x
Klik.
139Please respect copyright.PENANAB7eujKr64S
Irina baru saja menekan saklar salah satu lampu di Café saat bayangan itu muncul. Irina tidak terkejut, dia sudah menyadari kehadirannya sejak Claire pulang dua jam lalu.
139Please respect copyright.PENANAuSXNVY7UPT
"Kau sudah selesai, sweetheart?"
139Please respect copyright.PENANA48heLfeXBL
Suara itu bagi orang lain mungkin akan terdengar menyeramkan. Tapi bagi Irina justru terdengar menjengkelkan.
139Please respect copyright.PENANA5GVEQQi4Pj
"Kupikir kau tidak akan kembali lagi, Robert." Irina menekan saklar lain dan kini café itu hanya diterangi oleh lampu jalan yang menembus ke balik dinding kaca café, membuat seluruh ruangan menjadi temaram. Irina melangkah menuju ruang kerja. Ruangan itu tidak luas, hanya berupa beberapa kubikel tempat meja kerja Mr.Russo, bosnya, dan beberapa lemari besar untuk penyimpanan dokumen dan loker barang-barang pribadi. Claire mendapatkan satu meja di ruangan itu dan Irina melihatnya sekilas saat akan bergerak menuju ruangan belakang. Tumpukan tagihan dan lembaran kertas yang diduga Irina merupakan coretan catatan belanja Café tergeletak diatasnya. Sebenarnya Claire merupakan seorang akuntan disana, namun Mr.Russo memintanya menjadi pelayan juga saat Café sedang ramai. Efisiensi, begitulah pria berperut buncit itu menyebutnya. Claire sendiri tidak keberatan karena pendapatannya menjadi sedikit bertambah. Dan sejak Irina bergabung disana, Claire lebih sering menjadi pelayan saat harus menggantikan Irina atau saat Irina terlambat. Seperti kemarin.
139Please respect copyright.PENANA8B8NOcXlOp
Irina mengulurkan tangan, membuka lokernya dan mengenakan jaket hitam yang selalu dipakainya selama musim gugur ini. Dia ada disana saat Irina menghempaskan pintu lokernya.
139Please respect copyright.PENANATrW4wPiac9
"Apa lagi maumu? Bukankah semuanya sudah kulakukan? Kenapa kau masih disini?" tanya Irina sambil membungkuk untuk mengenakan ankle bootnya.
139Please respect copyright.PENANAMasstwtnDR
"Entahlah. Mungkin karena aku masih ingin bersamamu."
139Please respect copyright.PENANALMu2skUVsz
Irina meliriknya namun tidak mengatakan apapun. Dia kemudian berdiri, membuka pintu besi didepannya dan memasang alarm seperti rutinitasnya setiap kali dia pulang malam.
139Please respect copyright.PENANAWLZcyKw4dB
Irina berjalan menyusuri jalan kecil yang diapit pepohonan rindang. "Jalan ini mengerikan."
139Please respect copyright.PENANAWIi39GJbFN
Irina tersenyum mengingat Aiden yang siang tadi mengantarnya, menyusuri jalan yang sama. Perasaannya menghangat. Bukan karena jaket hitamnya, tapi karena mengingat bagaimana Aiden menggenggam tangannya. Ingatan tentang sentuhan tangan Aiden di pipinya membuat senyumnya semakin lebar. Dia menunduk menyembunyikan senyumnya dan melangkah sambil mengamati dedaunan kering dibawahnya. Meski sudah memasuki musim gugur, namun cuaca cukup lembab sehingga ankle bootnya meninggalkan motif tertentu pada tanah di bawahnya.
139Please respect copyright.PENANAA3Qc4jtuX6
"Kenapa kau tersenyum?" pria itu bertanya tiba-tiba.
139Please respect copyright.PENANAOhGchNpNpQ
Irina masih menunduk. Dia melihat bagaimana tanah dibawahnya sedikit tertekan saat dia melangkah namun tanah disebelahnya tidak berubah. Irina mendesah panjang.
