"Tersangkanya mulai mengerucut."
193Please respect copyright.PENANARupDTDigvG
Aiden hanya berdeham sambil mengunyah sandwichnya. Saat ini mereka sedang sarapan bersama di salah satu sudut café di depan rumah sakit Brigham, tempat perawatan Ms. Marlon. Polisi masih tampak berjaga cukup ketat.
193Please respect copyright.PENANAgLeKgtOgNZ
"Ada berapa?"
193Please respect copyright.PENANAc2z6i36js4
"Tiga."
193Please respect copyright.PENANAgn9pkGmGaX
"Kukira akan lebih banyak."
193Please respect copyright.PENANAdHzLbn5Pal
"Untunglah tidak sesuai perkiraanmu."
193Please respect copyright.PENANAmCLA2A05JV
"Tiga orang itu sudah diperiksa?"
193Please respect copyright.PENANAl9E39XsIDS
"Sedang diperiksa oleh Rick."
193Please respect copyright.PENANAJ2m7B7pOCB
"Aku tidak melihat Peter lagi sejak semalam. Apakah dia ikut memeriksa tersangka?"
193Please respect copyright.PENANA2eGsIlHEtQ
"No. Dia sedang sibuk berusaha membuat dirinya terlihat menarik di depan dokter Candice."
193Please respect copyright.PENANAExia3SNQ9B
"Aku harap dokter itu memiliki stock kesabaran diatas rata-rata. Terkadang Peter bisa keterlaluan. Kuharap kali ini dia berhasil tanpa perlu terlalu memaksakan dirinya."
193Please respect copyright.PENANAFep3BniLpL
"Menurutku Peter tidak akan mudah menyerah dengan yang satu ini."
193Please respect copyright.PENANAZd2u8JIgZf
"Oh ya?" Aiden menaikkan sebelah alisnya.
193Please respect copyright.PENANARqaqRYkbXi
"Kau tahu, pertama kalinya Peter melihat dokter cantik itu di UGD saat mengantar Ms.Marlon, dia bereaksi seperti ngengat melihat api. Dia menatapnya nyaris tanpa mengalihkan perhatian. Dia bilang saat matanya menatap sosok dokter Candice dia merasakan jantungnya berdebar lebih cepat."
193Please respect copyright.PENANAhHsAcOyD0l
"Kalau begitu seharusnya dia juga mendaftarkan diri sebagai pasien di UGD itu."
193Please respect copyright.PENANAe83KAUlYEQ
"Maksudmu supaya dia punya kesempatan mendekati dokter Candice?"
193Please respect copyright.PENANAQHaunBm5Yz
"Bukan. Tentu saja supaya jantungnya diperiksa. Kalau tiba-tiba jantung itu berdetak lebih cepat mungkin ada yang salah dengan jantungnya."
193Please respect copyright.PENANACcupzHciMY
"Kau tidak pernah tertarik dengan seseorang sampai jantungmu berdetak lebih cepat?"
193Please respect copyright.PENANAXi9LaJavT4
"Mrs. Marlon juga pasti merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat dia sadar akan menjadi korban pembunuhan. Apa berarti dia tertarik dengan pembunuhnya?"
193Please respect copyright.PENANAMmb9d0dfCl
"Tidak juga. Yang jelas Peter kelihatannya serius dengan yang ini."
193Please respect copyright.PENANAgXqm1L1x2U
"Aku tidak yakin. Dia tidak terlalu menunjukkan niat kencan seriusnya pada dokter Candice. Dia harus benar-benar berusaha keras."
193Please respect copyright.PENANAjeHxUo3reS
"Lucu sekali, Aiden. Terakhir kali aku ingat, justru kau yang tidak pernah berkencan. Kapan terakhir kali kau pergi dengan seorang wanita?"
193Please respect copyright.PENANA32884Grq5n
Aiden tersedak kopi yang dia minum. What the hell!
193Please respect copyright.PENANAsO3I0ivqsJ
"Kenapa kau tiba-tiba tertarik dengan urusan kencanku?"
193Please respect copyright.PENANAwOkuFr2q0g
"Aku bahkan tidak pernah melihatmu makan bersama seorang wanita."
193Please respect copyright.PENANAbeuCpMvAyd
"Kau kan tidak mengikutiku setiap waktu."
193Please respect copyright.PENANAvxaYytjBOi
"Tidak adakah seseorang yang membuatmu tertarik, Aiden?"
193Please respect copyright.PENANAcImZyCRtrk
Lily...
193Please respect copyright.PENANAAFkMLE4w15
Aiden berdeham. Dia mulai merasa tidak nyaman duduk di kursinya sambil menghadapi tatapan tajam penuh selidik dari Hayden. Sesaat dia merasa memahami perasaan para tersangka yang harus menghabiskan berjam-jam di ruangan interogasi bersama Hayden. Diam-diam Aiden bersyukur karena dulu dia tidak perlu harus berhadapan dengan Hayden saat menjadi tersangka. Pria itu kadang bisa menyeramkan.
