
Bunyi gemercik hujan di luar masih terdengar, udara dingin berbanding terbalik dengan suhu ruangan dalam sebuah rumah petak. Kedua tangan Alvi merangkul erat belakang kepala suaminya, tak mau membiarkan Darto lolos dari lumatan bibirnya. Nafas mereka saling memburu. Pikiran sudah buntu, nafsu telah menguasai.
“Dek…” Darto berhasil meloloskan bibirnya. Dia menatap dalam wajah Alvi yang memerah karena nafsu.
“Kenapa Mas?”
“Jangan di sini, nanti kalo dilihat Bapak gimana?” Darto bangkit dari kursi ruang tamu, meraih tangan istrinya untuk berpindah ke dalam kamar.
“Sampai kapan Bapakmu tinggal di sini Mas? Kita jadi nggak bisa sebebas biasanya.” Gerutu Alvi. Darto mengelus lembut rambut hitam istrinya sebelum kemudian mengecup kening wanita cantik itu.
“Sabar ya, Bapak masih butuh teman. Dia merasa kesepian kalo di rumah sendirian.” Ujar Darto.
“Aku sih nggak apa-apa sebenarnya kalo Bapakmu tinggal di sini, tapi makin lama dia makin kurang ajar kepadaku.” Ucap Alvi mengadukan kelakukan Pak Jamal yang tadi siang mengintipnya saat berganti pakaian di dalam kamar.
“Hahahaha! Mungkin Bapak nafsu lihat kamu Dek. Wajar kan, dia juga laki-laki sama sepertiku.”
“Mas! Tapi dia Bapakmu! Mertuaku sendiri! Kamu mau lihat aku diewe dia?”
“Hmmm, sepertinya menarik. Tapi nggak mungkin lah, Bapakku sudah tua, kontolnya udah nggak bisa ngaceng lagi Dek.” Balas Darto dengan canda. Alvi makin cemberut.
“Kata siapa dia nggak bisa ngaceng? Dua hari lalu aku pergoki dia lagi coli di kamar mandi sambil nyiumin celana dalamku Mas!”
“Hahahahaha! Jadi kalian sama-sama mengintip kan?”
“Aku nggak sengaja itu! Issh! Kamu pasti nggak bisa serius kalo diajak diskusi kayak gini.” Gerutu Alvi sambil membenahi daster tipisnya yang sempat acak-acakan.
“Jangan marah dong sayang, ayo kita lanjutin aja di kamar aja. Mumpung masih hujan.”
Pasangan suami istri yang baru menikah satu tahun terakhir itu pun masuk ke dalam kamar mereka untuk bercinta. Sementara itu di kamar lain, tanpa mereka sadari Pak Jamal mengintip dari balik pintu. Pria tua dengan kepala botak itu sudah bersiap untuk masturbasi sedari tadi, berharap Darto dan Alvi bersetubuh di ruang tamu. Namun ternyata harapannya pupus begitu saja.
“Semprul!” Umpat Pak Jamal seraya melihat batang penisnya yang terlanjur menegang.
Sejak tinggal di rumah Darto sejak kematian istrinya, Pak Jamal memang tak bisa menahan hasratnya kala melihat Alvi. Menantunya itu tak hanya cantik, tapi paras wajahnya juga sangat sensual. Apalagi lekuk tubuh wanita berusia 25 tahun itu juga tak kalah sempurna jika dibandingkan selebgram-selebgram seksi yang sering dilihatnya di instagram dan Tiktok.
Awalnya Pak Jamal hanya berani curi-curi pandang, namun belakangan pria tua itu mulai berani mengintip Alvi saat sedang berganti pakaian atau mandi. Tentu saja hal itu dilakukan saat Darto tak berada di rumah. Lambat laun, fantasi Pak Jamal berubah jadi sebuah obsesi. Bahkan beberapa hari terakhir Pak Jamal sudah berani mengambil pakaian dalam Alvi dan menggunakannya untuk bermasturbasi.
