Waktu sudah menunjukkan pukul satu dinihari saat para pengunjung warung mulai membubarkan diri satu persatu. Zubaedah pun mulai mengemasi beberapa barang dagangannya dan menutup warungnya sebelum kemudian pulang menuju rumahnya yang berada tak jauh dari tempatnya berusaha. Di ujung jalan, Pak Jamal terlihat masih menikmati sebatang rokok kretek, udara dingin karena efek hujan sama sekali tak membuat tubuhnya menggigil.
Tadi, setelah keluar dari kamar mandi, Zubaedah menyanggupi untuk memberinya jatah bersetubuh hari ini. Sama seperti biasanya, Pak Jamal menunggu Zubaedah menutup warungnya, lalu secara diam-diam dia mendatangi rumah janda semok itu.
“Kok nggak pulang Pak?” Pak Jamal menoleh ke belakang dan mendapati Roby dan Rohmat berdiri sambil tersenyum.
“Oh kalian, iya masih males.” Jawab Pak Jamal mencoba menepis keterkejutannya.
“Apa nggak dicariin Mas Darto nanti Pak?” Roby mendekat, satu tangannya merogoh kantong dan mengeluarkan ponsel.
“Ah nggak, udah biasa pulang malam. Kalian kenapa tumben belum pulang juga?” Ujar Pak Jamal sambil membuang puntung rokoknya. Dalam hatinya berharapa agar kedua pelanggan tetap warung Zubaedah ini segera menyingkir agar rencananya menyetubuhi sang janda semok tak berantakan.
“Masih sore ini Pak, malam masih panjang. Hehehehehe.” Jawab Rohmat.
“Mau rokok?” Pak Jamal menawarkan rokok pada kedua pria yang usianya jauh lebih muda darinya itu namun ditolak dengan halus.
“Terima kasih Pak, tapi saya sudah punya rokok sendiri.” Ucap Rohmat sembari mengeluarkan bundkus rokok dari kantong bajunya.
“Ngomong-ngomong, tadi kok di kamar mandi lama banget Pak?” Pertanyaan dari Roby membuat kening Pak Jamal mengkerut.
“Maksudnya?”
“Hahahahaha! Saya sih nggak nyangka kalo selera Mbak Zubaedah pria tua kayak Pak Jamal.” Ujar Roby tanpa basa-basi lagi.
“Heh! Maksudmu apa?!” Emosi Pak Jamal terpancing melihat tingkah kurang ajar dari Roby.
“Tenang Pak, kami cuma becanda aja. Nggak perlu emosi. Sabar…” Rohmat berjalan mendekat mencoba menenagkan emosi pria tua itu.
“Iya Pak Jamal, saya cuma heran dengan ini, dan mau tau rahasianya apa. Hehehehehe.”
Roby menunjukkan layar ponselnya pada Pak Jamal, betapa terkejutnya pria tua itu saat melihat kegiatan cabulnya tadi di kamar mandi bersama Zubaedah ternyata direkam oleh Roby lewat lubang angin. Pak Jamal bahkan tak menduga akan melihat hal seperti ini, emosinya makin terpantik. Tanpa pikir panjang dia langsung mencengkram kerah baju Roby, mendorongnya ke belakang. Pria muda itu sama sekali tak melawan, bahkan tawanya makin meledak.
“Bajingan! Berani-beraninya kamu ngrekam! Hapus sekarang juga! Hapus!” Hardik Pak Jamal dengan tatapan penuh kemarahan. Rohmat mencoba memisahkan keduanya.
“Lepasin Pak, malu nanti kalo dilihat orang.” Ucap Rohmat, sementara Roby masih tertawa cengengesan, sama sekali tak merasa terintimidasi oleh kemarahan Pak Jamal.
“Brengsek!” Umpat Pak Jamal sekali lagi sebelum melepas cengkramannya pada kerah baju Roby.
“Oke, kalo udah tenang kita bisa ngobrol enak sekarang.” Ucap Roby dengan santai.
