen Claire. Semoga saja gadis itu sudah pulang.
140Please respect copyright.PENANA60K1qRiZw2
Tiba-tiba seseorang menarik lengannya, membalik tubuhnya dan menekannya ke dinding.
140Please respect copyright.PENANAhXlOJxW4RP
Aiden memerangkap tubuhnya dengan kedua tangannya di kanan dan kiri. Irina membatalkan niatnya untuk memaki pria itu saat melihat kemarahan dalam sepasang mata hazelnya.
140Please respect copyright.PENANAlauHYwqxGh
"Kenapa kau berbohong?" tanya Aiden tajam. Irina diam, bibirnya mengatup rapat.
140Please respect copyright.PENANA5AAXNH3gf3
"Kau berteriak tengah malam, berlari dari sesuatu dan menolak pulang. Kau berusaha berlari dari apa, Irina?"
140Please respect copyright.PENANAXTVopwOuzt
"Aku... aku hanya tidak ingin pulang. Maksudku, belum. Aku belum bisa pulang sekarang."
140Please respect copyright.PENANA0b0D1OdYdH
"Apa yang terjadi?"
140Please respect copyright.PENANAJOv5WQ6o0k
Irina menatap Aiden sedih. Haruskah dia jujur? Well yah, ada hantu gentayangan yang patah hati padaku dan bermaksud memperkosaku semalam.
140Please respect copyright.PENANA6zDNQ6jdrf
Irina bisa bersikap jujur dan Aiden pasti akan mejauh darinya. Seperti yang lain. Irina tidak peduli dengan yang lain, tapi dia tidak ingin Aiden menjauhinya. Jadi... yah, dia lebih baik diam. Ibunya tidak pernah mengajarinya menjadi pembohong. Diam bukan berarti berbohong bukan? Tentu saja bukan. Dia hanya tidak mengatakan faktanya. Itu dua hal yang berbeda.
140Please respect copyright.PENANAmgZ0Ha17zu
"Aku tidak bisa mengatakannya padamu. Yang jelas aku tidak ingin dan tidak bisa pulang sekarang. Jadi aku akan menunggu sampai pagi disini, lalu aku bisa bertemu Claire di café."
140Please respect copyright.PENANA2x4eLeQC1D
Aiden menjauh. "Kalau begitu aku akan menemanimu sampai pagi."
140Please respect copyright.PENANAvFTzvMCJd4
"Kau tidak perlu melakukannya." Bukan berarti Irina mengeluh atau keberatan.
140Please respect copyright.PENANANwujYE4Dte
"Tadi kau bilang tinggal di dekat sini? Dimana tepatnya?"
140Please respect copyright.PENANAgqn4oUY5cj
"Di apartemen Watson Hill."
140Please respect copyright.PENANAhml1KpLDg1
Aiden menatapnya dengan pandangan aneh. Aiden melangkah maju, menggenggam tangannya kemudian melangkah menjauh dari area belakang rumah sakit itu.
140Please respect copyright.PENANAIOthBRKTgB
"Aiden... aku sungguh tidak ingin pulang sekarang," ujar Irina keras kepala sambil berusaha menarik lepas tangannya.
140Please respect copyright.PENANAsDoUmVhaei
Aiden justru mempererat genggaman tangan mereka. "Dokter Candice memintamu istirahat. Dan itulah yang akan kau lakukan. Kalau kau tidak ingin pulang, kau bisa istirahat di tempat lain. Tapi bukan di rumah sakit ataupun di café."
140Please respect copyright.PENANAn604CI8wQT
"Apa maksudmu? Kita akan kemana?"
140Please respect copyright.PENANANq3iQF51At
"Ke apartemenku."
140Please respect copyright.PENANAFs4rbp9p8r
***
140Please respect copyright.PENANAL0cjtNeGd5
140Please respect copyright.PENANAzoIeF45zSx
140Please respect copyright.PENANAvTzTEV1VsR
I'm sorry for the typos. If you want to read a chapter ahead, you can read it free on my wattpad (The Black Angel by ghian7st)
140Please respect copyright.PENANAj0lkh5Fk8g
ns 172.69.59.62da2