“Ja-jangan mendekat!” teriakku memperingatkannya, badanku gemetaran tidak karuan. “Sial, sial, sial! Kenapa harus aku?”
Berlagak mirip pahlawan, Nona Chernyy berjalan pelan sambil mengintip. Ia kembali bersembunyi lagi, lalu mengintip lagi.
“Apa yang kamu lakukan, Puss?” ucapku pelan. Ia menoleh sebentar namun tak menggubrisku lalu melakukan hal yang ia kehendaki.
Nona Chernyy tak betah menjadi pengecut dan memutuskan untuk menghadapinya. Keempat kakinya melangkah pelan, namun kepalanya bagai magnet memperhatikan wanita tinggi tak berwajah itu. Semakin ia mendekat, rasa khawatir semakin mencekikku. Kini aku mengintipnya dari balik sofa.
Kemudian tubuhnya dibuat cekung bagai selurutan, ekornya mengibas merdeka. Semakin lama pantatnya meninggi dan bergoyang – goyang, sebuah kuda – kuda yang Nona Chernyy banggakan.
“He-hey jangan – jangan…” kataku dalam hati puncak kecemasan. Aku berpikir ia akan melakukan hal yang paling tidak ingin kulakukan saat ini. Maksudku itu tampak bodoh mencari pertarungan yang hampir tak ada kesempatan kemenangan.
Kakinya menumpu kuat, Nona Chernyy melompat bagai kilat. Aku melakukan hal yang sama ke arahnya, namun lebih lambat.
“Miaww!” lengkingan diakhiri geraman yang dipoles tajam, suara Nona Chernyy murka. Aku terpaksa menutup mata dan telingaku karena tak ingin mendengar hal yang tak ingin kudengar.
Semenit lewat…
Kubiarkan telingaku menjamah apapun. Beberapa suara seperti kain robek karena cakaran, atau suara benturan pada kaki sofa. Aku masih tidak ingin menampakkan diri.
“Ugh!”
“Eh?” kataku heran. Telingaku mendengar rintihan suara namun bercabang. Melengking, sopran, dan agak bas yang disatukan dan agak menggema. Mendengar itu rasanya tambah menyeramkan.
.
Hingga beberapa menit lewat…
.
Aku berpikir itu adalah hal buruk, bersembunyi seperti kura – kura terus menerus adalah konyol. Lagipula, tidak terdengar suara langkah kaki mendekat. Boleh jadi, ini adalah salah paham yang kubuat. Lady Honesty dengan segala keabnormalan sihirnya? Well¸ kurasa yang satu ini tak jauh berbeda.
.
Kepalaku mendongak perlahan. Mataku menyipit seperti mata – mata. Kekerasan sedang terjadi, aku merasa ini tak boleh terjadi lebih lama. Robekan dan goresan itu membuat langkahku melesat.
”Nona Chernyy, hentikan, puss!” Kedua tanganku segera menyabuk perutnya, lalu kuhadapkan ke arah lain. Wanita itu diam saja sambil kepalanya menunduk seakan – akan dia pemberi pesan, sementara kami adalah raja dan ratu, pikirku liar.
“Ma-maafkan saya, nona! Hewan kelewat kejam saat merasa terancam,” kataku padanya agak sungkan.
“Nurururu~ oh nggak perlu. Saya yang minta maaf, harusnya mengetuk dulu, tapi orang itu bilang tak perlu.” Ia mengibas – ngibaskan bulu, ia melihat tangannya banyak bekas cakaran. “Nururu? Ya ampun, ya ampun~ aku berantakan.”
Tidak hanya itu, rasa bersalahku jadi semakin tinggi saat ia memandangku. Wajahnya paling tidak ditinggali minimal enam bekas cakaran.
“Ka-kalau begitu, kanapa nggak duduk dulu?” Kataku sambil melepas Nona Chernyy. Kemudian mengembalikan sofa di posisi semula , aku mempersilahkan wanita itu duduk. Kemudian aku mengambil kursi dan meja makan di dapur.
Beberapa makanan seperti chips kentang dan coklat batang , lalu masing – masing segelas sirup jeruk yang diambil dari kulkas, kusajikan di atas meja.
“Nururur~ maaf… tapi bisa anda jaga si kecil nan berbulu itu? Matanya tak tampak senang melihat saya.” Wanita itu posisinya agak ketakutan dan bergetar.
“Puss, jangan!” Segera tanganku menyabuk perutnya lagi lalu kupangku sambil duduk.
.
Beberapa saat kemudian…
.
Wanita itu mematung menghadap gelas berisi jus jeruk yang kusajikan di hadapannya, sementara pergelangan tangannya saling bersentuhan dan berhadapan. Jari – jarinya digerakkan bersentuhan satu sama lain seakan sedang memetik harpa.
“A-anu, kalau anda mau silahkan minum,” ucapku sedikit ketakutan. Bukannya kasar, tapi aku hanya bingung lewat manakah jus itu akan masuk.
