x
"Tersangkanya mulai mengerucut."
121Please respect copyright.PENANAeCRwpDiNL2
Aiden hanya berdeham sambil mengunyah sandwichnya. Saat ini mereka sedang sarapan bersama di salah satu sudut café di depan rumah sakit Brigham, tempat perawatan Ms. Marlon. Polisi masih tampak berjaga cukup ketat.
121Please respect copyright.PENANA6yFu6ZJBbL
"Ada berapa?"
121Please respect copyright.PENANAeUnudfaSg6
"Tiga."
121Please respect copyright.PENANABY1fk9c3jZ
"Kukira akan lebih banyak."
121Please respect copyright.PENANAkoTdVRj6cl
"Untunglah tidak sesuai perkiraanmu."
121Please respect copyright.PENANA43sddjtodP
"Tiga orang itu sudah diperiksa?"
121Please respect copyright.PENANAdjf10EjVNS
"Sedang diperiksa oleh Rick."
121Please respect copyright.PENANAzL0ImVt48e
"Aku tidak melihat Peter lagi sejak semalam. Apakah dia ikut memeriksa tersangka?"
121Please respect copyright.PENANAcCYwIfkRHN
"No. Dia sedang sibuk berusaha membuat dirinya terlihat menarik di depan dokter Candice."
121Please respect copyright.PENANA8GcsGQwSdD
"Aku harap dokter itu memiliki stock kesabaran diatas rata-rata. Terkadang Peter bisa keterlaluan. Kuharap kali ini dia berhasil tanpa perlu terlalu memaksakan dirinya."
121Please respect copyright.PENANAeSgmtNuYJI
"Menurutku Peter tidak akan mudah menyerah dengan yang satu ini."
121Please respect copyright.PENANActOHbTYeF7
"Oh ya?" Aiden menaikkan sebelah alisnya.
121Please respect copyright.PENANAL1NlF3eiQI
"Kau tahu, pertama kalinya Peter melihat dokter cantik itu di UGD saat mengantar Ms.Marlon, dia bereaksi seperti ngengat melihat api. Dia menatapnya nyaris tanpa mengalihkan perhatian. Dia bilang saat matanya menatap sosok dokter Candice dia merasakan jantungnya berdebar lebih cepat."
121Please respect copyright.PENANAfXGQzfRjtQ
"Kalau begitu seharusnya dia juga mendaftarkan diri sebagai pasien di UGD itu."
121Please respect copyright.PENANAPe3bFp5ITP
"Maksudmu supaya dia punya kesempatan mendekati dokter Candice?"
121Please respect copyright.PENANADfyew747QW
"Bukan. Tentu saja supaya jantungnya diperiksa. Kalau tiba-tiba jantung itu berdetak lebih cepat mungkin ada yang salah dengan jantungnya."
121Please respect copyright.PENANAvjkVckk646
"Kau tidak pernah tertarik dengan seseorang sampai jantungmu berdetak lebih cepat?"
121Please respect copyright.PENANAuTMCsAzDUJ
"Mrs. Marlon juga pasti merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat dia sadar akan menjadi korban pembunuhan. Apa berarti dia tertarik dengan pembunuhnya?"
121Please respect copyright.PENANAnupVReJJqE
"Tidak juga. Yang jelas Peter kelihatannya serius dengan yang ini."
121Please respect copyright.PENANAqVHWDX2hla
"Aku tidak yakin. Dia tidak terlalu menunjukkan niat kencan seriusnya pada dokter Candice. Dia harus benar-benar berusaha keras."
121Please respect copyright.PENANAY1iWl7g3MG
"Lucu sekali, Aiden. Terakhir kali aku ingat, justru kau yang tidak pernah berkencan. Kapan terakhir kali kau pergi dengan seorang wanita?"
121Please respect copyright.PENANAbg7NP1gA5t
Aiden tersedak kopi yang dia minum. What the hell!
121Please respect copyright.PENANAcX13XMf8dL
"Kenapa kau tiba-tiba tertarik dengan urusan kencanku?"
121Please respect copyright.PENANAiomcKFqKDn
"Aku bahkan tidak pernah melihatmu makan bersama seorang wanita."
121Please respect copyright.PENANANye4hWj5vi
"Kau kan tidak mengikutiku setiap waktu."
121Please respect copyright.PENANAFG8R32Nl4c
"Tidak adakah seseorang yang membuatmu tertarik, Aiden?"
121Please respect copyright.PENANA6IMTv0cq3O
Lily...
121Please respect copyright.PENANA0LNrnoIJWZ
Aiden berdeham. Dia mulai merasa tidak nyaman duduk di kursinya sambil menghadapi tatapan tajam penuh selidik dari Hayden. Sesaat dia merasa memahami perasaan para tersangka yang harus menghabiskan berjam-jam di ruangan interogasi bersama Hayden. Diam-diam Aiden bersyukur karena dulu dia tidak perlu harus berhadapan dengan Hayden saat menjadi tersangka. Pria itu kadang bisa menyeramkan.