139Please respect copyright.PENANAI6rWCsqnMs
Haaah... Yah. Dia tidak bisa meninggalkan jejak kakinya.
139Please respect copyright.PENANA1q5gas6kO2
"Aku hanya ingin tersenyum."
139Please respect copyright.PENANA0T0GtHKQqR
"Karena pria itu? Pria yang tadi siang mengantarmu?"
139Please respect copyright.PENANAZ20yYHrFKS
Kepala Irina bergerak menatap pria itu. Wajah pria itu pucat, pandangannya tanpa ekspresi dan auranya dingin. Yah, bukan pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat. Terlebih saat malam hari dan sendirian seperti sekarang. Tapi Irina pernah melihat yang lebih buruk. Hantu di depannya itu setidaknya masih mengerti bersikap sopan. Atau setidaknya begitulah anggapan Irina.
139Please respect copyright.PENANAVwWBLdX8uJ
"Apalagi yang kau inginkan? Aku sudah menyerahkan dokumen asuransi jiwa milikmu pada adikmu kemarin. Aku bahkan sampai harus terlambat bekerja."
139Please respect copyright.PENANA7kkoDIxD4E
"Yah. Dan bosmu berteriak padamu. Aku melihatnya."
139Please respect copyright.PENANAv3ufDNO8ei
"Terima kasih kalau begitu. Semuanya berkat dirimu!"
139Please respect copyright.PENANAJMj94TriDG
Irina menghentakkan kakinya berusaha meninggalkan hantu itu meski tahu usahanya sia-sia. Merekalah yang memutuskan kapan meniggalkanmu, bukan sebaliknya. Irina sudah tahu itu sejak dia bisa mengingatnya saat kecil.
139Please respect copyright.PENANAYACyZzpa7m
Irina menatap sekilas pada area parkir rumah sakit Brigham. Malam ini ada dua mobil patroli disana, namun mobil Hayden tidak terlihat. Irina melanjutkan langkahnya sambil mendesah kecewa. Apa yang kau harapkan, Irina? Tidak mungkin Aiden menunggumu. Kau hanya kebetulan ada di lorong yang sama dengannya saat terjadi tragedi di Anne Marie.
139Please respect copyright.PENANA7Cmc5kV0gu
"Akhir-akhir ini mendapatkan pekerjaan terasa lebih sulit dibanding tiga tahun lalu. Aku tidak ingin kau dipecat begitu saja."
139Please respect copyright.PENANAvhN0TZdNFj
"Terima kasih lagi untuk pengertianmu. Kalau kau memang sungguh paham, tolong jangan mencariku lagi. Keinginan terakhirmu sudah kulakukan. Aku yakin adikmu akan menggunakan uang asuransi kematianmu dengan bijak. Dia terlihat seperti gadis yang baik."
139Please respect copyright.PENANA4HAI4ocnax
"Dia memang gadis yang baik, Irina."
139Please respect copyright.PENANAxfo07EEr2z
"Kalau begitu kau bisa pergi."
139Please respect copyright.PENANAI64Jw7i4BG
"Kau tidak suka aku disini? Bukankah dulu kita sering makan siang bersama?"
139Please respect copyright.PENANApC7fDX62YI
Robert Romanov, seorang pria keturunan Rusia berusia pertengahan dua puluhan. Irina mengenalnya saat bekerja di Clark Victory tiga tahun lalu. Gosip mengenai Andrew dan Claire merebak cukup cepat disana. Robert termasuk salah satu karyawan yang penasaran mengenai gosip yang menyeret nama calon pewaris Clark Victory. Cukup penasaran hingga dia sengaja mengunjungi Irina di lantai empat belas. Sampai sekarangpun Irina tidak pernah tahu bagaimana Robert menyadari kedekatannya dengan Claire. Dan Irina tidak pernah bertanya.