“Nururu? Apa boleh?” Ia terkejut dan jari – jarinya dihentikan, aku segera mengangguk. “Ka-kalau begitu, permisi.”
Tangannya menyibakkan poninya ke kanan, lalu memegang sesuatu seperti risleting. Ditariknya kebawah, sehingga wajah datar itu terbuka seperti celana yang dibuka risletingnya. Saat terbuka…
.
Itu terlihat seperti inti lubang hitam yang berputar seakan menyedot meski itu tidak
.
“Huh?” Aku dan Nona Cherny sama – sama merasa ngeri. Diangkatlah gelas berisi jus itu lalu ditumpahkan tepat pada inti lubang hitam itu. Air jus seakan terhisap dengan kuatnya hingga tak menyisakan tetes terakhir. Setelah itu ditutupnya lagi risleting itu.
“S-sekarang katakan, k-kenapa anda kemari?” tanyaku agak grogi.
“Nurururu~ sebelum itu, boleh saya minta air?”
“Ba-baiklah,” gegasku mengambil segelas dari kran. “Silahkan.”
Telunjuknya dicelupkan, aku dan Nona Chernyy merasa ada kehadiran angin dari gelas tersebut. Lama kelamaan terhisap bersih, sebersih bekas robekan dan cakaran yang ditinggalkan Nona Chernyy.
“Apa? Hey, tunggu, puss!” Nona Chernyy melompat kilat menjauh menuju kamar mandi. Saat aku bergegas menyusul, sekelibat menabrak tubuh tinggi wanita itu. Dahiku terpental menabrak dua balistik kembar bagai jeli, meski tak terpikirkan ke arah sana.
“Maafkan saya, itu hal yang tidak direncanakan. Mohon dengarkan saya, nururu~” suara bercabang yang aneh itu membuat suasana horror lebih paten.
“Ta-tapi!”
Kepalanya menggeleng bagai robot absolut yang mungkin saja bila kumenolak pasti terjadi hal yang tak diinginkan.
Ia seakan memanfaatkan tingginya untuk mengintimidasiku, berjalan pelan hingga aku kembali duduk semula.
“Si-silahkan, minum dulu, nururu~” katanya seolah menirukanku.
Agak aneh memang, namun aku menyadari isi leherku agak kering. Aku meneguk hingga separuhnya.
“Pertama, kedatangan saya kemari dipicu oleh suatu alasan. Kedua tujuan saya kemari adalah menyampaikan dan memberikan sesuatu…”
Pikirku, “Eh? Jadi dia memang pembawa pesan?”
Lanjutnya, “Ketiga, saya membatasi pengetahuan anda. Namun bila anda telah mengetahui itu, maka tugas saya adalah meluruskan. Keempat, anda boleh memanggil saya siapapun.”
Maksudnya aku boleh memanggilnya hantu? Well, itu konyol sekali. Seharusnya tak boleh seenaknya, kan? Lagipula seseorang tidak bisa jadi siapapun.
Sebagai orang yang praktis dan pragmatis, aku tak akan menanyakan hal yang jelas kedua kalinya. Kini otakku berpikir, kepalau menoleh ke segala arah. Ini tidak seperti aku menamai hewan peliharaan atau seorang budak.
Tiba – tiba otakku mencoba beraksi, “Baiklah, mulai sekarang anda adalah Nona Zoloft! Jangan tanya kenapa, karena itu hanya muncul begitu saja.”
“Nurururu~ nggak masalah, terima kasih.”
“Sekarang, apa anda kenalan Lady Honesty?” ucapku sambil memikirkan kesamaan dengan dirinya yang selalu punya akhiran tak perlu di setiap perkataan.
“Nurururu~” Tubuh tinggi itu membungkuk dari sandaran sofa, kedua tangan dilipat sebagai tatakan dagunya. “Ada banyak di dunia ini orang yang bernama persis. Tapi dari pikiran anda dengan jelas mengutarakan, saya mengenalnya. Nggak bisa dikatakan baik ataupun buruk. Namun bila anda bertanya apakah kedatangan saya dipicu olehnya, maka itu salah. Selebihnya saya serahkan pada imajinasi anda.”
Aku meneguk ludah. Ada segudang pertanyaan, namun aku khawatir ini akan buang – buang waktu. Lagipula, aku perlu segera mencari Nona Chernyy.
Ia membuka isi koper mutiara itu. Mataku melihat yang dipegangnya, sebuah buku tebal.
“Ini telah saya berikan,” katanya sambil menyerahkan buku tersebut padaku. “Buku itu nantinya, hanya pemegang pertama yang dapat melihat. Anda akan disuplai pengetahuan dari situ. Galilah semua potensi anda berdasarkan buku itu, anda bebas melakukan berbagai macam hal. Tapi tentu, anda belum boleh membukanya di sini.”
Buku coklat tebal dengan ukiran aneh. Teksturnya lembut mirip kulit lembu, di pinggiran sampulnya tampak berkilau mirip emas berbentu siku – siku.