121Please respect copyright.PENANAL7vZYmvd9R
"Tidak ada satupun?"
121Please respect copyright.PENANA8NJcPRmHHC
Dan pantang menyerah.
121Please respect copyright.PENANAwUZ5azh0GH
Aiden hanya mengedikkan bahunya sambil melanjutkan melahap sandwichnya. Dia menatap ke segala arah selain pada Hayden. Dia tahu Hayden masih menatapnya spekulatif. Tapi dia bukan tersangka. Dia tahu Hayden tidak berhak membuatnya bicara. Dan dia lebih tahu bahwa Hayden tidak akan memaksanya membahas gadis itu lagi.
121Please respect copyright.PENANAITccadLZFu
"Kau masih mengingatnya?"
121Please respect copyright.PENANACXR80SAFV0
Sekian tahun hidup bersama dengan Hayden, dirinya mengira sudah cukup paham orang seperti apa Hayden. Lihatlah betapa salahnya dia. Hah.
121Please respect copyright.PENANA7QQe3Hb8nH
"Yah. Kau tak perlu menjawabnya. Kurasa kau memang masih mengingatnya. Pernahkah kau membayangkan akan seperti apa teman kecilmu itu sekarang?"
121Please respect copyright.PENANATA285IYC3x
Aiden meletakkan sandwichnya pada nampan sarapannya dan meminum kopinya beberapa teguk sebelum akhirnya menyerah untuk bicara.
121Please respect copyright.PENANAjZwPhcb9uB
"Kurasa aku tidak akan pernah lupa padanya. Aku masih sering bermimpi melihatnya."
121Please respect copyright.PENANA4RqycASx7e
"Kau masih berkonsultasi dengan dokter Jo?"
121Please respect copyright.PENANAhfoIUaqKn6
"Kadang-kadang."
121Please respect copyright.PENANAkFfm0vUVmu
Aiden menatap keluar jendela. Dia memperhatikan daun-daun maple yang berserakan di tempat parkir rumah sakit Brigham.
121Please respect copyright.PENANAo0E0qGGBrI
"Hmm... Oke. Kurasa aku harus kembali memeriksa kondisi Ms.Marlon dan menghubungi Rick untuk mencari tahu perkembangan pemeriksaan para tersangka."
121Please respect copyright.PENANA56OYKXmlIP
Hayden akhirnya melangkah keluar café setelah memandang Aiden beberapa saat dan merasa yakin bahwa dirinya diabaikan.
121Please respect copyright.PENANAKYHiVqX8f6
***
121Please respect copyright.PENANArjw6towp2A
Aiden tersadar dari lamunannya. Bukan karena pintu café itu terbuka tiba-tiba hingga suaranya menarik perhatian pengunjung. Bukan karena seorang pria berdasi yang kini berdiri disamping kasir itu mengumpat cukup keras. Tapi karena kata-kata pria itu.
121Please respect copyright.PENANAcmPk8MrIm1
"Kau terlambat lagi hari ini, Irina!"
121Please respect copyright.PENANAfdiLKHwfkl
Irina? Aiden menoleh ke arah pintu.
121Please respect copyright.PENANAU0VfWrbncc
Disana ada seorang gadis berdiri dengan canggung. Dia terlihat ragu dan tidak yakin sesaat sebelum akhirnya melangkah menghadap pria berdasi tadi.
121Please respect copyright.PENANAwjSmdudWFE
"I'm sorry, Boss," ucapnya pelan.
121Please respect copyright.PENANA4xnN7JXsPB
"Apalagi alasan konyolmu kali ini? Membeli bunga lagi? Atau membeli kue ulang tahun? Apa lagi?"
121Please respect copyright.PENANAbl88KaZNUi
Gadis yang dipanggil Irina itu hanya terdiam.
121Please respect copyright.PENANAeLXuZbfpx0
"Sekali lagi, Irina.. Hanya sekali lagi aku memberimu kesempatan. Setelah itu apapun alasanmu terlambat, kau tidak perlu kembali lagi ke sini untuk bekerja."
121Please respect copyright.PENANAYqr5TAXBbX
"Thanks, Boss," ucapnya ceria dengan tatapan terkejut.
121Please respect copyright.PENANAvyS42k2yJh
Boss berdasi hitam itu lantas berbalik dan masuk melalui sebuah pintu bertuliskan 'Staff Only'. Irina segera bergeser ke kasir dan melepas jaket hitam yang dikenakannya.
121Please respect copyright.PENANApSsCkopggM
Ada sesuatu yang dirasakan Aiden. Suatu perasaan asing. Perasaan itu perlahan berkembang mendominasi perasaan lainnya. Seakan sebelumnya perasaan itu tertidur dan kini terbangun karena gadis bernama Irina itu. Kakinya ingin melangkah kesana, menghampiri gadis itu. Dia menggigit bibirnya karena takut jika tiba-tiba bibirnya memanggil namanya. Otaknya seakan berhenti berfungsi. Yang dia lakukan hanya duduk di kursinya, tidak bergerak. Matanya menatap lekat setiap gerak-gerik Irina. Cara kedua kaki jenjangnya melangkah bergantian, caranya berdiri, caranya melepas jaket, caranya mengikat rambut dan caranya berbicara. Pemikiran itu mengganggunya.