“Ayo hapus sekarang video itu!” Perintah Pak Jamal masih dengan wajah tegang.
“Nanti pasti Roby hapus Pak tenang saja, asal Pak Jamal mau menuruti kemauan kami.” Pak Jamal mengalihkan pandangannya pada Rohmat.
“Kalian sedang mengancamku?”
“Oh nggak Pak, sama sekali nggak. Kami hanya ingin merasakan apa yang telah dirasakan oleh Pak Jamal.”
“Jangan pikir kami nggak tau apa yang sering lakukan setiap malam saat mendatangi rumah Mbak Zubaedah. Kalo warga kampung sini tau bisa gempar Pak, apalagi sekarang ada bukti video ini.” Celetuk Roby sembari kembali menunjukkan layar ponselnya yang masih memutar adegan blowjob Zubaedah pada penis Pak Jamal.
“Sontoloyo! Kalian mau apa? Uang?! Berapa kalian minta?! Hah?!”
“Kami nggak butuh uangmu Pak tua, kami ingin ikut menikmati tubuh Mbak Zubaedah. Lonte itu sedang menunggumu di rumahnya kan?” Roby maju ke depan, kali ini senyumnya sudah hilang dari wajahnya.
“Nggak mungkin! Zubaedah nggak akan mau!” Tolak Pak Jamal mentah-mentah.
“Nah itu jadi tugas Pak Jamal, kami nggak mau tau gimana caranya. Hehehehehe.” Seloroh Rohmat.
Sejenak Pak Jamal terdiam, dia tau betul jika sekarang sedang berada keadaan dilema. Tak menuruti permintaan Rohmat dan Roby maka dia harus bersiap diri jika skandalnya dengan Zubaedah jadi konsumsi warga kampung. Pak Jamal mungkin bisa langsung menghilang dari kampung, tapi bagaimana dengan nasib Zubaedah? Wanita itu tak punya kemampuan seperti itu, apalagi dia juga sudah memiliki anak.
“Oke! Aku setuju, habis ini kalian bisa ikut aku ke rumah Zubaedah. Tapi dengan satu syarat, kamu hapus video tadi.” Ujar Pak Jamal.
“Nggak ada masalah, langsung saya hapus sekarang Pak.” Roby menanggapi dengan langsung menekan tombol deleted pada file video pada layar ponselnya.
469Please respect copyright.PENANAKVbBVAquuq
***
469Please respect copyright.PENANAcYro6w6nli
Zubaedah baru saja beres bersolek, setelah selesai mandi dan mengganti pakaian. Di kamar lain, dua anaknya sudah terlelap tidur. Meskipun capek setelah hampir seharian menjaga warung, tapi wanita bertubuh sintal itu masih sabar menunggu kehadiran Pak Jamal. Kehadiran sosok pria tua itu nyatanya membuat kehidupan Zubaedah berubah. Tak hanya perBimonomian keluarganya saja yang sangat terbantu, tapi juga Zubaedah mendapatkan sosok pria dewasa yang mampu mengayominya. Sesuatu yang selama ini tak pernah didapatkannya dari sosok sang mendiang suami.
Hanya saja, saat dipancing untuk melangkah ke jenjang hubungan yang lebih serius, Pak Jamal selalu mengelak. Alasannya dia masih butuh waktu untuk saling mengenal dan lain sebagainya. Zubaedah tak punya kuasa atau keberanian untuk mendesak Pak Jamal meskipun hubungan keduanya sudah sangat dekat bahkan sampai pada hubungan badan. Satu-satunya yang bisa dilakukan oleh Zubaedah sekarang hanyalah menjaga keberadaan Pak Jamal agar tak berpaling pada perempuan lain. Maka, apapun yang diminta oleh pria tua itu, sebisa mungkin dituruti.
TOK
TOK
TOK
Zubaedah memastikan penampilannya cukup menggoda di depan cermin sebelum kemudian beranjak menuju pintu rumahnya untuk menyambut kedatangan sang pejantan tua pujaan hatinya. Namun betapa terkejutnya Zubaedah saat membuka pintu rumah tak hanya sosok Pak Jamal yang ada di sana, tapi juga ada Rohmat dan Roby, dua pria pelanggan setia warungnya.