“Liat aja, besok pagi bakal Aku tidurin lonte itu.” Gumam Pak Jamal sebelum memasukkan kembali batang penisnya ke dalam celana. Pria bertubuh tambun dengan perut membuncit itu kemudian pergi dari rumah menuju warung kopi milik Zaenab yang berada di ujung jalan.
Sementara itu di dalam kamar lain, Alvi rupanya sudah tak tahan untuk segera melakukan rutinitasnya setiap malam bersama sang suami. Begitu pintu ditutup, Alvi langsung menyergap bibir Darto, melumatnya penuh birahi. Kedua tangannya memegangi erat kepala sang pejantan. Darto membalas lumatannya, bertukar liur, dan lidah mereka beradu di dalam mulut masing-masing. Tangan Darto yang bebas mulai bergerak nakal menuju payudara istrinya.
“Mmmhh... Mmhh...”
Desahan keduanya mengalir memenuhi udara kamar. Ditengah lumatan bibir, tangan Darto bebas meremasi payudara Alvi yang masih terbungkus kain tipis daster. Pria yang sebulan terakhir tak bekerja karena di PHK itu kemudian membimbing Alvi menuju atas ranjang. Darto buru-buru menelanjangi tubuh istrinya, sementara Alvi tak mau kalah dengan ikut melepas kaos serta celana yang dikenakan oleh Darto.
Meskipun sudah seringkali bercinta tapi Darto masih saja berdebar saat menyaksikan tubuh bugil Alvi terlentang pasrah di hadapannya. Payudara tak besar, tapi sudah begitu menggoda dengan dua puting berwarna merah muda. Pinggul serta pantat Alvi jadi daya tarik tersendiri dengan kesemokan yang memikat mata tiap lelaki. Alvi mundur ke belakang, kedua pahanya yang mulus terbuka lebar mempertontonkan celah surgawi dengan bulu-bulu halus tercukur rapi.
“Kamu mau ngewe apa liat aku colmek aja?” Goda Alvi sembari memainkan ujung jarinya pada permukaan vagina, menggeseknya perlahan, sambil sesekali menatap binal ke arah Darto.
“Lebih enak pake jari apa kontolku?” Tanya Darto, tangan kanannya mengocok penisnya yang sudah mengeras dan tegang.
“Emmmcchhh…Nggak tau…”
Alvi sengaja menggoda ego sang suami, dua jarinya sudah menelusup masuk ke dalam vagina. Dia mengocok vaginanya sendiri, sesekali tubuhnya melengkung ke atas disertai desahan manja, seolah sedang menikmati cumbuan jemarinya sendiri. Darto menatap nanar menyaksikan polah binal Alvi yang sedari masa pacaran memang sudah sangat “terlatih” untuk urusan sex.
“Occhhh! Anjing! Enak banget Maass!”
Jemari Alvi bergerak makin cepat mengocok bagian dalam vagina, satu tangannya yang lain menjamah payudaranya sendiri. Meremas, memilin puting kiri dan kanan secara bergantian. Di hadapannya Darto melihatnya bermasturbasi sambil mengocok penisnya. Pria itu kemudian mendekati tubuh Alvi, merundukkan kepalanya, mengganti jari sang istri dengan lidahnya.
“Ouucchhh Mas!! Iya jilatin itilku Mas! Enak banget Mass!”
Lidah Darto menjilati permukaan vagina Alvi yang telah basah kuyup. Pria itu memfokuskan jilatannya pada area klitoris, tak hanya menjilat saja, Darto juga menghisapnya kencang-kencang hingga membuat tubuh Alvi melenting pasrah beberapa kali diiringi lenguhan panjang.
Tak puas hanya dengan menggunakan lidah saja, Darto juga memasukkan dua ruas jarinya ke dalam vagina. Ukuran jari yang lebih besar dibanding milik Alvi membuat tubuh snag istri kelejotan bak cacing kepanasan. Darto mengocok, mengobel, menghujami isi vagina Alvi dengan kecepatan penuh sambil lidahnya mejilati bagian klitoris.
“Aaachh! Aaampun Mas! Ampuunn!”