121Please respect copyright.PENANAuKp7vrbj3C
"Thanks sudah menggantikanku, Claire."
121Please respect copyright.PENANAGaa10GLSfR
"Ya, ya aku tahu kau punya hal-hal aneh yang kau kerjakan pada waktu yang tidak tepat. But seriously, Irina, Boss benar-benar akan memecatmu jika kau terlambat sekali lagi."
121Please respect copyright.PENANAqRkZtHWuhW
"Yah. Semoga lain kali aku punya kesempatan memilih, melakukan hal aneh atau datang tepat waktu dan tidak kehilangan pekerjaanku."
121Please respect copyright.PENANAgpcotpsdca
"Kau benar-benar harus berusaha. Ya sudah, aku harus membantu Boss menyiapkan laporan keuangan bulan lalu. Fokuslah bekerja. Jangan banyak berulah hari ini."
121Please respect copyright.PENANA9bphB5Smqn
"Alright, Mom!" Irina tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya sambil mengikat rambut panjangnya ke belakang secara terburu-buru.
121Please respect copyright.PENANACRhLYhQIdB
Ikatan rambutnya tidak rapi. Membuat beberapa helai jatuh membingkai wajah cantiknya. Aiden menahan diri untuk tetap duduk. Dia hanya mengizinkan dirinya untuk menatap saja. Ya, ya. Benar. Hanya menatap saja. Tidak lebih.
121Please respect copyright.PENANA7OkzboSbrp
Tidak, dia tidak ingin menghampiri gadis itu, mengajaknya bicara dan menyematkan helaian rambut yang terjuntai itu kebelakang telinganya. Tentu saja tidak.
121Please respect copyright.PENANAMVOp3yA7d4
"Hei, aku bahkan lebih muda darimu. Berhenti memanggilku begitu. Bagaimana kalau ada yang salah paham?"
121Please respect copyright.PENANA7JsmyG3ZXg
"Salah paham bagaimana?" kata Irina sambil tersenyum menatap Claire.
121Please respect copyright.PENANApFDLwmypn3
"Yah bagiamana kalau ada pria tampan yang potensial sebagai kekasih dan dia salah paham menganggapku sudah tua karena kau memanggilku 'Mom' ?"
121Please respect copyright.PENANAb5myO803cL
"Memangnya ada yang akan salah paham padamu?"
121Please respect copyright.PENANAki5tNoKaOf
"Hati-hati bicaramu, Nona. Kau sendiri juga payah soal urusan asmara. Yang jelas, aku tidak ingin pria seperti dia salah paham."
121Please respect copyright.PENANAkeyz2ZlsQH
"Pria apa?"
121Please respect copyright.PENANAIksfGOTEIU
"Pria di meja di sudut jendela ujung sana yang sejak tadi menatapmu," Claire berbisik pelan kemudian bergegas menemui Bossnya. Irina menoleh ke meja yang tadi ditunjuk Claire. Matanya bertatapan dengan sepasang mata berwarna hazel yang menatapnya tajam. Dia terkesiap ketika pria itu tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahnya.
121Please respect copyright.PENANAe06p4ffhKd
***
121Please respect copyright.PENANA8REjIMlGXg
Hayden langsung mengerutkan alisnya saat Aiden berjalan menghampirinya dengan membawa satu kotak sandwich dan tiga gelas kopi.
121Please respect copyright.PENANAKgnzGGutHo
"Aku yakin belum lama ini kau sarapan denganku, Aiden."
121Please respect copyright.PENANAdKhHaRT00H
Ucapan Hayden membuat Rick ikut menatapnya. Aiden lantas memberikan satu gelas kopi untuknya.
121Please respect copyright.PENANA28G6Av1bMw
"Aku tidak tahu ada apa, but thanks, man." Rick segera mencium dalam-dalam aroma kopi panasnya. "Yah. Paling tidak aku memang layak mendapatkan kopi setelah semalaman harus berada di ruang interogasi."
121Please respect copyright.PENANA4NOJjAV9oe
"Kalau begitu kau patut bersyukur Tuhan mengirimkan sesorang sepertiku setelah penderitaanmu semalam," ujar Aiden sambil mengalihkan wajahnya menghindari tatapan geli Hayden.
121Please respect copyright.PENANAHe8SQA1VpM
Aiden menanggapi ucapan Rick dengan tersenyum sewajarnya. Dia memang tidak sehebat Hayden dalam berpura-pura, tapi setidaknya kemampuan berbohongnya lebih baik daripada Rick. Pikirannya kacau mengingat kejadian di Café tadi.