139Please respect copyright.PENANA2tcDlh5q6X
Semula memang karena gosip itu, namun Robert tetap menemuinya bahkan setelah gosip itu tidak lagi menjadi bahan perbincangan. Mereka berteman, kalau memang beberapa kali acara makan siang bersama yang terjadi secara kebetulan bisa dikategorikan sebagai pertemanan.
139Please respect copyright.PENANAsb2GJZGZM3
Hampir satu tahun setelahnya, Irina dan Claire memutuskan berhenti dari Clark Victory dan mencoba peruntungan sebagai staff wedding organizer di Dallas. Takdir berpihak, dan mereka mulai memantapkan karir dan keuangannya perlahan. Bahkan sampai saat itupun, Robert masih menemuinya. Kadang bertiga bersama Claire, namun lebih sering berdua. "Aku merasa tidak lama lagi akan menyusun rencana untuk pernikahanmu, Mrs.Romanov." Irina ingat Claire sering menggodanya begitu. Dan bukannya tersipu, Irina justru merasa terganggu.
139Please respect copyright.PENANAOgYvCCYaSX
Oke, dia belum pernah dekat dengan pria manapun sebelumnya. Percayalah, pernah ada pria yang benar-benar mendekatinya. Tapi semuanya tiba-tiba menghilang tanpa kabar atau berubah sikap menjadi orang asing setelah menyadari keanehan Irina. Yah, Irina mampu melihat dan berbicara dengan roh-roh orang yang sudah meninggal.
139Please respect copyright.PENANAZePo1SYdhL
Dia tidak mengerti bagaimana cara kerjanya, tapi banyak roh-roh yang datang padanya entah untuk memintanya melakukan sesuatu atau sekadar mengajaknya bicara. Mereka datang padanya pada waktu-waktu yang tidak terduga.
139Please respect copyright.PENANAL1hlPR53qj
Salah satunya pernah menemuinya saat Irina kecil sedang berendam di kamar mandi dirumah lamanya di Los Angeles. Sejak saat itu dia memiliki kebiasaan baru, mandi tanpa melepas pakaiannya.
139Please respect copyright.PENANAkbybpTkoTz
Hampir seluruh tetangganya mengatakan dia mendapat kutukan. Sebagian lainnya mengatakan dia pembawa sial. Seluruh ibu yang tinggal di gedung apartemen yang sama memastikan anak mereka menjauhi Irina. Bahkan kasir minimarket di depan gedung apartemennya enggan bertatap muka dengannya. Jadi begitulah kehidupan penuh keheningannya dimulai. Dan dengan dia bekerja di dekat rumah sakit -dimana hampir setiap hari selalu ada yang meninggal- tidak banyak merubah hal itu.
139Please respect copyright.PENANAcENxIDjdqb
Saat dia kecil, beberapa roh anak-anak yang meninggal sering bermain dengannya. Seiring berjalannya waktu dan perubahan usianya, tidak banyak lagi roh-roh kecil itu yang muncul menemuinya. Mereka kadang bisa sangat mengganggu, namun juga terlihat menyenangkan layaknya anak-anak manusia yang bermain penuh tawa.
139Please respect copyright.PENANAYJjlqnAd9P
Bayangkan betapa terkejutnya dia saat seminggu yang lalu tiba-tiba melihat Robert Romanov muncul di Black Russo, Café tempatnya bekerja. Bukan lagi sebagai teman lama yang menginginkan makan siang bersama.
139Please respect copyright.PENANAOmfGWG5mIQ
"Sudah hampir satu tahun berlalu sejak terakhir kali kita bertemu, Rob."
139Please respect copyright.PENANAYomVjbCn1E
"Tidak juga, Irina. Aku merasa kita baru saja bertemu satu minggu yang lalu."
139Please respect copyright.PENANAd8RP7Gz37O
"Karena kau memang menemuiku satu minggu lalu."
139Please respect copyright.PENANAUXFOAiMGaa
Irina sudah tiba di kompleks apartemen tempatnya tinggal. Kompleks itu memiliki empat gedung. Setiap gedung memiliki dua puluh lantai dengan empat unit apartemen di masing-masing lantainya. Tidak mewah dan tidak terlalu luas. Asalkan layak disebut rumah, bagi Irina sudah cukup. Bonus tambahannya adalah jarak apartemennya ke Black Russo hanya tiga puluh menit berjalan kaki.