“Loh…? Kalian?”
“Malem Mbak Zubaedah…Wah nafsuin banget pakaiannya.” Ujar Roby tanpa malu-malu saat menyaksikan tubuh semok Zubaedah hanya terbalut daster tipis motif bunga sebatas lutut. Puting payudaranya tercetak jelas karena Zubaedah sengaja tak memakai pakaian dalam apapun.
“Aku perlu ngomong denganmu sekarang.” Tak mau berlama-lama terlihat berada di depan rumah, Pak Jamal langsung menarik tangan Zubaedah menuju ke dalam kamar.
“Kalian tunggu di luar, jangan masuk sebelum aku perintahkan.” Pesan Pak Jamal pada Roby dan Rohmat.
“Siap boss!!” Sahut Rohmat tak kalah antusias setelah melihat Zubaedah.
“Ada apa ini Mas? Kenapa mereka berdua ada di sini?” Cerca Zubaedah saat sudah berada di dalam kamar bersama Pak Jamal.
“Aku minta maaf kepadamu, tapi mereka berdua tau dengan semua yang telah kita lakukan.” Pak Jamal menggenggam erat tangan Zubaedah.
“Tau gimana maksudmu???”
“Ya mereka tau semuanya, bahkan Roby tadi sempat merekam kejadian di kamar mandi.”
“Hah?! Kurang ajar! Biar aku labrak bajingan itu!” Zubaedah yang kaget dan emosi hendak keluar dari kamar namun tangan Pak Jamal lebih cepat mencegahnya.
“Tunggu! Kita nggak boleh gegabah, mereka mengancam akan menyebarkan video itu! Pikirkan nasib anak-anakmu.”
“Mas..Ta-Tapi…” Pelupuk mata Zubaedah mulai berair, sama sekali tak menduga akan berada dalam situasi sepelik ini.
“Tenang, aku sudah bernegosiasi dengan mereka agar mau tutup mulut dan menghapus video kita. Tapi mereka mau…”
“Mau apa Mas?” Potong Zubaedah.
“Mereka mau menidurimu malam ini.”
469Please respect copyright.PENANAKPy4MQYwqH
***
469Please respect copyright.PENANA6sIRQnRSof
“Duh! Nggak sabar pengen buru-buru masuk!”
“Sabar bro, si tua itu lagi nego. Tenang saja, malam ini kita pasti bisa ngewein Mbak Zubaedah.”
“Kamu liat nggak tadi pakaiannya? Bener-bener nafsuin! Aku yakin lonte itu nggak pake daleman!” Ujar Rohmat antusias.
“Hehehehehe, nggak nyangka seteklah sekian lama cuma bisa liat doang, sebentar lagi aku akan bisa ngrasain memek Mbak Zubaedah!” Balas Roby sembari mengepulkan asap rokok dari dalam mulutnya. Tak lama, pintu rumah terbuka, Pak Jamal muncul dengan wajah tegang.
“Kalian boleh masuk, langsung masuk ke kamar dan jangan ribut karena anak-anak Zubaedah sudah tidur.” Ujar pria tua itu dengan dingin.
“Hehehehe, terima kasih Pak Jamal. Ayo bro! Waktunya beraksi.” Rohmat dan Roby tak mau menunggu lama dan langsung berjalan masuk menuju kamar Zubaedah di bagian ujung ruangan.
Saat sudah berada di dalam kamar, Rohmat dan Robi langsung disajikan sebuah pemandangan eksotis yang selama ini hanya bisa mereka bayangkan sembari melakukan masturbasi. Zubaedah sudah berdiri pasrah hanya dnegan mengenakan daster tipis, saking tipisnya bahkan lekukan tubuh janda semok itu sampai terlihat.
“Oke, kalian mau apa sekarang?” Tantang Zubaedah, sudah kepalang tanggung, dia juga tak bisa menolak permintaan kedua pelanggan warungnya itu.
