Faiz berjalan tanpa arah. Setiap langkah seperti ditolak oleh ketakutan, bukan akal.
Dia hanya mahu jauh dari perigi itu. Tapi hutan ini… seolah-olah hidup. Seolah-olah memerhati.
45Please respect copyright.PENANAv8gDBurUTJ
Tiba-tiba dia terdengar bunyi — bunyi kain diseret atas tanah, dan bau darah segar.
45Please respect copyright.PENANALs3KQcpvk1
Dia ikut bunyi itu, walau nalurinya menyuruh dia lari. Dia tak tahu kenapa… tapi ada suara halus dalam dirinya berkata: “Kau perlu tahu. Semua ini tentang kau.”
45Please respect copyright.PENANARCEz2eQaPh
Di celah pokok, dia nampak satu kawasan terbuka — dan di tengahnya, sebuah khemah merah yang sama seperti yang mereka pasang lima tahun dulu.
45Please respect copyright.PENANAgkySq1958C
Tapi kini, khemah itu kotor. Dinding kainnya dipenuhi simbol pelik, dilukis dengan darah yang masih basah.
45Please respect copyright.PENANAkwH64LBqxg
Faiz melangkah masuk perlahan.
45Please respect copyright.PENANALelT1i5JbT
Di dalam khemah — tidak kosong.
45Please respect copyright.PENANAA6gwJTvHud
Ada seorang lelaki tua duduk bersila, membelakangkannya. Rambutnya kusut panjang, tubuhnya kurus kering, kulit seperti disalut lumpur dan darah.
45Please respect copyright.PENANAlEOWBBATIu
Lelaki itu bercakap tanpa berpaling:
45Please respect copyright.PENANAGR57Ve1uXs
> “Kau lambat, Faiz. Tapi kau tetap datang.”
45Please respect copyright.PENANA1494W8eMkb
45Please respect copyright.PENANAPgUrxmoBMt
Faiz terkejut, hampir melangkah ke belakang.
45Please respect copyright.PENANAQAPix6qzCh
“Siapa kau?” soalnya, suara tersekat.
45Please respect copyright.PENANAdeR0XOO5Rp
Lelaki itu berpaling perlahan. Matanya tajam, tapi merah. Di dahinya, simbol pisau dan lingkaran — sama seperti yang dilihat dalam pondok tadi — telah dilukis dengan luka sebenar.
45Please respect copyright.PENANALBDl7Dakt3
> “Aku Pendeta Darah,” katanya. “Pewaris suara yang tak pernah tidur.”
45Please respect copyright.PENANACqZRM8CU2i
45Please respect copyright.PENANAqkFCZkUcGM
45Please respect copyright.PENANAZUkZ9olN53
Faiz mahu lari, tapi lelaki itu hulur tangan dan menunjuk ke satu sudut khemah.
45Please respect copyright.PENANABvfPPwfyhl
Di situ, ada lima tali leher kain tergantung — setiap satu ada tanda nama lama.
45Please respect copyright.PENANApVUP9mzBhD
Iskandar. Amir. Salim. Zai. Faiz.
45Please respect copyright.PENANAciY1vc3E7E
Cuma satu yang belum berdarah.
45Please respect copyright.PENANAurGGtyBdLf
Pendeta Darah bangun, perlahan. Tubuhnya bergoyang tapi matanya kekal tajam.
45Please respect copyright.PENANA66VL2QPKWs
> “Kami tidak makan sembarangan.”
“Kami hanya makan mereka yang terpilih.”
45Please respect copyright.PENANArGgAQOfFr1
45Please respect copyright.PENANA7ZFRmmH3ML
45Please respect copyright.PENANAWSCBANqPvz
Dia buka satu gulungan kertas usang dan letak di kaki Faiz.
45Please respect copyright.PENANAXTOR05nhAC
Tulisan atas kertas itu ialah:
45Please respect copyright.PENANAfQ5tTQbpDh
> “Ritual Pemanggilan Kelima.”
45Please respect copyright.PENANAP8h2Puhhlv
45Please respect copyright.PENANAgQENFwUdA0
45Please respect copyright.PENANAB9sPOUR3rJ
Faiz membacanya sepintas lalu. Ia bukan doa. Ia bukan mantera.
45Please respect copyright.PENANApgAJh1SUyf
Ia resipi.
Resipi untuk "membuka jalan" melalui daging manusia.
45Please respect copyright.PENANAJrAbTmCbQt
45Please respect copyright.PENANASHxS9lIHFP
Pendeta Darah duduk kembali.
45Please respect copyright.PENANAXBggYMfHA6
> “Kau bukan yang pertama bangkit dari perigi. Tapi kau mungkin yang terakhir…”
“Jika kau tolak takdir, kau tetap akan dipanggil semula. Jika kau terima, kau akan jadi ‘penjaga pintu’.”
45Please respect copyright.PENANAAdvX9S99Dp
45Please respect copyright.PENANAj9svEnjgKv
45Please respect copyright.PENANAM2VCLxfQoE
Faiz tidak faham.
45Please respect copyright.PENANAKsEtqC42eI
“Tapi kenapa aku?” soalnya.
45Please respect copyright.PENANA3Xe6qsQ7VC
Pendeta Darah tersenyum.
45Please respect copyright.PENANAqi50kAmVSi
> “Kerana hanya kau yang kembali hidup. Dan kau masih ada… suara itu dalam kepala.”
45Please respect copyright.PENANAEPJu5uLXkx
45Please respect copyright.PENANASDnhEfKXO0
45Please respect copyright.PENANAjNuI0Nk6vg
Tiba-tiba suara dalam kepala Faiz kembali — lebih jelas.
45Please respect copyright.PENANAIzkn271ICz
> “Kami lapar, Faiz… buka jalan. Tolong.”
45Please respect copyright.PENANAqc8D2DR4AA
45Please respect copyright.PENANAXGG7c9iauT
Faiz keluar dari khemah itu dalam keadaan separuh sedar. Langit sudah gelap sepenuhnya.
Hutan mula bersuara — seperti ratusan bisikan bermain di antara pokok-pokok.
45Please respect copyright.PENANA8IuoVo4JiQ
Dia buka begnya. Jurnal Pendeta Darah terbuka sendiri. Satu muka surat terbakar perlahan tanpa api.
45Please respect copyright.PENANAiXi6jkjeBR
Tulisan terakhir yang terbaca:
45Please respect copyright.PENANAwcIcVqgbs2
> “Darah keempat dituntut malam ini.
Jika tidak diberi… pintu akan ambil sendiri.”
45Please respect copyright.PENANA808HjEn7rA
45Please respect copyright.PENANA3Ts2j5AA1U
45Please respect copyright.PENANAsPlEjGMIjU
Faiz pandang langit.
45Please respect copyright.PENANA7J6WdK1Hmd
Bulan merah naik,
dan bau daging terbakar mula meresap dari dalam hutan.