Tubuh Alvi melonjak-lonjak tak karuan hingga membuat permukaan ranjang berantakan. Darto begitu puas melihat istrinya seperti itu, gerakan jarinya makin cepat dan dalam. Tak jarang pria itu menelusupkan jauh sangat dalam, menyentakknya kasar, lalu melanjutkan dengan gerakan cepat nan kasar.
“Aaachh! Udah Mas! Ampuunn!” Jerit Alvi putus asa.
Darto menyudahi aksi cabul jemarinya. Pria itu mengambil posisi di atas tubuh sang istri. Dibasahinya kepala penisnya dengan air liur sebelum kemudian menggesek-gesekkan pada permukaan vagina. Wajah Alvi terlihat begitu frustasi dipermainkan seperti itu. Menagih untuk segera disetubuhi.
“Ayo Mas…Masukin kontolmu…”
“Udah nggak tahan ya?” Goda Darto.
“Ayo Mas…Memekku udah gatel banget!” Racau Alvi.
Darto menurunkan pinggulnya, menekannya ke bawah sembari mengarahkan ujung penisnya dengan tangan agar memasuki liang vagina sang istri. Alvi memejamkan kedua matanya, menggigit bibirnya sendiri kala alat kawinnya mulai disesaki oleh batang Darto.
“Ouucchhh!”
Tubuh Darto menelungkupi tubuh Alvi dari atas, pinggulnya bergerak naik turun dengan perlahan. Penisnya terasa diremasi dari dalam oleh dinding-dinding vagina Alvi yang sempit dan basah. Kedua tangan Alvi memeluk tubuh Darto, dadanya terhimpit dada sang suami, sesekali keduanya saling berpagut mesra seiring gerakan tubuh Darto yang makin konstan dan cepat.
“Gimana kalo Bapak yang ngentotin kamu Dek..?” Tanya Darto tiba-tiba. Alvi tak punya waktu banyak berpikir, otaknya sudah terpengaruh birahi.
“Kamu rela aku dikontolin Bapakmu?” Ujar Alvi balik bertanya.
“Ouucchh! Bakal seru banget kayaknya.” Balas Darto. Membayangkan tubuh istrinya disetubuhi oleh Pak Jamal malah makin membuatnya bernfasu.
“Nanti kalo aku ketagihan sama kontol Bapakmu gimana? Aaacchh! Anjing!”
“Emang memek lonte nggak pernah puas ya sama satu kontol doang?”
“I-Iya, aku nggak puas sama kontolmu doang Mas!”
Alvi sama sekali tak merasa direndahkan oleh ucapan Darto, itu justru jadi pemicu birahi sempurna. Darto sedikit mangangkat tubuhnya, kini tubuhnya tepat berada di depan selangkangan Alvi yang masih terlentang pasrah. Ditariknya sedikit batangnya keluar dari vagina lalu meludahinya. Pria berkulit swao matang itu kemudian kembali menggerakkan tubuhnya maju mundur, dia menggunakan ibu jarinya untuk menekan serta menggosok kelentit Alvi.
“Aaaachhh! Maass! Aaacchh!”
Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Alvi kembali kelejotan. Apalagi tekanan penis Darto di dalam vaginanya semakin cepat dan kasar. Kombinasi antara lesakan penis dipadu gesekan pada klitoris sukses membuat Alvi diterjang badai orgasme hebat. Wanita itu melenguh panjang, tubuhnya menegang, melenting ke atas, payudaranya membusung diiringi lenguhan panjang nan parau.
“Maaassss!! Aaampuuunn!”
Darto belum puas, tubuh Alvi yang masih lemas setelah mendapat serangan orgasme segera dibalik hingga menungging membelakanginya. Sesaat pria itu menjilati lubang vagina sang istri, Alvi mendesis-desis menikmati sapuan lidah Darto yang makin bernafsu. Setelah merasa jika lubang surgawi sang istri kembali basah kuyup, Darto memposisikan penisnya agar kembali menyesaki vagina. Dua tangannya memegangi pinggul semok Alvi, sebelum kemudian penisnya kembali menerobos masuk ke dalam liang senggama.