139Please respect copyright.PENANACfKJIfG9X9
Irina baru saja melewati gedung apartemen Claire. Gedung apartemennya sendiri berada tepat di belakangnya. Claire masih sering memintanya tinggal bersama. Selain untuk berhemat, menyadari ada seseorang dirumah saat pulang membuatnya merasa memiliki keluarga sungguhan. Begitu kata Claire. Tentu saja Irina sangat menginginkannya. Tapi perasaan khawatir dianggap aneh oleh Claire membuatnya bertahan tinggal seorang diri. Setidaknya saat dia berteriak terkejut karena kemunculan hantu lain saat mandi atau tidur, Claire tidak akan ada disana.
139Please respect copyright.PENANAVnVe3H0xPy
Irina menengadah menatap salah satu balkon apartemen di lantai tiga. Balkon kamar Claire. Balkon itu memiliki sepasang kursi kayu dan sebuah meja kecil, tempat favorit mereka saat menghabiskan sore bersama. Irina tersenyum menatap vas bunga lily putih di meja. Dia membelinya dua hari lalu saat seorang hantu wanita muda, pasien di rumah sakit Brigham yang meninggal karena kanker yang dideritanya dua tahun terakhir, memintanya membelikan bunga mawar putih untuk diserahkan ke orang tuanya. Dia bilang menyukai bunga itu dan menginginkannya untuk pemakamannya. Di toko bunga itulah, Irina melihat lily putih itu. Dia memutuskan untuk membelinya dan memberikannya pada Claire.
139Please respect copyright.PENANA04OOscpj2i
Bunga lily selalu berhasil mengingatkannya pada mendiang ibunya.
139Please respect copyright.PENANAaWze5Rn5qS
Irina menatap sedih bunga di balkon Claire. Kemudian dia kembali berjalan menuju gedung apartemennya sendiri. Suasana malam itu sunyi, sama seperti malam-malam lainnya. Belum terlalu malam, namun banyak toko dan minimarket yang telah terpasang tanda 'TUTUP' dipintunya. Paling tidak dia tidak perlu khawatir ada tetangga yang memergokinya bicara seorang diri.
139Please respect copyright.PENANAzPlVMURN59
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu, Irina."
139Please respect copyright.PENANAljaTSTcWyS
Irina mendesah. "Rob, kau tahu sekarang tidak sama lagi. Kau sudah tidak punya waktu."
139Please respect copyright.PENANA4e7kpna7Uu
Tiba-tiba Robert terlihat marah. "Apa karena dia? Karena pria yang bersamamu siang tadi?"
139Please respect copyright.PENANAmpaPqlmyWr
Irina menatapnya sedih. "Kenapa kau datang sekarang? Kita sudah tidak bertemu lagi selama lebih dari satu tahun, Rob."
139Please respect copyright.PENANAmijO6RWgjZ
"Kau salah, Irina. Kita bertemu beberapa waktu lalu. Kau hanya tidak melihatku."
139Please respect copyright.PENANAqzqJAz4wmg
Mendengar itu Irina hanya terdiam. Mungkin Rob sudah melihatku sejak awal minggu lalu sebelum akhirnya benar-benar muncul di hadapanku.
139Please respect copyright.PENANACrdlkgYkgG
Irina kembali melanjutkan langkahnya. Apartemennya terletak di lantai lima. Dia menatap pantulan bayangannya pada pintu lift, kebiasaannya yang baru dia sadari sekarang. Dulu dia juga selalu melakukannya saat bekerja di lantai empat belas. Saat itu dia bisa memperhatikan orang lain yang sedang berbisik atau orang yang menatapnya atau bahkan yang tidak peduli sama sekali. Irina pernah memperhatikan bagaimana penampilan Rob saat mereka berada dalam satu lift bersama. Bagaimana cara Rob mengajaknya bicara atau bagaimana pria itu berusaha terlihat mendominasi suasana. Meski saat ini Rob bersamanya, tapi pantulan dirinya pada pintu lift mengatakan sebaliknya. Irina sedih menyadari fakta itu. Fakta bahwa dia tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk memperhatikan Rob melalui pantulan pintu lift.