193Please respect copyright.PENANAGLdD8mtlkx
"Tidak ada satupun?"
193Please respect copyright.PENANANkKeMbjJOX
Dan pantang menyerah.
193Please respect copyright.PENANAnSH2yUcy4B
Aiden hanya mengedikkan bahunya sambil melanjutkan melahap sandwichnya. Dia menatap ke segala arah selain pada Hayden. Dia tahu Hayden masih menatapnya spekulatif. Tapi dia bukan tersangka. Dia tahu Hayden tidak berhak membuatnya bicara. Dan dia lebih tahu bahwa Hayden tidak akan memaksanya membahas gadis itu lagi.
193Please respect copyright.PENANAKbMq80MF9Y
"Kau masih mengingatnya?"
193Please respect copyright.PENANAeQpHii5Lxw
Sekian tahun hidup bersama dengan Hayden, dirinya mengira sudah cukup paham orang seperti apa Hayden. Lihatlah betapa salahnya dia. Hah.
193Please respect copyright.PENANAHQhhfmITe2
"Yah. Kau tak perlu menjawabnya. Kurasa kau memang masih mengingatnya. Pernahkah kau membayangkan akan seperti apa teman kecilmu itu sekarang?"
193Please respect copyright.PENANAAgphRks1N8
Aiden meletakkan sandwichnya pada nampan sarapannya dan meminum kopinya beberapa teguk sebelum akhirnya menyerah untuk bicara.
193Please respect copyright.PENANAQhFFndVU6U
"Kurasa aku tidak akan pernah lupa padanya. Aku masih sering bermimpi melihatnya."
193Please respect copyright.PENANA3xK32wAySP
"Kau masih berkonsultasi dengan dokter Jo?"
193Please respect copyright.PENANALU4R04T6RE
"Kadang-kadang."
193Please respect copyright.PENANAQrsBW9geHa
Aiden menatap keluar jendela. Dia memperhatikan daun-daun maple yang berserakan di tempat parkir rumah sakit Brigham.
193Please respect copyright.PENANA38UDwuJlmE
"Hmm... Oke. Kurasa aku harus kembali memeriksa kondisi Ms.Marlon dan menghubungi Rick untuk mencari tahu perkembangan pemeriksaan para tersangka."
193Please respect copyright.PENANAWjLlqP9uzp
Hayden akhirnya melangkah keluar café setelah memandang Aiden beberapa saat dan merasa yakin bahwa dirinya diabaikan.
193Please respect copyright.PENANArjJGHWjvmS
***
193Please respect copyright.PENANACgdJYq0TN4
Aiden tersadar dari lamunannya. Bukan karena pintu café itu terbuka tiba-tiba hingga suaranya menarik perhatian pengunjung. Bukan karena seorang pria berdasi yang kini berdiri disamping kasir itu mengumpat cukup keras. Tapi karena kata-kata pria itu.
193Please respect copyright.PENANAh77Z33zjfT
"Kau terlambat lagi hari ini, Irina!"
193Please respect copyright.PENANAlamFzijw03
Irina? Aiden menoleh ke arah pintu.
193Please respect copyright.PENANAmEokz54oHN
Disana ada seorang gadis berdiri dengan canggung. Dia terlihat ragu dan tidak yakin sesaat sebelum akhirnya melangkah menghadap pria berdasi tadi.
193Please respect copyright.PENANAz3lB3OCqpM
"I'm sorry, Boss," ucapnya pelan.
193Please respect copyright.PENANAw4SEH6ShT5
"Apalagi alasan konyolmu kali ini? Membeli bunga lagi? Atau membeli kue ulang tahun? Apa lagi?"
193Please respect copyright.PENANAEnBhUVJfR8
Gadis yang dipanggil Irina itu hanya terdiam.
193Please respect copyright.PENANAlYJN7X3XuE
"Sekali lagi, Irina.. Hanya sekali lagi aku memberimu kesempatan. Setelah itu apapun alasanmu terlambat, kau tidak perlu kembali lagi ke sini untuk bekerja."
193Please respect copyright.PENANAODQAYUuDb5
"Thanks, Boss," ucapnya ceria dengan tatapan terkejut.
193Please respect copyright.PENANAJ4vZiL4W7o
Boss berdasi hitam itu lantas berbalik dan masuk melalui sebuah pintu bertuliskan 'Staff Only'. Irina segera bergeser ke kasir dan melepas jaket hitam yang dikenakannya.
193Please respect copyright.PENANA1FdwcjQC64
Ada sesuatu yang dirasakan Aiden. Suatu perasaan asing. Perasaan itu perlahan berkembang mendominasi perasaan lainnya. Seakan sebelumnya perasaan itu tertidur dan kini terbangun karena gadis bernama Irina itu. Kakinya ingin melangkah kesana, menghampiri gadis itu. Dia menggigit bibirnya karena takut jika tiba-tiba bibirnya memanggil namanya. Otaknya seakan berhenti berfungsi. Yang dia lakukan hanya duduk di kursinya, tidak bergerak. Matanya menatap lekat setiap gerak-gerik Irina. Cara kedua kaki jenjangnya melangkah bergantian, caranya berdiri, caranya melepas jaket, caranya mengikat rambut dan caranya berbicara. Pemikiran itu mengganggunya.