“Aaachhh!!” Kepala Alvi mendongak ke atas, mulutnya megap-megap seolah kekurangan oksigen.
Di belakang, Darto menggenjot tubuh istrinya langsung dengan kecepatan tinggi. Racauan serta lenguhan Alvi yang sudah lemas sama sekali tak diindahkan. Bahkan dengan sengaja satu tangannya menjambak rambut Alvi, menarik kepalanya ke belakang sambil terus menggenjot vagina.
“Enak dek? Hmmm? Kamu masih mau ngrasain kontol lain selain kontolku??”
“Aaacchh! Maas!! Anjing!!” Alvi sudah tak bisa mencerna segala macam pertanyaan cabul dari sang suami, tubuhnya sudah dihajar habis-habisan oleh gelombang kenikmatan.
Satu tangan Darto bergerak merangkul tubuh Alvi dari belakang, meremasi payudara sang istri yang bergantung bebas. Kini posisi keduanya duduk saling membelakangi, sesekali keduanya juga menguas lidah di tengah gerakan penis Darto yang entah kenapa tak kunjung menunjukkan tanda-tanda ejakulasi.
“Maass…Buruan keluarin….” Desak Alvi yang sudah tak kuasa melayani birahi Darto.
“Kenapa? Biasanya kamu suka yang lama-lama.”
“Be-Besok aku shift pagi Mas….”
Setelah Darto di PHK dari tempat kerja, Alvi lah yang kini jadi tulang punggung perBimonomian. Wanita cantik itu sudah hampir dua minggu bekerja di sebuah pabrik pengolahan plastik sebagai operator mesin. Meskipun capek karena harus membanting tulang tapi Alvi mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan kerja, untungnya beberapa teman SMA nya dulu juga berkerja di tempat yang sama.
“Jadi besok pagi aku nggak bisa dapat jatah dong Dek?” Goda Darto.
“Jangan Mas…Besok pagi waktunya Bapak yang dapat jatah…” Entah kenapa kalimat cabul itu meluncur begitu saja dari mulut Alvi. Mendengar hal itu Darto makin bersemangat.
“Kamu serius??! Kamu mau dikontolin Bapak?” Pekik Darto masih tak percaya.”
“Eeemmcchh! Tergantung, kalo kontol Bapak masih bisa ngaceng.” Balas Alvi frontal.
“Acchh! Kamu memang istriku dek!”
“Maasssss!! Keluarin pejumu! Aku besok pagi harus nglayani kontol Bapakmu loh…”
Darto kembali merundukkan tubuh Alvi agar menungging. Tanpa ampun dia hajar kembali liang senggama sang istri dengan lesakan-lesakan kuat penisnya. Membayangkan tubuh Alvi disetubuhi oleh Pak Jamal jadi candu yang membakar birahi, bahkan itu membuat Darto yak kuasa membendung ejakulasinya.
“Aaargghtt! Deekk!”
“Ayo Mas keluarin pejumu!!”
Benar saja, tak butuh waktu lama saat penis Darto berkedut hebat sebelum kemudian menyemprotkan begitu banyak cairan sperma di dalam rahim Alvi. Pria itu kemudian mencabut batang penisnya dari dalam vagina. Alvi sigabp berbalik badan dan langsung menjilati alat kawin sang suami. Dijilatinya kepala penis Darto, menghisap sisa-sisa sperma yang tertinggal tanpa perasdaan jijik sedikitpun.
“Terima kasih Dek…Kamu binal banget malam ini.” Puji Dartp seraya membelai kepala Alvi.
“Sudah tugasku buat muasin kamu Mas…”
“Dek…”
“Ya Mas?”
“Kamu serius nanti pagi mau ngrasain kontol Bapak?”
1478Please respect copyright.PENANAlLz2ewXXPn
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION, untuk membaca versi lengkapanya silahkan KLIK LINK yang ada di bawah bio profil
ns216.73.216.30da2