139Please respect copyright.PENANAV1Jf6ZmB7A
Ding.
139Please respect copyright.PENANALDjodPv8cC
Pintu lift terbuka dan Irina disambut oleh lorong sunyi dengan pencahayaan redup. Seperti malam sebelumnya. Saat berjalan menuju pintu apartemennya, dia mendengar suara televisi dan gelak tawa dari apartemen Mr. Stan. Irina tersenyum lirih, sadar bahwa saat pintu apartemennya terbuka suasananya sangat berbeda dengan apartemen Mr.Stan.
139Please respect copyright.PENANAAFRKQpCAlb
Tidak ada keluarga.
139Please respect copyright.PENANA17vJJQBlLD
Tidak ada tawa.
139Please respect copyright.PENANAaM4wBxOMts
Irina langsung melangkah menuju kamarnya setelah menutup pintu apartemennya. Irina memastikan apartemennya terkunci hanya ketika dia berada diluar. Ironis, dia merasa lebih aman saat berada di apartemen dengan pintu yang tidak terkunci. Dia selalu merasa akan ada waktu dimana dia perlu lari secepatnya. Entah untuk apa. Tapi Irina tetap melakukannya karena hal itu memberinya ketenangan. Sedikit.
139Please respect copyright.PENANARXiJuAyLOb
Irina membuka jendela kamarnya. Dia bisa melihat balkon kamar Claire dari sana, tersenyum sedih saat memandang bunga lily itu.
139Please respect copyright.PENANA7sum863pBo
Irina tidak begitu ingat masa kecilnya di Los Angeles. Dia juga tidak ingat apapun tentang ayahnya. Tapi dia ingat saat setelah pindah ke Dallas ketika berusia sepuluh tahun, dia tinggal di sebuah rumah sederhana di perbatasan kota. Tidak banyak orang yang tinggal di sekitarnya. Irina ingat dia sering bermain di hutan dekat rumahnya. Hutan itu menyeramkan tapi juga menggoda, menawarkan banyak hal untuk diketahui. Semula Irina hanya bermaksud melihatnya sebentar, bukan untuk mencari tahu seluk beluk hutan itu, hanya ingin berada di sana sejenak. Rasa penasarannya tinggi, tapi Irina tahu arti kata bahaya. Jadi dia hanya akan mengintip hutan itu sebentar, kemudian kembali ke rumahnya. Dan disanalah dia pertama kali melihat bunga itu. Putih dan cantik. Bunga itu terlihat begitu indah diantara tanaman liar yang tumbuh disana. Irina ingin membawanya pulang, tapi tidak tega memotongnya. Itulah yang membuatnya terus kembali ke hutan itu.
139Please respect copyright.PENANAte2NuLvRaT
Petualangan kecilnya itu harus berakhir ketika Ibunya melarangnya kembali ke hutan.
139Please respect copyright.PENANAGjZwJVg29g
"Kenapa, Ibu? Aku suka kesana."
139Please respect copyright.PENANANveysCBHOC
"Tempat itu berbahaya, Irina."
139Please respect copyright.PENANAqfPLydxzoP
"Tapi aku sudah sering kesana. Dan aku baik-baik saja."
139Please respect copyright.PENANAAU4XtcGZKi
"Bukan berarti tempat itu tidak berbahaya. Kadang bahaya justru muncul disaat kita merasa semuanya baik-baik saja seperti biasa."
139Please respect copyright.PENANAMuja6d9Uaw
Irina terdiam menatap ibunya. "Tapi aku suka disana..." ucapnya lirih.
139Please respect copyright.PENANAeDJqxWVv6b
"Apa yang kau sukai disana?"