121Please respect copyright.PENANAGCI8ftLZKb
Tuhan tahu bagaimana dia berusaha untuk tetap duduk di kursinya dan hanya menatap Irina. Dia berusaha memikirkan hal-hal lain yang menyenangkan. Hal-hal seperti memaksa Rick menelan saus pasta kental atau mengacau di kencan Peter dengan si dokter cantik -kalau dia berhasil mengajaknya kencan-, atau menghabiskan waktu dengan gadis di kasir depan. Shit.
121Please respect copyright.PENANA7IB6APh4V2
Tepat ketika dia bermaksud memalingkan wajah untuk kembali mengagumi dedaunan maple yang tidak istemewa itu, Irina berbalik dan Aiden melakukan kesalahan dengan menatap langsung pada sepasang mata hijaunya yang indah.
121Please respect copyright.PENANA6XoaZ0Eczu
That's it. Satu tatapan darinya, and I'm done.
121Please respect copyright.PENANAEHm2iOLAer
Aiden berdiri dan dengan langkah mantap berjalan menuju kasir. Tatapan tajamnya membalas tatapan mata hijau Irina. Dia juga tidak melewatkan kesiap terkejut yang lolos dari bibir merahnya. Dia menyeringai kecil menyadari keberadaannya cukup mempengaruhi Irina.
121Please respect copyright.PENANAiRYFVeTgPS
"Kau ingin pesan apa?"
121Please respect copyright.PENANApv34NbNTJi
Bahkan pertanyaan sederhana itupun mengganggunya. Oh bukan, bukan pertanyaannya tapi suaranya. Dan tiba-tiba Aiden menyadari kebodohannya.
121Please respect copyright.PENANA8xnHqj98NB
"Kau ingin pesan sesuatu?" Irina menatapnya penuh tanya.
121Please respect copyright.PENANABxro1e37x5
"Hmm... ya. Sure."
121Please respect copyright.PENANAOK2dG6frHt
"Oke" jawab Irina sambil tersenyum sambil menunggu Aiden meyebutkan pesanannya. Senyum itu menular pada Aiden. Dan hanya itu yang dia lakukan.
121Please respect copyright.PENANASyj3JV95ZJ
Tatapan penuh tanya Irina kini berubah menjadi kebingungan. Dia menoleh ke kanan dan kiri seakan mencari sesuatu yang tidak beres. Pandangannya kembali pada Aiden dengan kedua alis mengerut.
121Please respect copyright.PENANAyqzhqX7pAh
Double shit.
121Please respect copyright.PENANA4tXCRBbXz8
"Ah ya... Hmm, sandwich. Beef sandwich. Satu beef sandwich, please."
121Please respect copyright.PENANARgGUl2Onxq
"Sure." Irina tersenyum kembali dan mulai menyentuh layar di depannya kemudian berbalik untuk menyiapkan sandwich. Lagi-lagi Aiden memperhatikan segala hal saat Irina bergerak. Bagaimana tangannya bergerak untuk membuat toast, bagaimana jemarinya melipat aluminium foil, bagaimana helaian rambutnya yang menjuntai bergerak mengikuti gerakan kepalanya, lalu bagaimana... Damn it. Pikirkan hal lain, Aiden.
121Please respect copyright.PENANAu6STeYkbEs
Oke, karena tadi dia gagal memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka sekarang dia akan memikirkan hal-hal yang indah. Ferrari. Ah, ya benar. Memiliki Ferrari Lusso di halaman rumah jelas merupakan pemandangan yang indah. Bayangkan mobil itu berwarna hitam dan bagaimana kilau cahaya matahari yang terpantul dari mobil itu. Tapi dalam bayangannya tiba-tiba pintu mobil itu terbuka dan Irina melangkah keluar dari sana, melepaskan jaket hitamnya dan membiarkan rambut panjangnya tertiup angin. Kemudian...
121Please respect copyright.PENANAjGbVRVeUff
"Ada yang lain?"
121Please respect copyright.PENANAplL5ESyrzs
Holy Shit. Pikirannya benar-benar kacau. Mungkin seharusnya dialah yang berada di UGD dan meminta dokter Candice memeriksa kepalanya.
121Please respect copyright.PENANABX4kEiKAHf
"Kopi."
121Please respect copyright.PENANAP0BPUAuoBF
"Gula atau cream?"
121Please respect copyright.PENANAeLRUH72TPc
"Boleh aku dapat keduanya?"
121Please respect copyright.PENANAKfju5tybBK
"Sure." Sekali lagi Aiden menatap Iriana yang bergerak untuk menyeduh kopinya.
121Please respect copyright.PENANAw2y4EeLnz2
Jangan berpikir apapun, Aiden. Jangan berpikir apapun. Jangan berpikir apapun. Jangan berpikir apapun.