193Please respect copyright.PENANAVqZn6IHsQ2
"Thanks sudah menggantikanku, Claire."
193Please respect copyright.PENANAZheKjrFiUC
"Ya, ya aku tahu kau punya hal-hal aneh yang kau kerjakan pada waktu yang tidak tepat. But seriously, Irina, Boss benar-benar akan memecatmu jika kau terlambat sekali lagi."
193Please respect copyright.PENANAKfHANqvCnu
"Yah. Semoga lain kali aku punya kesempatan memilih, melakukan hal aneh atau datang tepat waktu dan tidak kehilangan pekerjaanku."
193Please respect copyright.PENANAmY0LJ6hPNV
"Kau benar-benar harus berusaha. Ya sudah, aku harus membantu Boss menyiapkan laporan keuangan bulan lalu. Fokuslah bekerja. Jangan banyak berulah hari ini."
193Please respect copyright.PENANA4rxa68Z5uC
"Alright, Mom!" Irina tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya sambil mengikat rambut panjangnya ke belakang secara terburu-buru.
193Please respect copyright.PENANA0glUugxQ5Z
Ikatan rambutnya tidak rapi. Membuat beberapa helai jatuh membingkai wajah cantiknya. Aiden menahan diri untuk tetap duduk. Dia hanya mengizinkan dirinya untuk menatap saja. Ya, ya. Benar. Hanya menatap saja. Tidak lebih.
193Please respect copyright.PENANAmNCr4sy1G7
Tidak, dia tidak ingin menghampiri gadis itu, mengajaknya bicara dan menyematkan helaian rambut yang terjuntai itu kebelakang telinganya. Tentu saja tidak.
193Please respect copyright.PENANAYkN5KLo5OU
"Hei, aku bahkan lebih muda darimu. Berhenti memanggilku begitu. Bagaimana kalau ada yang salah paham?"
193Please respect copyright.PENANAK1r1laBkkj
"Salah paham bagaimana?" kata Irina sambil tersenyum menatap Claire.
193Please respect copyright.PENANA5ExqnpCJoD
"Yah bagiamana kalau ada pria tampan yang potensial sebagai kekasih dan dia salah paham menganggapku sudah tua karena kau memanggilku 'Mom' ?"
193Please respect copyright.PENANAp85lGlNOR1
"Memangnya ada yang akan salah paham padamu?"
193Please respect copyright.PENANAKTE3PYKEnp
"Hati-hati bicaramu, Nona. Kau sendiri juga payah soal urusan asmara. Yang jelas, aku tidak ingin pria seperti dia salah paham."
193Please respect copyright.PENANATzU91HrYUn
"Pria apa?"
193Please respect copyright.PENANApC4SS7fzEv
"Pria di meja di sudut jendela ujung sana yang sejak tadi menatapmu," Claire berbisik pelan kemudian bergegas menemui Bossnya. Irina menoleh ke meja yang tadi ditunjuk Claire. Matanya bertatapan dengan sepasang mata berwarna hazel yang menatapnya tajam. Dia terkesiap ketika pria itu tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahnya.
193Please respect copyright.PENANAi03F6V5LmQ
***
193Please respect copyright.PENANAEhqQrE8JU3
Hayden langsung mengerutkan alisnya saat Aiden berjalan menghampirinya dengan membawa satu kotak sandwich dan tiga gelas kopi.
193Please respect copyright.PENANAOM4TGtNNjp
"Aku yakin belum lama ini kau sarapan denganku, Aiden."
193Please respect copyright.PENANAztgcaIGshN
Ucapan Hayden membuat Rick ikut menatapnya. Aiden lantas memberikan satu gelas kopi untuknya.
193Please respect copyright.PENANAn6dIFiUF7b
"Aku tidak tahu ada apa, but thanks, man." Rick segera mencium dalam-dalam aroma kopi panasnya. "Yah. Paling tidak aku memang layak mendapatkan kopi setelah semalaman harus berada di ruang interogasi."
193Please respect copyright.PENANAndeuXfE7wN
"Kalau begitu kau patut bersyukur Tuhan mengirimkan sesorang sepertiku setelah penderitaanmu semalam," ujar Aiden sambil mengalihkan wajahnya menghindari tatapan geli Hayden.
193Please respect copyright.PENANAnHfcJfEJyx
Aiden menanggapi ucapan Rick dengan tersenyum sewajarnya. Dia memang tidak sehebat Hayden dalam berpura-pura, tapi setidaknya kemampuan berbohongnya lebih baik daripada Rick. Pikirannya kacau mengingat kejadian di Café tadi.