139Please respect copyright.PENANAoTpAcXM7h4
"Ada sesuatu yang cantik disana."
139Please respect copyright.PENANApqASdzQu2t
Ibunya wanita yang lembut. Irina merasakan tangan ibunya di pipinya. Tangan itu terasa kasar akibat kerja keras yang harus dilakukan ibunya setiap hari sebagai karyawan gudang di salah satu pabrik pakaian di Dallas. "Oke, Irina. Tunjukkan pada ibu apa yang kau sukai disana. Tapi hanya sekali ini saja."
139Please respect copyright.PENANABS5JKLm3oe
Irina yang terlalu senang segera menggandeng tangan ibunya, membawanya ke hutan itu. Tidak terlalu jauh, mereka hanya perlu berjalan beberapa menit.
139Please respect copyright.PENANAxpAc0NpSU2
"Ibu, lihatlah. Bukankah bunga itu cantik?" ucap Irina sambil tersenyum. Ya Irina memang mudah tersenyum karena hal-hal yang sederhana.
139Please respect copyright.PENANAQfrNLKRsWG
"Jadi itu yang membuatmu selalu ke hutan ini?" tanya ibunya terkejut. Irina hanya mengangguk.
139Please respect copyright.PENANAQBsZDqFfWb
Ibunya mendesah, kemudian berkata lembut, "Irina, ibu akan sering membelikanmu bunga itu. Tapi berjanjilah kau tidak akan kembali lagi kemari. Tempat ini berbahaya."
139Please respect copyright.PENANARLcvpkMFuz
"Sungguh? Ibu akan membelikanku bunga itu? Jadi aku bisa melihatnya dirumah?"
139Please respect copyright.PENANA0kVU4ilGdm
"Ya. Tentu saja," jawab ibunya tersenyum.
139Please respect copyright.PENANAXoZ2PgGUc5
Sejak itu beberapa kali dalam sebulan ibunya akan pulang kerumah sambil membawa beberapa tangkai bunga lily putih. Irina selalu meletakkan bunga itu di kamarnya.
139Please respect copyright.PENANAoTonA3Hd50
"Bunga ini tetap cantik meski berada di dalam vas. Aku merasa bunga ini bahkan lebih cantik dariku," ujar Irina di suatu sore.
139Please respect copyright.PENANAMvCwdBPxRZ
Ibunya menoleh. "Kau cantik, Irina. Kau dan bunga lily itu memiliki kecantikan yang berbeda. Kau tidak bisa disamakan dengan bunga lily," kata ibunya sambil memandangnya heran.
139Please respect copyright.PENANAY3bYwyhsDM
"Lily? Jadi bunga ini adalah bunga lily?"
139Please respect copyright.PENANAXRf4A9dlol
"Yah. Kenapa?"
139Please respect copyright.PENANAAuGs0dwsQb
Irina menggeleng. "Aku merasa bunga ini punya nama yang lebih mudah diucapkan. Annika bilang namaku jelek," ucap Irina sedih.
139Please respect copyright.PENANA57H6Na9yUM
"Annika?" ibunya terkejut. "Annika putri Mr.Quill yang tinggal di ujung blok itu?"
139Please respect copyright.PENANA8MyIRGF9EM
Irina mengangguk. "Iya, ibu. Dia bilang namaku jelek karena sulit di ucapkan."
139Please respect copyright.PENANAoMskQB6yZE
Ibunya tersenyum lembut tapi matanya menatap penuh kesedihan. "Irina, ingatlah ini baik-baik. Tidak ada seorangpun yang berhak merendahkanmu, namamu atau apapun. Kau adalah kau. Jangan pedulikan apa yang mereka katakan. Pikirkanlah hal yang membuatmu bahagia, lakukanlah hal yang menyenangkan. Biarkan mereka mengatakan apapun, memikirkan apapun. Tapi jangan biarkan itu mempengaruhimu, nak."
