Adzan shubuh baru berkumandang saat Pak Jamal sampai di rumah Darto. Hampir tiga jam lebih pria tua itu menggumuli Zubaedah bersama Roby dan Rohmat. Pak Jamal memilih pulang lebih dulu karena tak ingin melewati momen berharga bersama Alvi, sementara Roby dan Rohmat masih bertahan di rumah Zubaedah, dua pria yang jauh lebih muda itu nampaknya masih belum puas menikmati tubuh Zubaedah.
Pak Jamal hendak membuka pintu rumah namun sebelum dia melakukannya Darto sudah muncul dari dalam dengan sudah mengenakan pakaian rapi dan tas ransel berada di pundaknya.
“Mau kemana kamu?”
“Mau ke Bekasi Pak, ada interview kerjaan.” Jawab Darto sambil memasang tali sepatunya. Pak Jamal tersenyum puas, inilah mone yang ditunggu-tunggu, berduaan saja bersama Alvi saat Darto tak berada di rumah.
“Ya wis, hati-hati di jalan. Ini buat ongkos.” Pak Jamal menyerahkan empat lembar uang lima puluh ribuan dari kantong celana namun Darto menolak dengan halus.
“Nggak usah Pak, aku masih ada uang kok. Bapak simpan saja uangnya buat beli rokok.”
“Oalah, udah kamu bawa aja, siapa tau nanti kamu butuh buat di jalan.” Pak Jamal memaksa dan langsung memasukkan uang ke dalam kantong baju Darto.
“Makasih Pak. Aku pamit dulu kalo gitu. Oh ya, nitip rumah sama Alvi ya Pak.” Darto mencium tangan Pak Jamal sebelum melangkah pergi.
“Iya, kamu tenang saja. Hati-hati di jalan.”
Senyum mengembang di wajah Pak Jamal begitu punggung Darto menjauh dari rumah, hal yang dinanti-nantikan kini sudah tiba. Maka tak mau menunggu lebih lama lagi, pria tua itu bergegas masuk ke dalam rumah. Perlahan dia melewati kamar utama tempat tidur Alvi dan Darto. Terdengar gemercik suara air mengalir dari kamar mandi yang berada dekat daour. Pak Jamal melirik ke dalam kamar, kosong melommpong, namun ada sebuah benda yang menarik perhatiannya di atas tempat tidur.
Di atas ranjang terdapat BH dan celana dalam tipis berwarna putih milik Alvi. Perlahan dia masuk ke dalam kamar dan mengambil celana dalam itu. Dada Pak Jamal bergemuruh, diciuminya pembungkus area selangkangan milik Alvi itu sambil membayangkan bagaimana nikmatnya aroma vagina sang menantu. Penisnya mengeras sebagai respon birahi, tak berpikir panjang dia gunakan celana dalam tersebut untuk mengocok batang penisnya sendiri.
Detak jantung Pak Jamal makin cepat karena ia tahu menantunya sedang mandi sementara dia coli menggunakan celana dalam yang akan dipakai Alvi. Gerakan Pak Jamal makin meningkat cepat karena saat mengocok batangnya dia membayangkan enaknya menikmati tubuh Alvi di ranjang dan bagaimana rasanya memeluk menantunya yang cantik itu. Pak Jamal membayangkan asyiknya melihat tubuh molek Alvi terhentak-hentak didera sodokan penisnya.
Tak puas hanya dengan membayangkan saja, langkah pria tua itu beralih menuju kamar mandi. Alvi rupanya lalai dan membiarkan pintu kamar mandi sedikit terbuka, memudahkan akses bagi mertuanya itu mengintip. Pak Jamal mendapati Alvi sedang menyabuni buah dadanya yang bulat dan kenyal.
“Gila! Badan Alvi benar-benar indah!” Gumam Pak Jamal dalm hati.
Pak Jamal melanjutkan mengocok batyang penisnya menggunakan alas celana dalam milik Alvi, kedua matanya nanar menatap tubuh basah Alvi yang telanjang bulat. Tubuh istri Darto itu sedikit membungkuk karena menyabuni paha serta kedua kaki jenjangnya, dalam posisi seperti itu Pak Jamal bisa melihat bulatan semok pantat sekaligus lipatan vagina sang menantu.