“Buka aja dasternya Mbak, biar makin hot.” Perintah Rohmat, Roby tersenyum bahagia, sesaat lagi mereka akan menyaksikan tubuh indah Zubaedah telanjang bulat.
Zubaedah mulai melepas dasternya begitu saja menyisakan tubuh mulus tanpa penghalang mata. Decak kagum terdengar dari mulut Roby dan Roby yang baru pertama ini melihat tubuh telanjang Zubaedah. Tak sabar, Roby langsung mendekati tubuh Zubaedah. Jari-jari kekarnya mulai menjamah bongkahan bulat nan padat di dada janda cantik itu. Meremasnya secara perlahan. Pintu kamar terbuka, sosok Pak Jamal hadir menyaksikan tubuh wanita yang harusnya dia jamah sendirian kini sedang disentuh oleh pria lain.
“Eeemcchhhhh…”
Zubaedah melenguh pasrah, apalagi saat Rohmat mulai ikut mendekat dan ikut mencumbui tengkuk serta lehernya. Roby yang sudah diburu nafsu langsung menghisap puting Zubaedah secara bergantian kiri dan kanan. Lidah pemuda yang sehari-hari jadi preman pasar itu mengais-ngais tiap jengkal daging kecil yang mulai mengeras dengan jilatan lidah kasarnya.
“Ouuccchhh!” Desis Zubaedah. Matanya terpejam, tak mampu menatap wajah Pak Jamal yang entah kenapa terlihat begitu tenang dan tak emosi sama sekali.
Rohmat meraih kepala janda cantik itu kemudian langsung mengulum bibirnya dari belakang. Zubaedah tanggap, mengikuti kemana alur lidah pria itu bergerak menjelajahi tiap jengkal bagian mulut. Lidah mereka saling membelit, menjilat penuh hasrat, bertukar liur yang membaur deru nafsu.
Bibir tebal Roby bergerak menyusur ke bawah, sementara kedua tangannya masih betah menangkup payudara Zubaedah dan terus meremasnya. Aroma semerbak khas vagina langsung tercium oleh pemuda itu saat kepalanya yang tertunduk sudah sampai di depan liang senggama. Zubaedah mengangkat satu kakinya dan meletakkan pada pundak Roby yang berlutut di bawah tubuhnya.
Dengan rakus Roby langsung menyergap vagina Zubaedah, menjilatinya penuh nafsu, lidahnya seperti menari-nari di mulut lubang peranakan sang janda sintal. Zubaedah sampai harus memejamkan matanya kala Roby mulai mengeksplore clitorisnya dengan hisapan-hisapan lembut.
Setelah beberapa saat, Zubaedah akhirnya tak tahan untuk menjadi leader dalam permainan. Janda itu mulai berlutut di bawah tubuh Rohmat dan Roby. Dengan cekatan Zubaedah melepas celana mereka satu persatu. Penis gemuk milik Rohmat, dan penis kekar hitam legam milik Roby langsung mencuat keluar, keras sempurna. Pak Jamal ikut mendekat, pria tua itu ternyata sudah telanjang bulat sedari tadi, penisnya pun mulai menegang.
Lidah Zubaedah mulai menjilati batang kekar milik Roby, lidahnya bergerak dari bagian pangkal hingga lubang kencing milik pemuda itu. Sementara dua tangannya mengocok tak beraturan dua penis milik Rohmat dan Pak Jamal.
“Eeemcchhh!! Eeemmcch!!”
Kepala Zubaedah lalu berpindah mengarah pada penis gemuk milik Rohmat, janda cantik itu langsung mengulumnya. Menghisapnya kuat-kuat hingga membuat Rohmat melenguh menahan nikmat. Ini mungkin bukan pertama kalinya Rohmat merasakan blowjob dari seorang wanita, tapi hisapan Zubaedah membuatnya begitu keenakan. Apalagi saat mulut Zubaedah mengulum dua buah bola pelirnya lalu dengan sengaja menyedotnya. Ngilu, tapi sekaligus nikmat.