121Please respect copyright.PENANAzZAAuMo4Xu
"Make it three, please," ucap Aiden tiba-tiba saat dia menyadari Irina lebih cepat menyiapkan kopi daripada saat membuat sandwichnya. Karena otak kacaunya sedang tidak dapat diandalkan, jadi dia hanya berharap semoga mulutnya tidak mengucapkan hal aneh. Sudah cukup jauh dia mempermalukan dirinya.
121Please respect copyright.PENANAAdtbhw5obD
Dan dia tidak bermaksud menambahnya dengan bersikap jujur pada Hayden sekarang.
121Please respect copyright.PENANAxaFgWjhjsy
"So... karena kau hanya berdiri diam sejak tadi, aku anggap hanya segelas kopi inilah yang kudapat?" kata Rick sambil menelengkan kepalanya menatap kontak sandwich di tangan Aiden. "Tanpa sandwich?" lanjutnya.
121Please respect copyright.PENANAv0lD5jw1HB
Aiden baru akan menjawab 'tidak' pada Rick saat dia melihat Peter berbelok dari ujung lorong. Wajahnya menunjukkan kelelahan yang sama dengan Rick. Peter duduk di ujung kursi di kanan Hayden. Rick mencondongkan tubuhnya dan memandang Peter melewati Hayden.
121Please respect copyright.PENANAWhJOy9DYZd
"Wajahmu terlihat lebih mengerikan, Pete.." Rick kembali menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyibukkan diri dengan kopi panasnya.
121Please respect copyright.PENANAPD7bCN8h2U
"Liza mengatakan sesuatu pagi ini saat dia terbangun," gumam Peter sambil menerawang.
121Please respect copyright.PENANAvYBN5drPh0
"Liza?" Aiden yang baru sadar dari lamunannya tentang Irina tiba-tiba merasa tertarik dengan ucapan Peter.
121Please respect copyright.PENANAqNilh9UcV2
"Liza... Elizabeth Marlon."
121Please respect copyright.PENANAOGrJ0AwQG5
"Aahh... jadi itu nama Ms. Marlon."
121Please respect copyright.PENANAwyP3avgsCh
"Apa yang dia katakan?" tanya Hayden.
121Please respect copyright.PENANAVKUZj5aO1J
Peter melepas jaket cokelatnya dan membiarkannya terkulai di kursi. "Dia bilang ibunya pernah terlihat dengan seorang pria disebuah restoran Italia kira-kira hampir dua minggu lalu."
121Please respect copyright.PENANAd3o55IJ1yf
"Perselingkuhan?"
121Please respect copyright.PENANAPMZtF0FPsI
"Kurasa bukan, Hayden. James Marlon dan Amy Marlon sudah bercerai empat tahun lalu. Saat itu Liza masih berusia lima belas tahun dan mereka tinggal di LA."
121Please respect copyright.PENANAje8kKDsKMv
"Jadi dia melihat ibunya secara kebetulan dengan pria itu?"
121Please respect copyright.PENANAJYvnBIdjIi
"Tidak bisa disebut kebetulan."
121Please respect copyright.PENANATs2aw73Ykb
Kini Aiden dan Rick ikut memandang Peter. "Liza mendapat email yang memberitahunya bahwa beberapa hari lagi ibunya akan melakukan sesuatu yang menarik. Orang itu memberikan tempat, waktu dan letak meja yang akan didatangi ibunya."
121Please respect copyright.PENANAj82NpPsgqW
"Liza kesana?"
121Please respect copyright.PENANAEEHTpDtQSS
"Yah. Dia datang kesana dan melihatnya tepat seperti yang dijelaskan di email."
121Please respect copyright.PENANA9VCbCfBzqf
"Dia melihat pria itu?"
121Please respect copyright.PENANAmNQEDEDBWx
Peter mengangguk menjawab pertanyaan Hayden. Dia terdiam sesaat sebelum akhirnya melanjutkan.
121Please respect copyright.PENANAFJtRHE4SJo
"Dia mengaku tidak tahu siapa pria itu. Tapi saat aku minta dia menyebutkan ciri-cirinya, Liza terlihat ketakutan. Aku meninggalkannya sejenak untuk sarapan dan bermaksud menanyakannya kembali setelahnya."
121Please respect copyright.PENANAxM3xMaDRM0
Hayden lantas berdiri di ikuti oleh Rick. "Oke... Kau beristirahatlah Pete, aku yang akan menemui Ms.Marlon."
121Please respect copyright.PENANAHTnZH1V0lA
"I don't think so, Hayden."
121Please respect copyright.PENANALkqZCNh4zL
Hayden dan Rick yang baru mulai melangkah berhenti mendengar kalimat tegas Peter. Aiden yang menatap Peter tiba-tiba terlihat gusar.
121Please respect copyright.PENANAYTZiUvIk0t
"Why, Pete?" tanya Rick.
121Please respect copyright.PENANAesp2XxARWN
Peter menghembuskan nafas panjangnya. Masih sambil menatap menerawang dia berujar, "Seorang perawat yang mengantarkan sarapannya pagi tadi mengucapkan bela sungkawa padanya atas kematian ibunya. Dia mencoba bersikap ramah dan tanpa sadar terlalu banyak bicara."