Dada Pak Jamal makin bergemuruh karena setelah menyabuni kakinya, Alvi bersandar pada dinding kamar mandi dengan kedua paha yang sedikit melebar. Tangan kirinya menangkup payudaranya, meremasinya, sementara jemarinya sengaja memainkan puting, memilin serta menariknya perlahan berulang kali. Pak Jamal makin terpana saat tangan kanan Alvi bergerak menuruni perut lali masuk ke selangkangan.
“Aaaaahhhhhh!” Alvi mendesah kecil.
Tangan kiri Alvi yang penuh gelembung sabun kini memilin dan meremas-remas puting payudaranya hingga mengeras, lalu meremas buah dadanya bergantian. Tangan kanan Alvi masih berada di selangkangan. Wanita cantik itu semakin mencondongkan tubuhnya ke belakang, Alvi membentangkan kakinya sedikit.
Pak Jamal bisa melihat bagaimana jemari lentik menantunya mulai keluar masuk di dalam liang senggama. Pria tua itu terpesona melihat Alvi menggunakan jempolnya untuk menggosok dan menekan daging menonjol yang beada di ujung atas bibir vagina.
“Ah! Ah! Ah! Ehm! Ehm! Ooooohhh!!!” Gerakan jemari Alvi yang mengobel vaginanya sendiri makin cepat dan kencang.
Kedua mata wanita cantik itu terpejam seolah sedang meresapi tiap sensasi yang tengah dirasakan oleh tubuhnya. Sesekali dia tarik tangan kanannya kemudian mengulum jari yang sudah terlumuri cairan kewanitaan sebelum kembali meneruskan aksi kocok mengocok pada liang senggama.
Pak Jamal menyaksikan pemandangan erotis itu dengan dada berdebar, sementara tangannya juga sibuk mengocok penisnya sendiri. Sebisa mungkin dia tidak ingin muncrat lebih dulu sebelum melihat Alvi orgasme di hadapan matanya. Benar saja, selang beberapa lama tubuh Alvi mengejang, badannya melorot hingga ke lantai kamar mandi.
“Ouuucchh!! Ouucchhhhh!”
Tangan kanannya masih sibuk mengocok bagian dalam vaginanya sementara tangan kirinya memilih untuk memilin putingnya berulang kali. Lalu diiringi desahan panjang Alvi menuntaskan hajat birahinya. Di depan pintu Pak Jamal tak mau kalah dengan mempercepat kocokan tangan pada batang penisnya hingga kemudia ejakulasinya tak dapat lagi dibendung. Spermanya menyemprot membasahi celana dalam Alvi.
Tak mau ketauan sedang mengintip, pria tua itu buru-buru melangkah pergi meninggalkan pintu kamar mandi. Sebelum masuk ke dalam kamarnya sendiri, Pak Jamal melempar celana dalam Alvi kembali ke atas ranjang, dia seolah ingin memberi tanda pada menantunya itu jika begitu terobsesi dengan apa yang dipakai oleh Alvi.
234Please respect copyright.PENANAAiT1xqL46h
***
234Please respect copyright.PENANAW3t9hrbR6V
1 JAM SEBELUMNYA
“Nggak ah Mas! Aku cuma becanda semalam.” Wajah Alvi nampak cemberut di atas ranjang.
“Ayolah Dek, aku pengen liat kamu ngrasain kontol Bapak.”
“Udah gila kamu ya Mas? Kemarin tu hanya fantasi aja, nggak lebih!” Alvi memilih untuk turun dari ranjang yang berantakan karena semalam dia melayani Darto dengan sangat antusias.
“Kalo aku yang ngewein perempuan lain, kamu marah juga nggak?” Alvi langsung berbalik badan dan menatap tajam wajah suaminya yang masih duduk di atas ranjang dalam kondisi telanjang.
“Nggak usah ngawur kamu Mas! Lagipula kalo aku ngewe sama Bapak apa kamu nggak cemburu?!” Suara Alvi makin meninggi.
“Nggak Dek! Aku justru bakal makin terangsang!”
“Udah gila kamu Mas!”
“Dek…Aku mohon kabulin permintaanku kali ini. Kalo kamu nggak mau, aku kayaknya bakal nyobain tidur dengan wanita lain.” Ujar Darto dengan wajah memelas, melihat hal itu Alvi jadi tak tega.
Seumur usia pernikahan mereka, tak sekalipun Alvi menolak perintah sang suami. Bahkan saat Darto di PHK pun Alvi rela mengambil pekerjaan lagi untuuk berperan sebagai tulang punggung Bimonomi keluarga. Tapi kali ini berbeda, Alvi berada di persimpangan, dia begitu mencintai Darto, tapi kalau karena cinta itu dia harus dengan tidur laki-laki lain rasanya akan sangat berat sekali. Lebih gilanya lagi, pria yang diinginkan oleh Darto adalah bapaknya sendiri.