“Edan! Mbak Zubaedah bener-bener binal!” Puji Roby masih tak percaya jika wanita cantik yang selama ini sering dia bayangkan sambil masturbasi sekarang sudah berlutut di bawah tubuhnya sambil mengocoki batang penisnya. Khayalan yang jadi kenyataan.
“Ayo giliranku! Emutin ini!” Perintah Pak Jamal sambil menyodorkan penisnya pada mulut Zubaedah yang masih dipenuhi penis Rohmat.
Zubaedah melepas genggaman tangannya pada penis Roby yang paling besar diantara pria-pria lain. Segera diraihnya penis Pak Jamal, hanya dengan satu gerakan penis itu langsung dikulumnya. Disedot sampai ke pangkalnya, tak sulit karena dia sudah begitu terbiasa melayani penis Pak Jamal. Kepala Zubaedah maju mundur mengulum penis Pak Jamal, ia memutarkan lidahnya mengitari kepala penis yang bersunat seperti jamur membuat pemiliknya bergetar menahan nikmat.
Roby bergerak ke belakang tubuh Zubaedah. Janda itu langsung sedikit menunggingkan badannya, bongkahan padat pantat bulat langsung terpampang jelas di hadapan Roby. Lipatan vagina basah yang ditumbuhi bulu-bulu halus membuat pemuda itu kembali terkesima. Zubaedah sendiri masih disibukkan dengan oral sexnya pada penis Rohmat dan Pak Jamal. Secara bergantian dua pria berbeda usia itu menikmati serviz mulut Zubaedah yang semakin binal.
“Egghhhhh!!!!” Zubaedah melirik ke belakang, Roby sudah melesakkan batang penis kekarnya ke dalam vagina.
Roby menyentakkan pinggulnya hingga penisnya amblas seluruhnya di vagina Zubaedah diiringi erangan panjang wanita itu. Sesaat kemudian Roby sudah mengaduk-aduk vaginanya dengan penisnya yang perkasa. Zubaedah dapat merasakan urat-urat yang menonjol pada penis itu bergesekan dengan dinding vaginanya. Berangsur-angsur rasa ngilu itu memudar berganti dengan kenikmatan yang tak terlukiskan, terutama ketika kepala penis yang seperti jamur itu bertumbukan dengan G-spotnya, hal itu membuatnya tak tahan untuk tak menjerit.
Genjotan Roby begitu bertenaga sehingga tubuh Zubaedah ikut tersentak-sentak, payudaranya pun bergoyang seirama tubuhnya. Pemandangan tersebut membuat Rohmat gregetan, ia berlutut lalu mulai mengenyoti payudara Zubaedah.
Terkadang remasan Rohmat begitu keras saking gemasnya sehingga Zubaedah merintih kesakitan, namun itu juga menambah nikmat persetubuhan, rasa sakit bercampur baur menjadi satu dengan nikmatnya gesekan-gesekan alat kelamin mereka dan sentuhan-sentuhan erotis di tubuhnya. Genjotan Roby yang bertenaga membuat tubuhnya bergerak liar maju mundur.
“Eeemcchhh! Aaachh!!!!”
Lenguhan Zubaedah tak bisa berlanjut lebih lama karena langsung disumpal oleh penis Pak Jamal. Pria tua itu mencengkram kepala sang janda lalu dengan sekuat tenaga mulai menggerakkan pinggulnya persis seperti apa yang dilakukan oleh Roby pada vagina Zubaedah.
Alhasil, Zubaedah dibuat gelapan bukan main karena dua lubang pada tubuhnya disetubuhi secara brutal oleh dua penis sekaligus. Mata Zubaedah hanya bisa terpejam menikmati dinding vaginanya disesaki penis kekar nan panjang milik Roby, sementara mulutnya diperkosa oleh penis Pak Jamal.
“Aaarghhtt!!! Aaarghhtt!!!”