121Please respect copyright.PENANAMUzApFMMKU
Kali ini Peter menoleh, menatap langsung pada Hayden. "Dia tahu kondisi ibunya. Dia histeris dan dokter Candice terpaksa memberinya penenang."
121Please respect copyright.PENANAYNGnoZc5gH
Tidak ada yang berbicara untuk beberapa waktu. Mereka berempat sibuk memikirkan informasi tadi.
121Please respect copyright.PENANAAvU6zVhVbH
"Kau sudah berbicara dengan perawat itu?" suara Rick mengembalikan focus mereka.
121Please respect copyright.PENANAQEkb5XTJhK
"Tentu saja. Aku baru saja selesai menanyainya sebelum kesini. Tidak ada yang aneh. Dia bilang dia hanya ingin membuat Liza merasa nyaman dengan mengajaknya bicara, terlebih setelah tiga hari ini dia berada di ruangan yang secara khusus hanya dikelilingi polisi. Dia mengira mungkin Liza perlu teman bicara. Tapi dia tidak tahu bahwa belum ada yang mengatakan padanya tentang kepala ibunya yang kini masih menjadi misteri."
121Please respect copyright.PENANAC1paG4VHoR
"Dia pasti sangat terpukul." Rick terlihat sedih sambil menatap pintu kamar Liza Marlon di kejauhan.
121Please respect copyright.PENANA1RHNZAvx77
"Aku ingin bertemu dengan perawat ini. Dimana dia, Pete?" tanya Hayden sambil melihat jam tangannya.
121Please respect copyright.PENANAVyUYQ6rzKH
"Belok kanan di ujung lorong itu kemudian berbeloklah ke kiri. Dia ada di ruangan staff di dekat sana. Kau tidak akan kesulitan menemukan ruangan itu. Namanya Alicia Taylor."
121Please respect copyright.PENANAEtSA9Vi523
"Oke." Hayden menepuk bahunya singkat kemudian melangkah menjauh.
121Please respect copyright.PENANA4GPFqzjzwN
"Kurasa aku akan pulang sebentar. Aku butuh tidur," ucap Rick sambil menguap. "See you later, guys."
121Please respect copyright.PENANAKlE9S7EZeZ
Aiden duduk di samping Peter. Dia menyerahkan kotak sandwich dan segelas kopi panasnya. Peter tersenyum simpul. "Kadang aku lupa bahwa kau pandai menebak, Aiden." Peter meneguk kopinya kemudian melahap sandwich itu.
121Please respect copyright.PENANAZMQr7BPcHr
"Tentang apa?"
121Please respect copyright.PENANAV40R2pLpEt
"Banyak hal."
121Please respect copyright.PENANAhPrvfpRthA
"Seperti?"
121Please respect copyright.PENANAB4rFtNqFO3
"Seperti kenyataan bahwa aku kelaparan dan tidak sempat sarapan pagi ini."
121Please respect copyright.PENANAz7rfq11ahK
Aiden lantas memandangnya. "Yah... mungkin aku punya insting polisi yang luar biasa."
121Please respect copyright.PENANAnN6fp3ZeEb
"Entahlah. Aku sering merasa kau tahu banyak hal bahkan sebelum seseorang mengatakan apapun padamu. Kau bahkan bukan polisi."
121Please respect copyright.PENANAbzWOjmN2DG
Aiden hanya tersenyum samar. Dia mengalihkan pandangannya. Menatap orang-orang yang berlalu di koridor di hadapannya.
121Please respect copyright.PENANAUkMhEa04bA
"Darimana asalnya ini?"
121Please respect copyright.PENANAdNBT6NaX8g
"Apa?" Aiden bertanya tanpa menoleh.
121Please respect copyright.PENANANfKY59kStR
"Sandwich ini. Rasanya lezat. Sepertinya aku sudah menemukan menu sarapanku untuk besok. Dimana kau membelinya?"
121Please respect copyright.PENANA56aNtDikYz
"Kau bermaksud memakannya setiap hari untuk sarapan?" Ada sedikit perasaan tidak suka yang Aiden rasakan saat bayangan Peter sang penggoda wanita itu bertemu Irina setiap pagi untuk sekotak sandwich atau kopi. Atau keduanya.
121Please respect copyright.PENANAXf1oFeA2WP
"Aku bilang besok, bukan setiap hari."
121Please respect copyright.PENANAIWmzWqx2dy
"Aku bisa membantumu membelinya."
121Please respect copyright.PENANAM8qEbBSY9u
Kali ini Peter menoleh sambil memicingkan matanya. "Kenapa kau tiba-tiba baik hati padaku?"
121Please respect copyright.PENANApm0D7Qj2fq
"Baik hati adalah nama tengahku. Kau saja yang terlambat menyadarinya."