“Oke, akan aku coba tapi ada syaratnya.” Ucap Alvi setelah menghela nafas panjang.
“Katakan apa syaratnya Dek! Aku akan memenuhinya! Apapun itu!” Raut wajah Darto yang sempat muram kini mendadak jadi begitu sumringah.
“Aku nggak mau kamu ada di rumah saat aku melakukannya. Aku nggak akan sanggup kalo masih ada kamu di sini.” Kening Darto mengkerut, cita-citanya untuk menyaksikan Alvi bersetubuh dengan pria lain secara langsung harus ditubda lebih dulu.
“Oke, nggak masalah. Nanti aku kan pura-pura pergi kemana gitu.” Sahut Darto tanpa pikir panjang.
“Syarat yang kedua, kamu nggak boleh tidur sama wanita manapun selain aku! Kalo kamu sampai nglakuin itu, aku akan minta cerai!”
“Nggak mungkin lah Dek…Kamu itu udah sempurna banget. Aku nggak akan tidur dengan wanita manapun di dunia ini.” Darto mendekati tubuh Alvi dan memeluknya mesra.
“Mas…Kamu yakin dengan ini semua? Karena setelah terjadi pasti ada yang berubah di antara kita.” Ujar Alvi lirih. Darto mengelus lembut kepala sang istri sebelum mengecup kening dengan mesra.
“Iya, pasti ada yang berubah Dek. Aku bakal makin sayang dan nafsu sama kamu setelah kamu nglakuin itu.”
“Mas tapi…”
“Dek, untuk kali ini percaya ya sama aku. Semua akan baik-baik saja.”
Alvi memejamkan matanya, seolah ingin mempercayai apa yang dikatakan oleh Darto, pun begitu pula dengan usahanya untuk meneguhkan hati. Namun, perlahan ada getaran perasaan aneh yang tiba-tiba merayap pelan. Alvi mulai membayangkan bagaimana rasanya nanti jika Pak Jamal menyetubuhinya. Apakah akan senikmat saat melakukannya dengan Darto, atau malah akan jauh lebih nikmat?
234Please respect copyright.PENANA8nqAPNIpID
***
Alvi keluar dari kamar mandi hanya dengan membalut tubuhnya dengan seutas handuk. Di luar sosok Pak Jamal sudah tak lagi terlihat, tanpa disadari oleh pria tua itu sebenarnya sedari tadi Alvi mengetahui keberadaanya yang mengintip dari celah pintu kamar mandi yang sengaja tak ditutupnya secara rapat. Alvi sudah merencanakan semuanya.
Alvi tersenyum, ternyata sensasi melakukan masturbasi sambil disaksikan oleh sosok mertuanya itu membuatnya benar-benar terangsang hebat. Sebuah sensasi yang selama ini tak pernah dirasakannya jala bersama Darto. Langkah kakinya kemudian mengarah menuju kamar tidur. Di atas ranjang perhatiannya langsung tertuju pada celana dalam yang tadi digunakan oleh Pak Jamal untuk melakukan onani.
Alvi mengambil celana dalam yang masih basah dan lengket karena semprotan sperma mertuanya itu. Alvi menciumnya, merasakan aroma sari birahi sang mertua, tak sampai di situ saja karena lidahnya terjulur menjilati sisa sperma yang tertinggal.
“Eeemcchhhh…” Cecap Alvi, lidahnya merasakan asin dan sedikit pahit. Aroma sperma yang pekat membuat birahinya kembali terpancing.
“Oke, sekarang waktunya menu utama.” Gumam Alvi dalam hati. Alvi melirik ke pintu kamarnya yang sedikit terbuka, lalu dia melepas handuk yang menutupi tubuhnya. Kini wanita itu kembali telanjang bulat.
“Tolonggg!!! Bapaakk!! Tolongg!!!!”
Tiba-tiba Alvi berteriak kencang meminta tolong sambil melompat-lompat sembarangan di dekat ranjang. Benar saja, secepat kilat Pak Jamal mendatanginya dengan wajah panik.
“Ada apa????” Pak Jamal yang datang tervuru setelah mendegar teriakan sang menantu begitu terkejut saat mendapati Alvi sudah telanjang bulat.