Zubaedah memukul-mukul dada Pak Jamal yang menekan pinggul kuat-kuat hingga membuat penisnya terdorong masuk begitu dalam, nyaris menyentuh kerongkongan. Zubaedah megap-megap dengan liur menetes setelah Pak Jamal melepas batang penisnya dari dalam mulut. Pria tua itu tersenyum senang melihat ekspresi wajah Zubaedah yang nampak kewalahan mengambil nafas.
“Bro, gantian dong! Aku juga pengen ngentot!” Rajuk Rohmat yang belum mendapat jatah merasakan sempitnya vagina Zubaedah.
“Hehehehe, iya bentar lagi.” Sahut Roby sambil terus menggenjot tubuh Zubaedah dari belakang. Selang beberapa waktu pemuda itu akhirnya melepas batang penisnya dari lubang peranakan milik sang janda.
Nafas Zubaedah tersenggal luar biasa, namun belum sampai mengambil waktu istrirahat lebih, Rohmat sudah menariknya menuju ranjang. Rohmat langsung terlentang, menunjukkan batang penisnya yang sudah mengacung, siap untuk dipakai. Tanpa menunggu perintah, Zubaedah menaiki tubuh Rohmat yang terlentang di sampingnya. Janda cantik itu memegang penis Rohmat dari atas kemudian mengarahkannya pada liang vaginanya yang sudah sangat basah, hanya dengan sekali gerakan menekan ke bawah seluruh batang penis pria tambun itu langsung tertelan oleh vagina Zubaedah.
“Oouucchhhh...”
Lenguh Zubaedah, wanita cantik itu mulai menggoyangkan pinggulnya naik turun, menggenjot penis Rohmat dari atas. Roby yang belum tuntas menyelesaikan hajatnya tadi tampak belum puas, segera dia berdiri di samping tubuh Zubaedah dan mengarahkan batang penisnya ke mulut wanita cantik itu. Zubaedah langsung menyambutnya dengan kuluman serta hisapan sambil terus bergerak naik turun di atas tubuh Rohmat.
Pak Jamal yang sedari tadi hanya bisa merasakan hisapan mulut Zubaedah pada penisnya beringsut di belakang tubuh Zubaedah. Di saat Zubaedah masih menggenjot tubuh Rohmat, diam-diam Pak Jamal mulai memainkan ujung jarinya pada lubang anus wanita cantik itu. Zubaedah menoleh ke belakang karena merasakan ada jemari yang mencoba menerobos lubang analnya.
“Emmcchhh...Geli...Pake kontol aja Mas sekalian biar puas...” Tantang Zubaedah pada Pak Jamal.
Zubaedah menghentikan goyangan tubuhnya, seperti tau akan kemauan Zubaedah, Rohmat langsung mendekap punggung wanita cantik itu, membuatnya kini berada dalam posisi seperti sedang bersujud dengan alas tubuh tambun Rohmat.
Tak mau menyia-nyiakan momen, Pak Jamal segera membasahi ujung penisnya dengan air liur sebelum akhirnya melesakkanya ke dalam liang anal Zubaedah yang sudah menantang. Sedikit kesulitan Pak Jamal untuk memasukkannya karena satu lubang tubuh Zubaedah sudah tersumpal penis lain, pria itu menambah tekanan agar penisnya segera masuk ke dalam liang anal Zubaedah.
“Aaacchhg!! Pelan!! Sakiitt!!” Lenguh Zubaedah menahan dorongan batang penis Pak Jamal yang berusaha memasuki liang analnya.
“Tahan sebentar sayang, hehehe...” Ucap Rohmat.
Pria tambun itu lalu meraih kepala Zubaedah agar mendekati wajahnya. Dengan sangat rakus Rohmat menjilati bibir Zubaedah dengan lidahnya, Zubaedah tak mau kalah, disambutnya lidah Rohmat dengan hisapan-hisapan lembut. Disaat tengah asyik berciuman dengan Rohmat, Zubaedah dikejutkan oleh lesakan benda tumpul yang menerobos liang analnya, Pak Jamal dengan susah payah berhasil memasukkan seluruh batangnya.