193Please respect copyright.PENANATnwXSl0uKQ
Tuhan tahu bagaimana dia berusaha untuk tetap duduk di kursinya dan hanya menatap Irina. Dia berusaha memikirkan hal-hal lain yang menyenangkan. Hal-hal seperti memaksa Rick menelan saus pasta kental atau mengacau di kencan Peter dengan si dokter cantik -kalau dia berhasil mengajaknya kencan-, atau menghabiskan waktu dengan gadis di kasir depan. Shit.
193Please respect copyright.PENANAjWH702QHyV
Tepat ketika dia bermaksud memalingkan wajah untuk kembali mengagumi dedaunan maple yang tidak istemewa itu, Irina berbalik dan Aiden melakukan kesalahan dengan menatap langsung pada sepasang mata hijaunya yang indah.
193Please respect copyright.PENANAkqHHyKJJOz
That's it. Satu tatapan darinya, and I'm done.
193Please respect copyright.PENANA70346FejrD
Aiden berdiri dan dengan langkah mantap berjalan menuju kasir. Tatapan tajamnya membalas tatapan mata hijau Irina. Dia juga tidak melewatkan kesiap terkejut yang lolos dari bibir merahnya. Dia menyeringai kecil menyadari keberadaannya cukup mempengaruhi Irina.
193Please respect copyright.PENANAuzflD1i3PM
"Kau ingin pesan apa?"
193Please respect copyright.PENANA4uzwEZWH4w
Bahkan pertanyaan sederhana itupun mengganggunya. Oh bukan, bukan pertanyaannya tapi suaranya. Dan tiba-tiba Aiden menyadari kebodohannya.
193Please respect copyright.PENANA0nLhV08TzO
"Kau ingin pesan sesuatu?" Irina menatapnya penuh tanya.
193Please respect copyright.PENANA7rpHHw2MWI
"Hmm... ya. Sure."
193Please respect copyright.PENANAqT4sTdIp3M
"Oke" jawab Irina sambil tersenyum sambil menunggu Aiden meyebutkan pesanannya. Senyum itu menular pada Aiden. Dan hanya itu yang dia lakukan.
193Please respect copyright.PENANAKfsh0orctf
Tatapan penuh tanya Irina kini berubah menjadi kebingungan. Dia menoleh ke kanan dan kiri seakan mencari sesuatu yang tidak beres. Pandangannya kembali pada Aiden dengan kedua alis mengerut.
193Please respect copyright.PENANA8Q2fBzxRc2
Double shit.
193Please respect copyright.PENANAGCBWWjcJsz
"Ah ya... Hmm, sandwich. Beef sandwich. Satu beef sandwich, please."
193Please respect copyright.PENANAn1qxvV5YXF
"Sure." Irina tersenyum kembali dan mulai menyentuh layar di depannya kemudian berbalik untuk menyiapkan sandwich. Lagi-lagi Aiden memperhatikan segala hal saat Irina bergerak. Bagaimana tangannya bergerak untuk membuat toast, bagaimana jemarinya melipat aluminium foil, bagaimana helaian rambutnya yang menjuntai bergerak mengikuti gerakan kepalanya, lalu bagaimana... Damn it. Pikirkan hal lain, Aiden.
193Please respect copyright.PENANAqiaY2htTJW
Oke, karena tadi dia gagal memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka sekarang dia akan memikirkan hal-hal yang indah. Ferrari. Ah, ya benar. Memiliki Ferrari Lusso di halaman rumah jelas merupakan pemandangan yang indah. Bayangkan mobil itu berwarna hitam dan bagaimana kilau cahaya matahari yang terpantul dari mobil itu. Tapi dalam bayangannya tiba-tiba pintu mobil itu terbuka dan Irina melangkah keluar dari sana, melepaskan jaket hitamnya dan membiarkan rambut panjangnya tertiup angin. Kemudian...
193Please respect copyright.PENANAVItZQNmkYh
"Ada yang lain?"
193Please respect copyright.PENANAK6XYejmKA8
Holy Shit. Pikirannya benar-benar kacau. Mungkin seharusnya dialah yang berada di UGD dan meminta dokter Candice memeriksa kepalanya.
193Please respect copyright.PENANAGVtqoWTleT
"Kopi."
193Please respect copyright.PENANAfi2BPk4nPR
"Gula atau cream?"
193Please respect copyright.PENANAniJPzQwt0G
"Boleh aku dapat keduanya?"
193Please respect copyright.PENANAULgXqKCHbf
"Sure." Sekali lagi Aiden menatap Iriana yang bergerak untuk menyeduh kopinya.
193Please respect copyright.PENANAg9HgsLDb0g
Jangan berpikir apapun, Aiden. Jangan berpikir apapun. Jangan berpikir apapun. Jangan berpikir apapun.