139Please respect copyright.PENANApyan4eBru7
"Lalu kenapa mereka selalu menggangguku, Ibu? Kenapa mereka bersikap buruk padaku."
139Please respect copyright.PENANAm7E5eoae66
"Irina..., segala hal di dunia ini terjadi karena suatu alasan. Mungkin suatu hari nanti kita bisa memiliki kesempatan untuk mengetahui alasan itu. Hidup tidak pernah mudah, tapi bertahanlah dan ikuti kata hatimu maka suatu hari nanti kau akan cukup kuat untuk mencari tahu alasan itu."
139Please respect copyright.PENANAdFbBWdCIzD
Irina memeluk ibunya. "Aku suka lily, ibu."
139Please respect copyright.PENANAdPeMnCl8Tl
Ibunya mendekapnya erat sambil mengelus kepalanya. "Kau mau ibu memanggilmu Lily?"
139Please respect copyright.PENANAwwtDLANHic
Irina lantas mendongak. "Bolehkah?"
139Please respect copyright.PENANAQLQJQ3qUsH
"Tentu. Kau bisa memilih nama apapun yang kau suka."
139Please respect copyright.PENANAIYfGNesERl
"Kalau begitu Lily saja. Aku suka Lily. Mulai sekarang aku akan mengatakan namaku Lily jika ada yang bertanya," jawab Irina sambil tersenyum lebar. Ibunya mengangguk dan tersenyum. Malam itu mereka makan malam bersama kemudian Irina terlelap dalam dekapan ibunya.
139Please respect copyright.PENANAUM3OcLqFI0
Pandangan matanya mengabur. Irina mengerjapkan matanya, berusaha menghalau air mata yang akan meluncur. Hatinya hancur menatap tempat tidurnya yang kosong. Dia akan tertidur sendirian malam ini. Seperti malam-malam sebelumnya selama sepuluh tahun terakhir. Tidak ada lagi kecupan selamat tidur. Tidak ada lagi dekapan hangat ibunya.
139Please respect copyright.PENANAL6m0Do9HhO
Irina yakin dia belum terlelap terlalu lama saat merasa sesuatu menindih tubuhnya. Sesuatu yang dingin. Irina ingat dia sudah menutup jendela kamarnya tadi. Perlahan dia mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangannya. Seketika matanya membelalak ketakutan. Rob ada disana, menindih tubuhnya. Kedua tangannya berada di dada Irina, seakan mencoba menyentuh payudaranya. Wajah Rob yang berada beberapa inci diatasnya bergerak turun ketika menyadari mata Irina terbuka.
139Please respect copyright.PENANAwxy7nrebm9
"Harusnya kulakukan ini sejak dulu. Atau sejak bulan lalu saat aku melihatmu keluar dari café itu di malam hari. Kau tidak tahu kan berapa lama aku melihatmu? Mengikutimu hampir setiap hari. Tapi kau justru mengatakan bahwa aku baru datang sekarang! Saat pria botak itu menabrak mobilku, satu-satunya hal kusesali hanyalah bahwa kau belum menjadi milikku. Betapa beruntungnya aku saat mengetahui ternyata kau bisa melihatku."
139Please respect copyright.PENANAEwtK2yHYxy
Irina terkejut. Dia merasakan hawa dingin bergerak dari pahanya perlahan menuju perut ratanya, menyentuh kulitnya yang terbuka karena sweater yang dikenakannya tersingkap.
139Please respect copyright.PENANA92ZiPIuBUA
"Rob!" teriak Irina. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya menjauh. Tapi Rob yang menindih tubuhnya terasa membebaninya. Seakan tubuh Rob benar-benar sedang berada diatasnya, mengurung tubuh langsingnya. Irina ketakutan menyadari hal itu. Mungkinkah? Mungkinkah roh orang yang sudah mati bisa melakukan pemerkosaan?
139Please respect copyright.PENANAkNasmdgcfN
***
Thanks for reading.
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead, you can read it free on wattpad: The Black Angels by ghian7st
ns 172.69.7.3da2