“Ouuchhhh!!! Eemcchhhh!!”
Zubaedah sampai harus menggigit bibirnya sendiri akibat dua lubang pada tubuhnya kini telah disesaki oleh batang penis. Tubuhnya seperti sasak hidup yang dihujami oleh sodokan demi sodokan penis Rohmat dan Pak Jamal. Sensasi yang selama ini belum pernah dia rasakan seumur hidup.
“Ooochhhh!! Oocchh!! Iya!! Kencengin!! Aaacchhh!!” Racau Zubaedah tak karuan.
Tubuhnya terhuyung maju mundur hingga naik turun mengikuti irama gerakan Pak Jamal yang menyodok lubang analnya dari belakang, dan liukan pinggul Rohmat dari bawah. Roby seperti sudah tak tahan, segera dia mendekati tubuh Zubaedah sambil terus mengocok batang penisnya yang semakin keras, diarahkannya ujung penis pada wajah Zubaedah.
“Eeeemmcchhh!! Ayo sini muncratin sayang!! muncratin yang banyak !” Ucap Zubaedah menggoda birahi Roby dengan tatapan mesum, wanita itu membuka mulutnya lebar-lebar siap menelan semprotan sperma yang akan keluar dari penis.
“Oooocchhhh!!! Oocchhhh!!”
Roby melenguh panjang, satu tangannya menjambak rambut Zubaedah kemudian detik berikutnya sperma keluar begitu saja membasahi mulut dan wajah cantik Zubaedah. Basah, kental, hangat.
“Aaaacchhhh!! Aaacchhh!!”
Zubaedah tak mau membuang sisa sperma yang masih leleh di ujung penis Roby, langsung saja dia lahap dan mengulum batang penis pemuda itu sambil memberi sedotan yang cukup kuat hingga membuat Roby menahan ngilu dan geli yang teramat sangat.
“Oocchhhh! Gila! Enak banget Mbak!” Puji Roby gelagapan.
Dengan wajah belepotan sperma, tubuh Zubaedah masih bergerak liar karena masih digenjot oleh Rohmat dan Pak Jamal. Ketiganya mulai memacu tubuh masing-masing, semakin lama goyangan mereka semakin liar. Zubaedah mendesah tak karuan merasakan kedua penis itu keluar masuk mengocok-ngocok kedua lubangnya.
Selama hampir seperempat jam kedua pria itu men-sandwich tubuh mulus Zubaedah. Genjotan demi genjotan kedua penis itu membawanya kian ke puncak, tubuhnya mulai mengejang pertanda gelombang orgasme sudah akan segera tiba.
“Aaachh!! Anjing!! Anjing!! Aach!!!”
“Bos dia mau keluar!” Pekik Rohmat yang merasakan tubuh Zubaedah mulai tegang.
“Hehehe! Ayo keluarin bareng! Kita penuhin lubang lonte ini dengan peju!” Seloroh Pak Jamal.
Peluh sudah membasahi ketiganya, terlebih Zubaedah yang tubuhnya dihimpit dua tubuh pria sekaligus. Lenguhan dan erangan terdengar silih berganti memenuhi kamar. Dinginnya AC ternyata tak cukup meredam panasnya perzinahan mereka.
“Aaachhhh! Keluar! Aku keluar!!”
Pekikan Zubaedah disertai tubuhnya yang menegang hebat, menggelepar tak berdaya, beruntung Rohmat sigap memeluknya dari bawah. Di belakang Pak Jamal menghentakkan seluruh batang penisnya ke dalam anus Zubaedah sekuat tenaga sebelum akhirnya lenguhan panjang juga terdengar dari mulutnya bebarengan dengan semprotan sperma yang meluber, memenuhi lubang pembuangan si cantik.