193Please respect copyright.PENANAi2ho0pXnOF
"Make it three, please," ucap Aiden tiba-tiba saat dia menyadari Irina lebih cepat menyiapkan kopi daripada saat membuat sandwichnya. Karena otak kacaunya sedang tidak dapat diandalkan, jadi dia hanya berharap semoga mulutnya tidak mengucapkan hal aneh. Sudah cukup jauh dia mempermalukan dirinya.
193Please respect copyright.PENANAjtYsRITJ7R
Dan dia tidak bermaksud menambahnya dengan bersikap jujur pada Hayden sekarang.
193Please respect copyright.PENANAS95XIzIkOd
"So... karena kau hanya berdiri diam sejak tadi, aku anggap hanya segelas kopi inilah yang kudapat?" kata Rick sambil menelengkan kepalanya menatap kontak sandwich di tangan Aiden. "Tanpa sandwich?" lanjutnya.
193Please respect copyright.PENANA2XwcrKrAk2
Aiden baru akan menjawab 'tidak' pada Rick saat dia melihat Peter berbelok dari ujung lorong. Wajahnya menunjukkan kelelahan yang sama dengan Rick. Peter duduk di ujung kursi di kanan Hayden. Rick mencondongkan tubuhnya dan memandang Peter melewati Hayden.
193Please respect copyright.PENANA4E7RpDUGKe
"Wajahmu terlihat lebih mengerikan, Pete.." Rick kembali menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyibukkan diri dengan kopi panasnya.
193Please respect copyright.PENANAQ1YNUXjkzs
"Liza mengatakan sesuatu pagi ini saat dia terbangun," gumam Peter sambil menerawang.
193Please respect copyright.PENANARWswx731QY
"Liza?" Aiden yang baru sadar dari lamunannya tentang Irina tiba-tiba merasa tertarik dengan ucapan Peter.
193Please respect copyright.PENANA2XIlc7MPnM
"Liza... Elizabeth Marlon."
193Please respect copyright.PENANAcikgoN8CtS
"Aahh... jadi itu nama Ms. Marlon."
193Please respect copyright.PENANArFLDfiZGwL
"Apa yang dia katakan?" tanya Hayden.
193Please respect copyright.PENANAu1jKEOOdIX
Peter melepas jaket cokelatnya dan membiarkannya terkulai di kursi. "Dia bilang ibunya pernah terlihat dengan seorang pria disebuah restoran Italia kira-kira hampir dua minggu lalu."
193Please respect copyright.PENANA0Iuxj7L0zd
"Perselingkuhan?"
193Please respect copyright.PENANAEDjqGe9RdO
"Kurasa bukan, Hayden. James Marlon dan Amy Marlon sudah bercerai empat tahun lalu. Saat itu Liza masih berusia lima belas tahun dan mereka tinggal di LA."
193Please respect copyright.PENANA4WDcSNVjPI
"Jadi dia melihat ibunya secara kebetulan dengan pria itu?"
193Please respect copyright.PENANASQ90QpgglI
"Tidak bisa disebut kebetulan."
193Please respect copyright.PENANAVoJoR87tR3
Kini Aiden dan Rick ikut memandang Peter. "Liza mendapat email yang memberitahunya bahwa beberapa hari lagi ibunya akan melakukan sesuatu yang menarik. Orang itu memberikan tempat, waktu dan letak meja yang akan didatangi ibunya."
193Please respect copyright.PENANAn8M4EHprxj
"Liza kesana?"
193Please respect copyright.PENANAr0Tvi0PwTx
"Yah. Dia datang kesana dan melihatnya tepat seperti yang dijelaskan di email."
193Please respect copyright.PENANAID4OkmjWQg
"Dia melihat pria itu?"
193Please respect copyright.PENANA38ViNYqaGJ
Peter mengangguk menjawab pertanyaan Hayden. Dia terdiam sesaat sebelum akhirnya melanjutkan.
193Please respect copyright.PENANA4luRQXAX0m
"Dia mengaku tidak tahu siapa pria itu. Tapi saat aku minta dia menyebutkan ciri-cirinya, Liza terlihat ketakutan. Aku meninggalkannya sejenak untuk sarapan dan bermaksud menanyakannya kembali setelahnya."
193Please respect copyright.PENANAljgnppqSbR
Hayden lantas berdiri di ikuti oleh Rick. "Oke... Kau beristirahatlah Pete, aku yang akan menemui Ms.Marlon."
193Please respect copyright.PENANA9bly3syDhh
"I don't think so, Hayden."
193Please respect copyright.PENANAm7rBiBHAmp
Hayden dan Rick yang baru mulai melangkah berhenti mendengar kalimat tegas Peter. Aiden yang menatap Peter tiba-tiba terlihat gusar.
193Please respect copyright.PENANACtyNjfrd6q
"Why, Pete?" tanya Rick.
193Please respect copyright.PENANAP78qJ8rE3h
Peter menghembuskan nafas panjangnya. Masih sambil menatap menerawang dia berujar, "Seorang perawat yang mengantarkan sarapannya pagi tadi mengucapkan bela sungkawa padanya atas kematian ibunya. Dia mencoba bersikap ramah dan tanpa sadar terlalu banyak bicara."