“Ada tikus gede bangeettt Pakkk!! Takuuutt!!!” Alvi tanpa malu-malu langsung merapat ke tubuh Pak Jamal dan memeluknya.
“Mana?? Biar kubunuh tikusnya!”
“U-Udah kabur ke dapur Pak…”
Dipeluk oleh wanita telanjang yang selama ini jadi obsesi sekaligus fantasinya membuat penis Pak Jamal langsung mengeras. Tubuh Alvi mendesaknya, dada bulat sang menantu menekan dadanya. Inikah yang ditunggu-tunggu oleh pria tua itu sedari dulu, bahkan kini tanpa usaha lebih, Alvi sudah berada dalam pelukannya.
“Ohh…Pak, maaf.” Alvi berpura-pura canggung sembari melepas pelukannya dari tubuh Pak Jamal, namun pria tua itu malah menarik tangannnya agar kembali mendekat.
“Kamu nggak ngrasain kalo kontol bapak udah ngaceng ya?”
“Aaaiihh Bapakk…” Rajuk Alvi masih berpura-pura tak menginginkan hal ini terjadi.
“Aku tadi liat kamu colmek di kamar mandi sambil coli.” Ucap Pak Jamal berterus terang.
“Iihh bapak mesum!”
“Kenapa? Kamu nggak dikasih jatah ya sama Darto?” Tangan keriput Pak Jamal mulai membelai pinggul serta perut Alvi yang terbuka tanpa penghalang.
“I-Iya Pak…Mas Darto buru-buru pergi.” Alvi merasakan sensasi nikmat kala tubuhnya dijamah oleh tangan selain suaminya. Wanita cantik itu menggigit bibirnya sendiri.
“Hmmm, bagaimana kalo pagi ini aku yang ngasih jatah kamu?” Tawar Pak Jamal dengan senyum mesum merekah di wajahnya.
“Jangan Pak…” Alvi memainkan peran sebagai istri yang setia dan pemalu dengan sangat baik, meskipun sentuha jari Pak Jamal pada tubuhnya sama sekali tak tertolak, namun Alvi masih berlagak tak ingin melakukan perzinahan dengan mertuanya sendiri.
“Ayolah, sekali saja. Ayo coba pegang kontolku.”
“Aaiihhh Paakkkk!” Alvi memekik saat Pak Jamal menarik tangan kanannya dan meletakkannya di selangkangan. Alvi bisa merasakan bagaimana penis sang mertua sudah mengeras di balik celana.
“Remesin…” Perintah Pak Jamal. Dada Alvi bergemuruh, inilah kali pertama dia merasakan gundukan kenyal sang mertua.
“Kok udah keras sih Pak?” Pancing Alvi berpura-pura polos.
“Gimana nggak keras kalo liat tubuh seindah ini?” Jemari Pak Jamal kembali menjamah tubuh Alvi, kali ini menyasar gundukan payudara wanita cantik itu.
“Bapak suka dengan tubuhku?” Pak Jamal mengangguk.
“Kamu mau kan ngewe sama Bapak?” Alvi menatap wajah pria tua itu, tersenyum penuh arti sebelum kemudian mengangguk pasrah.
“Tapi Bapak punya permintaan, boleh?”
“Apa pak?”
“Bapak mau lihat kamu make hijab yang biasa kamu pakai waktu kerja.”
“Aneh ih Pak, masak telanjang tapi pake hijab?” Protes Alvi.
“Ayolah, bapak suka liat kamu kalo make hijab. Makin nafsuin.
“Hmm, ya udah deh.”
Tak punya pilihan lain, Alvi berbalik badan dan menuju lemari pakaian. Wanita cantik itu kemudian mengambil selembar kain penutup kepala yang biasa dia gunakan saat bekerja lalu memakainya. Pak Jamal menatap dengan penuh nafsu. Pria tua itu berjalan mendekati Alvi dan langsung mencumbu bibirnya.
“Eeemmcchhhh…Eeemmcchhh..”
Alvi kewalahan mengimbangi permainan lidah dan bibir sang mertua, namun tubuhnya mulai bisa menikmati kegilaan ini. Tiap cumbuan dan sentuhan Pak Jamal seperti membawanya ke surga birahi, sensasi dijamah pria selain suaminya ternyata benar-benar nikmat.
234Please respect copyright.PENANAey7zKrvZb0
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION, untuk membaca versi lengkapnya silahkan KLIK LINK yang ada di bio profil
ns216.73.216.176da2