121Please respect copyright.PENANA9xYTB6nKJi
Peter berdiri, melangkah menuju kotak sampah di sudut ruangan di dekat pintu keluar. Setelah memastikan kotak sandwich dan gelas kopinya yang sudah kosong mendarat sempurna di kotak sampah itu, dia berbalik. Peter masih berdiri di dekat Aiden tetapi tidak memutuskan untuk duduk.
121Please respect copyright.PENANAHvagXZMZIp
"Hei Aiden. Apa instingmu mengatakan sesuatu tentang Alicia Taylor?"
121Please respect copyright.PENANArZd8a3oFfB
Aiden menggelang. "Aku tidak pernah mendengar namanya sebelum ini."
121Please respect copyright.PENANAsqKkEZ7Lgk
"Aku juga tidak pernah. Tapi insting polisiku mengatakan ada sesuatu."
121Please respect copyright.PENANAgBuLE0KxER
"Apa yang dikatakan insting polisimu?"
121Please respect copyright.PENANAE8lroTvATE
"Wajahnya. Aku memang tidak tahu tentang dia ataupun namanya. Tapi aku merasa pernah melihat wajahnya sebelum ini. Aku hanya tidak yakin kapan dan dimana."
121Please respect copyright.PENANA2gO7SciPs5
"Wajahnya mirip selebritis yang foto seksinya kau koleksi? Atau mungkin mirip salah satu one night stand-mu?"
121Please respect copyright.PENANA9reZ1lqI6t
Peter berdecak dan mencibir Aiden. Dia menendang kaki kanan Aiden. Bukan tendangan serius, tapi cukup membuat Aiden tersentak. Dia baru saja akan membalas Peter saat melihat Hayden berjalan tergesa-gesa ke arah mereka.
121Please respect copyright.PENANAvYuXgTItPH
"Hey, man. Kau dapat sesuatu? Sudah kubilang kau tidak akan kesulitan menemukan ruangan staff itu." tanya Peter khawatir.
121Please respect copyright.PENANAWp6wuxMpRX
"Yah, ruangan itu memang mudah ditemukan. Sayangnya justru perawat yang kau maksud tadi yang tidak kutemukan."
121Please respect copyright.PENANAC4sS99JgZb
"Tapi dia ada disana tadi. Belum berselang lama sejak aku meninggalkannya diruangan itu dan menemui kalian disini."
121Please respect copyright.PENANAytQSHdows7
"Well... Aku bertanya pada perawat lain yang kebetulan berada diruangan itu. Coba tebak?"
121Please respect copyright.PENANAOxqPrazimL
"Aku tidak suka main tebakan. Kau cobalah, Aiden. Insting bukan polisi milikmu mungkin bisa membantu."
121Please respect copyright.PENANAHv7mNtIkR5
Aiden meringis mendengar komentar Peter. "So? Kenapa dengan perawat itu? Dia tiba-tiba menolak memberikan keterangan?"
121Please respect copyright.PENANA2h8BWcc1Vh
"No, Aiden. Berdasarkan informasi yang aku dapat dari bagian administrasi kepegawaian rumah sakit ini, Alicia Taylor sedang dalam masa cuti melahirkan sejak sebulan lalu."
121Please respect copyright.PENANAhlRI9S9tTm
Peter dan Aiden tidak menutupi keterkejutannya. "Bagaimana mungkin? Dia menunjukkan tanda pengenalnya sebelum aku mulai bertanya padanya pagi ini. Dan dia kelihatan baik-baik saja, bukan seperti seseorang yang baru saja melahirkan. Dia sangat seksi dan terlihat siap melenggang di ajang pameran lingerie edisi terbaru Victoria's Secret," tegas Peter dengan wajah bingung.
121Please respect copyright.PENANAjp4l8cPf9P
"Kalau begitu kurasa kita bisa sepakat dalam satu hal." Hayden memandang Aiden dan Peter bergantian. "Wanita itu, perawat yang tadi kau temui, Pete... dia bukan Alicia Taylor."
121Please respect copyright.PENANAaDUNa2Znio
"Shit." Peter mengusap wajahnya gusar.
121Please respect copyright.PENANAzzaYQYSL4z
"Sepertinya insting polisimu kali ini tepat, Pete. Cobalah kau ingat dimana kau melihatnya."
121Please respect copyright.PENANACMKeVUK7fe
"Insting polisi?" Hayden menatap Aiden dengan kedua alis yang terangkat.
121Please respect copyright.PENANAR9eYvDslw6
"Peter merasa pernah melihat wajahnya entah dimana."
121Please respect copyright.PENANAF0lvH0YIwH
Hayden memandang Peter sesaat. "Yah... pulanglah Pete. Kau pasti kelelahan berada di rumah sakit sejak kemarin. Istirahatlah sebentar, mungkin bisa membantu menyegarkan ingatanmu."
121Please respect copyright.PENANAYZWMihRy21
Peter mendesah pasrah. Dia berbalik menuju pintu keluar, menyetujui saran Hayden untuk beristirahat.