193Please respect copyright.PENANAhihwjW5hl2
Kali ini Peter menoleh, menatap langsung pada Hayden. "Dia tahu kondisi ibunya. Dia histeris dan dokter Candice terpaksa memberinya penenang."
193Please respect copyright.PENANAnYaBLZnzKh
Tidak ada yang berbicara untuk beberapa waktu. Mereka berempat sibuk memikirkan informasi tadi.
193Please respect copyright.PENANAQwDGnv8SYp
"Kau sudah berbicara dengan perawat itu?" suara Rick mengembalikan focus mereka.
193Please respect copyright.PENANA9fVMcs33hz
"Tentu saja. Aku baru saja selesai menanyainya sebelum kesini. Tidak ada yang aneh. Dia bilang dia hanya ingin membuat Liza merasa nyaman dengan mengajaknya bicara, terlebih setelah tiga hari ini dia berada di ruangan yang secara khusus hanya dikelilingi polisi. Dia mengira mungkin Liza perlu teman bicara. Tapi dia tidak tahu bahwa belum ada yang mengatakan padanya tentang kepala ibunya yang kini masih menjadi misteri."
193Please respect copyright.PENANAsaDXwhbhJi
"Dia pasti sangat terpukul." Rick terlihat sedih sambil menatap pintu kamar Liza Marlon di kejauhan.
193Please respect copyright.PENANAlIowEP7yP9
"Aku ingin bertemu dengan perawat ini. Dimana dia, Pete?" tanya Hayden sambil melihat jam tangannya.
193Please respect copyright.PENANAyiRTx0iik9
"Belok kanan di ujung lorong itu kemudian berbeloklah ke kiri. Dia ada di ruangan staff di dekat sana. Kau tidak akan kesulitan menemukan ruangan itu. Namanya Alicia Taylor."
193Please respect copyright.PENANACwPSjzUzXS
"Oke." Hayden menepuk bahunya singkat kemudian melangkah menjauh.
193Please respect copyright.PENANAyCjWifn4rH
"Kurasa aku akan pulang sebentar. Aku butuh tidur," ucap Rick sambil menguap. "See you later, guys."
193Please respect copyright.PENANAJqQLlcKio9
Aiden duduk di samping Peter. Dia menyerahkan kotak sandwich dan segelas kopi panasnya. Peter tersenyum simpul. "Kadang aku lupa bahwa kau pandai menebak, Aiden." Peter meneguk kopinya kemudian melahap sandwich itu.
193Please respect copyright.PENANAgP4ckKQlJz
"Tentang apa?"
193Please respect copyright.PENANASGwfjp55Yy
"Banyak hal."
193Please respect copyright.PENANALRBopCX4Wa
"Seperti?"
193Please respect copyright.PENANAaC6WypGErR
"Seperti kenyataan bahwa aku kelaparan dan tidak sempat sarapan pagi ini."
193Please respect copyright.PENANAVmRysAXWPv
Aiden lantas memandangnya. "Yah... mungkin aku punya insting polisi yang luar biasa."
193Please respect copyright.PENANAWCOz36lkY1
"Entahlah. Aku sering merasa kau tahu banyak hal bahkan sebelum seseorang mengatakan apapun padamu. Kau bahkan bukan polisi."
193Please respect copyright.PENANAdllrBq0F0U
Aiden hanya tersenyum samar. Dia mengalihkan pandangannya. Menatap orang-orang yang berlalu di koridor di hadapannya.
193Please respect copyright.PENANAH1TRzcHCvf
"Darimana asalnya ini?"
193Please respect copyright.PENANAo78Z8QBA2F
"Apa?" Aiden bertanya tanpa menoleh.
193Please respect copyright.PENANAlVuViFailr
"Sandwich ini. Rasanya lezat. Sepertinya aku sudah menemukan menu sarapanku untuk besok. Dimana kau membelinya?"
193Please respect copyright.PENANA3NX7P01jtU
"Kau bermaksud memakannya setiap hari untuk sarapan?" Ada sedikit perasaan tidak suka yang Aiden rasakan saat bayangan Peter sang penggoda wanita itu bertemu Irina setiap pagi untuk sekotak sandwich atau kopi. Atau keduanya.
193Please respect copyright.PENANAEUwtO4gTd7
"Aku bilang besok, bukan setiap hari."
193Please respect copyright.PENANAyiAMbl57aP
"Aku bisa membantumu membelinya."
193Please respect copyright.PENANAyl0opTAgTo
Kali ini Peter menoleh sambil memicingkan matanya. "Kenapa kau tiba-tiba baik hati padaku?"
193Please respect copyright.PENANAtQ1u8hRJat
"Baik hati adalah nama tengahku. Kau saja yang terlambat menyadarinya."