Rohmat mengehentak kuat dari bawah, penisnya sedikit leluasa bergerak naik turun setelah Pak Jamal sudah menyelesaikan hajatnya. Diraihnya kepala Zubaedah sebelum kembali menciumi bibir janda cantik itu dengan buas. Tak ada rasa jijik sedikitpun meskipun wajah Zubaedah sudah belepotan sperma Roby. Sesaat kemudian muntahlah peluru keperkasaan si pria tambun, menyemprot kuat di dalam vagina Zubaedah.
“Hah!! Haah!!!”
Tubuh Zubaedah masih tertelungkup di atas badan Rohmat, sementara Pak Jamal sudah mencabut penisnya dari dalam anus. Nafas Zubaedah dan Rohmat saling memburu setelah memacu birahi bersama-sama. Namun itu belum usai karena Roby masih penasaran meskipun sudah sempat berejakulasi di wajah si cantik. Pemuda berbadan kekar itu menarik tubuh Zubaedah dari dekapan Rohmat dan langsung menelentangkannya di atas ranjang.
“Heeghh!!!”
Zubaedah terpekik kaget ketika Roby langsung menancapkan batang penisnya yang jauh lebih besar dibanding milik Rohmat maupun Pak Jamal. Tanpa aba-aba Roby langsung menggenjot tubuh si cantik dilesakkan penisnya yang besar ke dalam vagina. Zubaedah merem melek karena tidak bisa menahan kenikmatan yang diberikan oleh Roby.
Seluruh liang senggamanya seakan sesak terisi penuh oleh penis Roby. Zubaedah bisa merasakan denyutan demi denyutan penis sang pejantan di dalam liang cintanya. Vaginanya terus memeras penis Roby yang keluar masuk dengan cepat. Tiap kali digerakkan, seakan tusukan Roby makin ke dalam, membuat Zubaedah mendesah-desah karena tak tahan. Desahan si cantik itu membuat Roby makin cepat memompa vagina.
"Aaaccchh!!!!" Zubaedah sampai harus meremas permukaan seprei yang sudah berantakan.
Hentakan demi hentakan pinggul Roby dengan kecepatan tinggi membuat vagina Zubaedah layaknya sasaran tembak rapuh bagi pusaka pria itu. Seringai mesum Roby kembali terlihat ketika Zubaedah mulai meracau tak karuan sambil memeluk leher kekarnya, kemenangan telak karena membuat Zubaedah ikut larut menikmati persetubuhan.
"Ampun! Ampuuunn!! Aaachh!!!!!" Pekik Zubaedah, kedua matanya nyaris mendelik. Teriakan itu justru membuat Roby makin dalam menancapkan batang penisnya pada liang vagina, hingga satu hentakan keras kembali membuat wanita cantik itu merasakan orgasme untuk kedua kalinya.
"Aaachhhh! Anjing!!!!"
Nafas Zubaedah tersenggal hebat, bulir peluh sudah membasahi tubuh moleknya yang tak berdaya dihantam gelombang orgasme. Pak Jamal yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi kembali mendekati tubuh Zubaedah. Segera dijejalkannya penis ke dalam mulut janda cantik itu. Sambil menikmati genjotan penis Roby, Zubaedah mulai mengulum penis pria tua itu. Rohmat yang sedari tadi hanya melihat pergumulan juga ikut mendekat, kali ini dia menyasar payudara montok milik Zubaedah yang tergoncang-goncang akibat sodokan badan Roby.
Tubuh Zubaedah kembali digumuli tiga pria sekaligus, menjadi budak sex bagi dua pria mesum yang selama ini hanya bisa melihatnya pakaian sexy saat menjaga warung dan tentu saja memberi jatah bagi pria idamannya, Pak Jamal. Birahi sudah terbang tinggi merusak sekat-sekat kepatutan antar anak manusia. Zubaedah menikmati dosa ini, apalagi tiga pria beruntung yang kini sedang menjamah tubuhnya tanpa henti seolah memiliki stamina berlebih, memacu nafsu hingga lupa waktu.
469Please respect copyright.PENANAvsma7WnoBO
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION UNCENSORED, untuk membaca versi lengkapnya silahkan klik link di bagian bawah bio profil
ns216.73.216.117da2