121Please respect copyright.PENANAVWLoBkAzA7
"Bagaimana dengan para tersangka?" tanya Aiden setelah Peter tidak terlihat lagi.
121Please respect copyright.PENANAtD7M3V432H
"Belum banyak perkembangan. Mereka bertiga sama-sama tidak memiliki alibi pada saat kematian Amy Marlon."
121Please respect copyright.PENANAWTBsbPkXO2
"Beritahu aku kalau ada perkembangan. Mungkin aku bisa membantu sesuatu."
121Please respect copyright.PENANA8sR4uKJNLi
Hayden duduk disamping Aiden. Dia menatap Aiden tajam dari samping. "Kau tahu, selama ini kau selalu membantu, Aiden. Kau bahkan bukan polisi, tapi aku selalu melibatkanmu."
121Please respect copyright.PENANAh1K4lAqE7K
"Aku tidak keberatan terlibat."
121Please respect copyright.PENANA5XK438Lrkf
"Aku tidak ingin kau terlibat terlalu jauh."
121Please respect copyright.PENANAztRWYdr32a
Aiden terdiam. Dia paham kemana kalimat Hayden barusan mengarah. "Kejadian di Anne Marie itu hanya kebetulan. Aku tidak tahu salah satu dari mereka akan menikamku."
121Please respect copyright.PENANAMLxZZMgnIM
"Itu tidak akan terjadi lagi. Aku tidak akan melibatkanmu terlalu jauh seperti itu lagi. Terlalu beresiko."
121Please respect copyright.PENANAu4yZ6thdte
Yah memang benar. Itu pertama kalinya Aiden terlibat terlalu jauh. Operasi semacam itu biasanya harus dilakukan oleh polisi terlatih, bukan warga sipil amatiran sepertinya. Sayangnya kepolisian Costa City sudah kehabisan waktu dan orang-orang di Anne Marie sudah mengenali wajah Hayden dan Rick serta beberapa polisi lainnya. Jadi ketika dia mengajukan diri, Marcus Quilan -Atasan Hayden sekaligus Kepala Polisi Costa City- langsung setuju. "Kurasa sebanding dengan yang kita dapat. Informasi tentang BA itu memberikan inspirasi baru bagi kepolisian Costa City untuk menentukan pergerakan yang tepat selanjutnya."
121Please respect copyright.PENANAfocPqxJkcC
"Dengan meresikokan dirimu? No, Aiden. Itu tidak sebanding." Hayden mengucapkannya agak terlalu keras hingga menarik perhatian beberapa pengunjung di dekat mereka.
121Please respect copyright.PENANAwkYWjbdToe
Aiden menyeringai menatpnya. "Berbicara tentang resiko yang harus aku terima, kau berhutang padaku Hayden," ucapnya sambil menyentuh lengan kiri Hayden dengan kepalan tangan kanannya.
121Please respect copyright.PENANAjahMMeVh08
"Aku tahu." Hayden berdiri dan melangkah menuju pintu keluar. Aiden merasa pria itu bermaksud menghindari topik balas budi, apappun bentuknya.
121Please respect copyright.PENANAtiVn6gSKbi
"Waahh... jadi wakil kepala polisi sekaligus bujangan paling diincar di kota ini bermaksud menghindar dari tanggung jawab?" sindir Aiden sambil menahan senyumnya. Hayden yang sudah hampir tiba di depan pintu keluar kemudian berbalik. "Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab. Aku merasa kau akan meminta sesuatu yang tidak mudah, karena itu aku berimprovisasi memulai misi balas budiku lebih awal."
121Please respect copyright.PENANAfpdrg2001D
Aiden menatapnya sambil mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu, Hayden?"
121Please respect copyright.PENANAGhmMBlYRVN
"Dari semua tempat makan yang potensial di kota ini, menurutmu kenapa aku mengajakmu memilih sarapan sandwich di Café di seberang sana?" Hayden menjawab santai sambil menunjuk ke arah Café dengan gerakan kecil kepalanya.
121Please respect copyright.PENANAMpSIxGpn9A
Aiden menatapnya bingung. Namun begitu pemahaman itu merasuk ke kepalanya, sedetik kemudian dia menatap terkejut pada Hayden. Kalau yang ada di kepalanya benar, maka dia tidak akan salah mengartikan tatapan geli Hayden pagi ini saat melihatnya datang dengan membawa sandwich dan kopi tambahan. Hayden ingat dengan gadis itu? Irina?
121Please respect copyright.PENANAhs69jmnOQn
"Ya, ya. I know. Your welcome, Aiden." Hayden meraih kenop pintu sambil menatap penuh arti pada Aiden, mendorongnya terbuka kemudian melanjutkan langkahnya keluar dengan cengiran lebar di wajahnya.
121Please respect copyright.PENANAD0IE6vvgW3
Shit!
***
Thanks for reading.
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead, you can read it free on wattpad: The Black Angels by ghian7st
ns 172.71.254.195da2