193Please respect copyright.PENANA4Q7u2TXpUM
Peter berdiri, melangkah menuju kotak sampah di sudut ruangan di dekat pintu keluar. Setelah memastikan kotak sandwich dan gelas kopinya yang sudah kosong mendarat sempurna di kotak sampah itu, dia berbalik. Peter masih berdiri di dekat Aiden tetapi tidak memutuskan untuk duduk.
193Please respect copyright.PENANAaZJJqTSge8
"Hei Aiden. Apa instingmu mengatakan sesuatu tentang Alicia Taylor?"
193Please respect copyright.PENANAdwxCiIQrsb
Aiden menggelang. "Aku tidak pernah mendengar namanya sebelum ini."
193Please respect copyright.PENANAzwVD6bQRXo
"Aku juga tidak pernah. Tapi insting polisiku mengatakan ada sesuatu."
193Please respect copyright.PENANAq4P1Tv6H5W
"Apa yang dikatakan insting polisimu?"
193Please respect copyright.PENANA5YQD9Ej5zA
"Wajahnya. Aku memang tidak tahu tentang dia ataupun namanya. Tapi aku merasa pernah melihat wajahnya sebelum ini. Aku hanya tidak yakin kapan dan dimana."
193Please respect copyright.PENANAaNGKUbbsxC
"Wajahnya mirip selebritis yang foto seksinya kau koleksi? Atau mungkin mirip salah satu one night stand-mu?"
193Please respect copyright.PENANAL1rwFJVSFz
Peter berdecak dan mencibir Aiden. Dia menendang kaki kanan Aiden. Bukan tendangan serius, tapi cukup membuat Aiden tersentak. Dia baru saja akan membalas Peter saat melihat Hayden berjalan tergesa-gesa ke arah mereka.
193Please respect copyright.PENANAGiQiMsdKVi
"Hey, man. Kau dapat sesuatu? Sudah kubilang kau tidak akan kesulitan menemukan ruangan staff itu." tanya Peter khawatir.
193Please respect copyright.PENANAV56qQRupzc
"Yah, ruangan itu memang mudah ditemukan. Sayangnya justru perawat yang kau maksud tadi yang tidak kutemukan."
193Please respect copyright.PENANAyL95rHxXTd
"Tapi dia ada disana tadi. Belum berselang lama sejak aku meninggalkannya diruangan itu dan menemui kalian disini."
193Please respect copyright.PENANAyYbsfA8EqU
"Well... Aku bertanya pada perawat lain yang kebetulan berada diruangan itu. Coba tebak?"
193Please respect copyright.PENANAApwxUr2eQ3
"Aku tidak suka main tebakan. Kau cobalah, Aiden. Insting bukan polisi milikmu mungkin bisa membantu."
193Please respect copyright.PENANAFQy9Igzbip
Aiden meringis mendengar komentar Peter. "So? Kenapa dengan perawat itu? Dia tiba-tiba menolak memberikan keterangan?"
193Please respect copyright.PENANAdSZ3V7muVB
"No, Aiden. Berdasarkan informasi yang aku dapat dari bagian administrasi kepegawaian rumah sakit ini, Alicia Taylor sedang dalam masa cuti melahirkan sejak sebulan lalu."
193Please respect copyright.PENANApTWg6ciXCp
Peter dan Aiden tidak menutupi keterkejutannya. "Bagaimana mungkin? Dia menunjukkan tanda pengenalnya sebelum aku mulai bertanya padanya pagi ini. Dan dia kelihatan baik-baik saja, bukan seperti seseorang yang baru saja melahirkan. Dia sangat seksi dan terlihat siap melenggang di ajang pameran lingerie edisi terbaru Victoria's Secret," tegas Peter dengan wajah bingung.
193Please respect copyright.PENANAQzP0LSugNp
"Kalau begitu kurasa kita bisa sepakat dalam satu hal." Hayden memandang Aiden dan Peter bergantian. "Wanita itu, perawat yang tadi kau temui, Pete... dia bukan Alicia Taylor."
193Please respect copyright.PENANA96KbeauSi1
"Shit." Peter mengusap wajahnya gusar.
193Please respect copyright.PENANAyg3sXRl4ow
"Sepertinya insting polisimu kali ini tepat, Pete. Cobalah kau ingat dimana kau melihatnya."
193Please respect copyright.PENANA3uDUGrUQfk
"Insting polisi?" Hayden menatap Aiden dengan kedua alis yang terangkat.
193Please respect copyright.PENANASZh5lQUJKi
"Peter merasa pernah melihat wajahnya entah dimana."
193Please respect copyright.PENANAC1DxreRdWO
Hayden memandang Peter sesaat. "Yah... pulanglah Pete. Kau pasti kelelahan berada di rumah sakit sejak kemarin. Istirahatlah sebentar, mungkin bisa membantu menyegarkan ingatanmu."
193Please respect copyright.PENANAEoCwaOE3Yh
Peter mendesah pasrah. Dia berbalik menuju pintu keluar, menyetujui saran Hayden untuk beristirahat.
