Kyla baru saja terbangun dari alam bawah sadarnya setelah bunyi alarm yang berbunyi sejak tadi. Ia pun mencari keberadaan jam weker di atas nakas yang telah mengganggu tidurnya, padahal ia baru tidur selama 3 jam saja karena insomnia-nya kambuh lagi semalam.
“7:49” itulah yang dapat kyla lihat dari jam wekernya saat ia telah mendapatkannya, “What? Kacau nih, bisa telat.” setelah kaget melihat jam wekernya, Kyla pun menyibakkan selimutnya dan berlari ke kamar mandi sambil membawa handuk yang berada digantungan sebelah kamar mandinya.
5 menit berlalu dan sekarang Kyla sedang memasang sepatu converse abu-abu kesayangannya itu dengan sangat terburu-buru di kedua kakinya. Tak berselang lama, ia sudah berlari keluar dari kamarnya dan menuruni satu persatu tangga yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua.
Ia langsung berbelok menuju meja makan dan meminum susu coklat kesukaannya dalam satu tegukkan dan telah habis setengahnya, tak lupa ia juga mengambil satu roti yang telah diolesi selai dengan rasa yang sama. Tapi Kyla memakan rotinya itu dengan berlari menuju garasi rumah untuk menghemat waktunya.
Mata Kyla langsung melotot sekaligus sedih karena tak melihat satu pun mobil yang terparkir di sana. Akhirnya, kyla pun memutuskan untuk berlari lagi menuju halte dekat rumahnya dan berharap masih ada bus yang bisa mengantarkannya sampai di sekolah tanpa terlambat.
“Pagi non.” sapaan pak karun atau satpam rumahnya saat melihat Kyla berlari melewati tempat jaganya.
“Udah kesiangan pak.” kyla tak menjawab sapaan pak karun tapi malah menyebutkan bahwa ia sudah telat. Pak karun pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan anak majikannya itu.
Kyla pun membungkukkan badan sambil memegang lututnya dan mencoba mengatur nafasnya yang tak karuan karena berlari untuk sampai halte. Setelah merasa sudah baikkan, ia pun melihat kiri dan kanannya berharap akan ada bus yang lewat atau setidaknya ojek yang bisa ia tumpangi. Tapi nihil, bus serta ojek yang ia harapkan tidak terlihat juga.
“Kalo gini mah telat udah di depan mata.” ucap Kyla pada dirinya sendiri. Masa bodoh deh lari lagi, yang penting gue harus sekolah batinnya.
Sesekali ia melirik jam tangan yang berada di pergelangan tangan kirinya. 2 menit lagi, semoga waktu berpihak pada gue batin Kyla di sela larinya yang semakin melambat bukannya semakin cepat.
Brukkk
“Aw...” ringisan yang keluar dari bibir Kyla yang telah berada di lantai trotoar. Ia pun mencoba untuk duduk dan membersihkan tangan serta lututnya yang kotor dan lecet akibat gesekan antara kulitnya dan lantai trotoar barusan.
“Sakit.” ucap kyla saat membersihkan lututnya yang sudah mengeluarkan darah, memang tidak banyak tapi cukup perih untuknya.
“Kalo mau duduk itu dikursi bukan dilantai.” suara itu masuk ke indera pendengaran Kyla, dan Kyla pun menatap sinis punggung cowok yang baru saja melewatinya. Tinggi tegap, rambut lumayan rapi, tas yang hanya nyampir di pundak kanan, tangan masuk di saku celana, sepatu nike hitam putih, dan memakai seragam yang sama dengannya.
Kyla yang melihat itupun kesal atas perilakunya yang gak manusiawi, bukannya nolongin kyla, dia malah lewat sambil mengejeknya.
“Aw.” pekikkan yang terlontar dari cowok yang tadi ditatap Kyla saat merasakan punggungnya mendapatkan lemparan seperti batu atau apalah itu. Ia pun menoleh kepada Kyla yang masih pada posisinya.
Itukan Aldian batin Kyla saat cowok yang dengan sengaja ia lemparkan sepatu milikinya tadi. Kyla yang melihat ekspresi Aldian hanya menaikkan sebelah alisnya pun jengkel padanya.
“Kalo lihat orang jatuh itu di tolongin, bukan di tinggalin.” suara Kyla yang di tujukan pada Aldian. Kyla pun memandang sepatunya yang tergeletak di depan Aldian, lalu menunjuk sepatunya dan mengisyaratkan pada cowok itu untuk membawakan sepatunya kembali ke pemilikinya yaitu Kyla. Tapi cowok itu hanya menampilkan wajah dingin serta datarnya itu, lalu berbalik dan kembali berjalan tanpa menghiraukan apa yang Kyla suruh.
Gila tuh cowok, nyari ribut banget. Itulah yang bisa Kyla ucapkan dalam hatinya atas perilaku cowok itu.