“Lepuspedia? Lagian kenapa semewah ini?” Kusentuh bagian tengahnya, kristal putih berbentuk belah ketupat agak memanjang yang menyala sedikit lebih terang dari lampu ruangan ini.
“Nurururu~ saya khawatir sebenarnya bukan itu yang ingin anda tanyakan. Biasanya seseorang perlu tahu sebab akibat suatu keanehan, ya, Tn. Penn?” wanita yang kupanggil Zoloft malah balik bertanya.
Sebenarnya tak terlalu mengagetkan ia tahu namaku, tidak seaneh akhiran nururu~ itu atau muka ratanya.
“Anda punya poinnya, Nona Zoloft.“
“Bagus, nururu~” tambahnya. “Sesuatu keganjilan memicu pergeseran ruang dan waktu, dipicu oleh dan jangkauannya anda sendiri. Sehingga situasi saat ini, saya menyebutnya paradoks.”
Situasi berulang? Maksudnya mimpi – mimpi itu? Tapi itu tak ada hubungannya dengan paradoks. Atau apa ia membicarakan konsultasi terakhirku dengan Nona Honesty? Pikirku mengira – ngira.
“Sebentar, saya yakin anda salah. Belum pernah saya melihat sesuatu yang sama persis sampai merasa aneh.”
“Nururu~ tentu, Itu karena saya datang tepat waktu. Ini tak ada hubungannya dengan nama yang anda pikirkan. Ngomong – ngomong, hanya itu yang bisa anda ketahui, untuk saat ini.
Sebuah kabut putih mirip yang kulihat muncul menengok dari arah dapur yang membuat Nona Zoloft beranjak dari sofaku.
“Nururu? Waktunya pendek sekali, Tn. Penn. Secara teknis, tugas saya adalah memperbaiki keganjilan semacam ini. Namun kerusakan ini agak aneh, dipicu oleh satu orang, anda seorang. Otomatis sisanya juga tanggung jawab anda. Saya hanya perlu anda pergi ke dunia lain untuk mencarikan sesuatu,” jelasnya sambil mondar – mandir kecil.
“A-apa? kenapa tidak anda lakukan sendiri bagian ‘mencari sesuatu’ itu? Toh anda juga yang tahu, kan?”
“Nururururu~ Bila kerusakan itu kecil?” tambahnya. “ Dengan saya mengirimkan anda ke dunia lain, maka sejarah dan takdir dituliskan kembali. Entah itu lebih buruk atau lebih baik. Saat itu telah berubah, dampaknya besar. Itu membantu keganjilan ini, itu yang saya butuhkan.”
Aku mengikutinya yang berjalan menuju sumber kabut putih. Tidak disangka – sangka mengarah pada toiletku, tempat dimana mungkin saja Nona Chernyy kabur tadi.
“Nururu? Tampaknya si kecil bulu putih itu terlalu ceroboh?” nadanya sedikit mengejek. “Nah, sekarang anda punya alasan lain yang lebih kuat, bukan?”
“Tch sialan!” aku yang mondar – mandir kebingungan.
“Jangan khawatir, buku itu langsung memasangkan pengetahuan dasarnya. Percaya atau tidak, anda akan dapat berbahasa asing, nurururu~” akhir nadanya terdengar bersemangat sambil menepuk – nepuk ringan.
Aku tidak punya pilihan lain…
Ini tidak seperti aku percaya, tapi karena tak ada pilihan lain…
.
Aku segera mengambil tas selempang kulit yang dulu kugunakan saat kerja. Buku itu kumasukkan di dalamnya.
.
Tangan kanan segera memutar knob, aku perlahan menarik gagang pintu kamar mandi. Asap itu semakin lebat dan merangkulku. Anehnya semakin dekat, langkahku tidak ragu memijak. Tubuhku semakin tenggelam dimakan kabut itu. Putih tanpa apa – apa. apalagi membuatku terbatuk – batuk. Persis kabut yang sama, saat dengan Lady Honesty.
.
“Anda yakin Nona Chernyy di dalam sini, kan?”
“Nurururu~ itu lagi? Padahal, bukan, dari awal anda memang-“
Pintu tertutup. Aku tak sempat mendengar kata – katanya itu. Inilah dia atau tidak sama sekali.
.
Kabut itu kian lama menghilang. Aku masih di kamar mandiku? Apa yang terjadi? Apa aku ditipu oleh badut?.
.
Tanpa ragu aku berbalik, memutar lalu menarik pintu kbob dengan lesat.
“Tadi anda bilang kalau-“ Mulutku membisu dan menganga.
Mataku disapa oleh pepohonan yang agak lebat. Sungai mengalir deras, bening jernih bagai manik - manik saat senter mentari menerangi. Tumbuh – tumbuhan hingga beberapa buah – buahan yang belum pernah kulihat seumur hidupku. Pemandangan warna – warni nan gemilang.
.
Angin sepoi – sepoi meniup hidungku dengan ramah gamblang.
.
Apa ini artinya aku mengucap selamat datang?
ns18.191.15.150da2