193Please respect copyright.PENANAQW2FBkiAKZ
"Bagaimana dengan para tersangka?" tanya Aiden setelah Peter tidak terlihat lagi.
193Please respect copyright.PENANA2hubaMqXxy
"Belum banyak perkembangan. Mereka bertiga sama-sama tidak memiliki alibi pada saat kematian Amy Marlon."
193Please respect copyright.PENANAT2J4DAnJGp
"Beritahu aku kalau ada perkembangan. Mungkin aku bisa membantu sesuatu."
193Please respect copyright.PENANAcu0rlMSaeN
Hayden duduk disamping Aiden. Dia menatap Aiden tajam dari samping. "Kau tahu, selama ini kau selalu membantu, Aiden. Kau bahkan bukan polisi, tapi aku selalu melibatkanmu."
193Please respect copyright.PENANA0MEwDbv3TF
"Aku tidak keberatan terlibat."
193Please respect copyright.PENANAahtksQord9
"Aku tidak ingin kau terlibat terlalu jauh."
193Please respect copyright.PENANAL3YR2dBRlN
Aiden terdiam. Dia paham kemana kalimat Hayden barusan mengarah. "Kejadian di Anne Marie itu hanya kebetulan. Aku tidak tahu salah satu dari mereka akan menikamku."
193Please respect copyright.PENANASe3MsPu654
"Itu tidak akan terjadi lagi. Aku tidak akan melibatkanmu terlalu jauh seperti itu lagi. Terlalu beresiko."
193Please respect copyright.PENANAAOQ1TFAj9M
Yah memang benar. Itu pertama kalinya Aiden terlibat terlalu jauh. Operasi semacam itu biasanya harus dilakukan oleh polisi terlatih, bukan warga sipil amatiran sepertinya. Sayangnya kepolisian Costa City sudah kehabisan waktu dan orang-orang di Anne Marie sudah mengenali wajah Hayden dan Rick serta beberapa polisi lainnya. Jadi ketika dia mengajukan diri, Marcus Quilan -Atasan Hayden sekaligus Kepala Polisi Costa City- langsung setuju. "Kurasa sebanding dengan yang kita dapat. Informasi tentang BA itu memberikan inspirasi baru bagi kepolisian Costa City untuk menentukan pergerakan yang tepat selanjutnya."
193Please respect copyright.PENANA99Hlhxawlf
"Dengan meresikokan dirimu? No, Aiden. Itu tidak sebanding." Hayden mengucapkannya agak terlalu keras hingga menarik perhatian beberapa pengunjung di dekat mereka.
193Please respect copyright.PENANAKbvxQtp1XX
Aiden menyeringai menatpnya. "Berbicara tentang resiko yang harus aku terima, kau berhutang padaku Hayden," ucapnya sambil menyentuh lengan kiri Hayden dengan kepalan tangan kanannya.
193Please respect copyright.PENANAgXFF8hb1zO
"Aku tahu." Hayden berdiri dan melangkah menuju pintu keluar. Aiden merasa pria itu bermaksud menghindari topik balas budi, apappun bentuknya.
193Please respect copyright.PENANAn4MgauKg2M
"Waahh... jadi wakil kepala polisi sekaligus bujangan paling diincar di kota ini bermaksud menghindar dari tanggung jawab?" sindir Aiden sambil menahan senyumnya. Hayden yang sudah hampir tiba di depan pintu keluar kemudian berbalik. "Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab. Aku merasa kau akan meminta sesuatu yang tidak mudah, karena itu aku berimprovisasi memulai misi balas budiku lebih awal."
193Please respect copyright.PENANADgimaXweJi
Aiden menatapnya sambil mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu, Hayden?"
193Please respect copyright.PENANAzXJxZjflJF
"Dari semua tempat makan yang potensial di kota ini, menurutmu kenapa aku mengajakmu memilih sarapan sandwich di Café di seberang sana?" Hayden menjawab santai sambil menunjuk ke arah Café dengan gerakan kecil kepalanya.
193Please respect copyright.PENANAEjj2OztIiB
Aiden menatapnya bingung. Namun begitu pemahaman itu merasuk ke kepalanya, sedetik kemudian dia menatap terkejut pada Hayden. Kalau yang ada di kepalanya benar, maka dia tidak akan salah mengartikan tatapan geli Hayden pagi ini saat melihatnya datang dengan membawa sandwich dan kopi tambahan. Hayden ingat dengan gadis itu? Irina?
193Please respect copyright.PENANABzCzKSE9nl
"Ya, ya. I know. Your welcome, Aiden." Hayden meraih kenop pintu sambil menatap penuh arti pada Aiden, mendorongnya terbuka kemudian melanjutkan langkahnya keluar dengan cengiran lebar di wajahnya.
193Please respect copyright.PENANAg8Qwlqw54V
Shit!
***
Thanks for reading.
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead, you can read it free on wattpad: The Black Angels by ghian7st
ns216.73.216.238da2