Kyla pun memutuskan untuk berdiri dan menuju di mana sepatunya berada lalu memasang kembali sepatunya itu pada kakinya. Ia pun kembali melanjutkan perjalanannya yang tertunda menuju sekolah walaupun dengan jalan yang tergopoh-gopoh.
***
Mata Kyla hanya dapat menatap sedih pada gerbang sekolah yang ada di depannya sudah tertutup rapat dengan gembok untuk menguncinya. Ia pun melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 8:05. Arghhh telat lagi deh rutuk Kyla pada dirinya sendiri.
Mata Kyla beralih pada punggung cowok yang sekarang sedang berjalan ke arah samping sekolah dengan gaya santainya. Karena Kyla penasaran dengan apa yang akan cowok itu lakukan pun, ia memilih untuk mengikutinya dari belakang.
Kini Kyla pun hanya bisa membentuk huruf ‘O’ dengan mata yang membesar dan tak berkedip saat melihat cowok yang ia ikuti tadi sudah meloncat ke dalam sekolah dengan melewati gerbang yang berada di belakang sekolah.
“Eh, bantuin gue dong?” ucap Kyla saat ia melihat Aldian telah berjalan masuk ke sekolah. Aldian yang merasa ada yang berbicara padanya pun menghadap belakang dan melihat gadis yang tadi ia temui di jalan menuju sekolah.
“Lo ngomomg sama gue?” tanya Aldian sambil menunjuk dirinya sendiri dan melihat ke arah belakang untuk melihat apakah ada orang lain di sana.
“Ialah gue ngomong sama lo, emangnya sama siapa lagi. By the way bantuin gue dong?” Kyla sedikit kesal dengan cowok itu, apalagi tadi ia mengejek dan meninggalkannya, tapi ia tetap meminta bantuan dengan cowok itu.
“Kalo mau minta bantuan itu harus tulus, coba bilang lagi?” dengan wajah angkuh dan datar Aldian mengucapkan itu.
Kyla yang mendengar itupun hanya bisa melototkan matanya. Gila nih cowok, minta dijitak aja batin Kyla. Kyla pun menghirup nafas sejenak lalu menghembuskannya dengan kasar.
“Aldian yang baik, seorang ketua kelas XI IPA 3 dengan jabatan sebagai ketos juga and the most wanted sekolah tolong bantuin gue dong. Gue tuh harus belajar, kalo gue gak belajar nanti gue bisa bego, kasihan ortu gue yang udah ngembiayain gue sekolah mahal-mahal tapi anaknya tetep bego. Bantuin gue ya?” ingin sekali rasanya Kyla muntah setelah mengucapkan kata-kata itu, tapi ia berusaha memasang muka memelas dengan tangan yang saling menggenggam di depan wajahnya.
Aldian ingin tertawa melihat betapa lucunya gadis yang sedang memohon bantuan kepadanya, tapi ia tahan dan memilih pergi entah kemana, lalu kembali dengan sebuah tangga dan meletakkannya di pagar.
“Naik”
“Lo gila apa, mana mungkin gue naik. Gue kan pakai...” belum usai ia melanjutkan perkataannya, Aldian sudah dulu memotongnya, sambil melemparkan jaket biru dongkernya pada Kyla melewati atas pagar
“Pakai.” jaket Aldian berada tepat di atas kepala Kyla dan langsung menyingkirkan jaket itu dari kepalanya dengan memasang wajah cemberutnya atas perlakuan Aldian barusan.
“Pakai atau gue tinggal?” ujar Aldian saat melihat Kyla yang tak kunjung memakai jaketnya dan malah diam dengan wajah cemberutnya. Kyla pun langsung memakai jaket milik Aldian dengan melingkarkannya pada pinggang Kyla. Setelah memasangnya, Kyla pun menaiki pagar sekolah sampai atas barulah ia menuruni tangga yang telah dibawakan oleh Aldian tadi.
Setelah melihat cewek di depannya ini sampai dengan selamat, Aldian berbalik dan berjalan kembali menuju kelasnya.
“Aldian.” yang dipanggil pun langsung melihat ke belakang dengan mata melotot dan jari telunjuk yang berada di depan bibirnya. Kyla yang menyadari suaranya sedikit kencang pun dengan refleks menutup mulutnya dengan kedua tangannya, lalu berjalan mendekati Aldian.
“Nih.” Kyla melepas jaket yang melingkar di pinggangnya dan memberikannya pada Aldian. Aldian pun mengambilnya lalu berjalan lebih dulu. Kyla pun menyusul dan berjalan berdampingan dengan Aldian.
“Makasih.”Kyla mengeluarkan suaranya dengan pelan dengan pandangan menatap depan. Aldian yang mendengar ucapan Kyla pun tersenyum singkat lalu senyumnya lenyap--takut kalau Kyla nanti melihatnya.
“Oke.” itulah jawaban Aldian. Mereka masih terus berjalan berdampingan tanpa ada yang memulai perbincangan.
***
ns3.144.17.93da2