x
"Tersangkanya mulai mengerucut."
125Please respect copyright.PENANATXySAO5r9N
Aiden hanya berdeham sambil mengunyah sandwichnya. Saat ini mereka sedang sarapan bersama di salah satu sudut café di depan rumah sakit Brigham, tempat perawatan Ms. Marlon. Polisi masih tampak berjaga cukup ketat.
125Please respect copyright.PENANAr6m410Qc8O
"Ada berapa?"
125Please respect copyright.PENANAgHnr2Y2lUU
"Tiga."
125Please respect copyright.PENANArGNfQjvn4M
"Kukira akan lebih banyak."
125Please respect copyright.PENANAfz2NugXFXO
"Untunglah tidak sesuai perkiraanmu."
125Please respect copyright.PENANAN0UMOvQRrL
"Tiga orang itu sudah diperiksa?"
125Please respect copyright.PENANAa2i0GiBATo
"Sedang diperiksa oleh Rick."
125Please respect copyright.PENANAJ3GoUdZOpU
"Aku tidak melihat Peter lagi sejak semalam. Apakah dia ikut memeriksa tersangka?"
125Please respect copyright.PENANACMPXLSnFJj
"No. Dia sedang sibuk berusaha membuat dirinya terlihat menarik di depan dokter Candice."
125Please respect copyright.PENANAdi5LsEIdq4
"Aku harap dokter itu memiliki stock kesabaran diatas rata-rata. Terkadang Peter bisa keterlaluan. Kuharap kali ini dia berhasil tanpa perlu terlalu memaksakan dirinya."
125Please respect copyright.PENANAsUUS5X0nKu
"Menurutku Peter tidak akan mudah menyerah dengan yang satu ini."
125Please respect copyright.PENANAkjBWhNfApU
"Oh ya?" Aiden menaikkan sebelah alisnya.
125Please respect copyright.PENANA7IHjFO9Ped
"Kau tahu, pertama kalinya Peter melihat dokter cantik itu di UGD saat mengantar Ms.Marlon, dia bereaksi seperti ngengat melihat api. Dia menatapnya nyaris tanpa mengalihkan perhatian. Dia bilang saat matanya menatap sosok dokter Candice dia merasakan jantungnya berdebar lebih cepat."
125Please respect copyright.PENANAi2fTvluUVF
"Kalau begitu seharusnya dia juga mendaftarkan diri sebagai pasien di UGD itu."
125Please respect copyright.PENANAoUgTMwwgkd
"Maksudmu supaya dia punya kesempatan mendekati dokter Candice?"
125Please respect copyright.PENANAZ7NLjtM487
"Bukan. Tentu saja supaya jantungnya diperiksa. Kalau tiba-tiba jantung itu berdetak lebih cepat mungkin ada yang salah dengan jantungnya."
125Please respect copyright.PENANAcUoKldCzOA
"Kau tidak pernah tertarik dengan seseorang sampai jantungmu berdetak lebih cepat?"
125Please respect copyright.PENANAw0TShkwuYB
"Mrs. Marlon juga pasti merasa jantungnya berdetak lebih cepat saat dia sadar akan menjadi korban pembunuhan. Apa berarti dia tertarik dengan pembunuhnya?"
125Please respect copyright.PENANAjBMy1AxO3L
"Tidak juga. Yang jelas Peter kelihatannya serius dengan yang ini."
125Please respect copyright.PENANAczVZequXMR
"Aku tidak yakin. Dia tidak terlalu menunjukkan niat kencan seriusnya pada dokter Candice. Dia harus benar-benar berusaha keras."
125Please respect copyright.PENANAUnnR3uRjLQ
"Lucu sekali, Aiden. Terakhir kali aku ingat, justru kau yang tidak pernah berkencan. Kapan terakhir kali kau pergi dengan seorang wanita?"
125Please respect copyright.PENANABAeQvMbm9i
Aiden tersedak kopi yang dia minum. What the hell!
125Please respect copyright.PENANAcknK47dJBQ
"Kenapa kau tiba-tiba tertarik dengan urusan kencanku?"
125Please respect copyright.PENANAJwSRirKHqi
"Aku bahkan tidak pernah melihatmu makan bersama seorang wanita."
125Please respect copyright.PENANAxthDQGZTTL
"Kau kan tidak mengikutiku setiap waktu."
125Please respect copyright.PENANAzgYS4K8eou
"Tidak adakah seseorang yang membuatmu tertarik, Aiden?"
125Please respect copyright.PENANAPkmfcnqwPA
Lily...
125Please respect copyright.PENANAHSr6JxXMbT
Aiden berdeham. Dia mulai merasa tidak nyaman duduk di kursinya sambil menghadapi tatapan tajam penuh selidik dari Hayden. Sesaat dia merasa memahami perasaan para tersangka yang harus menghabiskan berjam-jam di ruangan interogasi bersama Hayden. Diam-diam Aiden bersyukur karena dulu dia tidak perlu harus berhadapan dengan Hayden saat menjadi tersangka. Pria itu kadang bisa menyeramkan.
125Please respect copyright.PENANApZjqeWtiZw
"Tidak ada satupun?"
125Please respect copyright.PENANAy4Jb4JyoIE
Dan pantang menyerah.
125Please respect copyright.PENANAJbzNDEb5NZ
Aiden hanya mengedikkan bahunya sambil melanjutkan melahap sandwichnya. Dia menatap ke segala arah selain pada Hayden. Dia tahu Hayden masih menatapnya spekulatif. Tapi dia bukan tersangka. Dia tahu Hayden tidak berhak membuatnya bicara. Dan dia lebih tahu bahwa Hayden tidak akan memaksanya membahas gadis itu lagi.
125Please respect copyright.PENANAG8QlTUMIrz
"Kau masih mengingatnya?"
125Please respect copyright.PENANARIxYKXsG2t
Sekian tahun hidup bersama dengan Hayden, dirinya mengira sudah cukup paham orang seperti apa Hayden. Lihatlah betapa salahnya dia. Hah.
125Please respect copyright.PENANApEy2VPeGni
"Yah. Kau tak perlu menjawabnya. Kurasa kau memang masih mengingatnya. Pernahkah kau membayangkan akan seperti apa teman kecilmu itu sekarang?"
125Please respect copyright.PENANAmeV1PZKTV7
Aiden meletakkan sandwichnya pada nampan sarapannya dan meminum kopinya beberapa teguk sebelum akhirnya menyerah untuk bicara.
125Please respect copyright.PENANA3If6QFCqOB
"Kurasa aku tidak akan pernah lupa padanya. Aku masih sering bermimpi melihatnya."
125Please respect copyright.PENANAN92zvN0wIP
"Kau masih berkonsultasi dengan dokter Jo?"
125Please respect copyright.PENANAekjib2ZYnt
"Kadang-kadang."
125Please respect copyright.PENANAWF1WrS87pM
Aiden menatap keluar jendela. Dia memperhatikan daun-daun maple yang berserakan di tempat parkir rumah sakit Brigham.
125Please respect copyright.PENANAUwUwLabgSi
"Hmm... Oke. Kurasa aku harus kembali memeriksa kondisi Ms.Marlon dan menghubungi Rick untuk mencari tahu perkembangan pemeriksaan para tersangka."
125Please respect copyright.PENANADzoKubPNyb
Hayden akhirnya melangkah keluar café setelah memandang Aiden beberapa saat dan merasa yakin bahwa dirinya diabaikan.
125Please respect copyright.PENANA1YKtfAIedQ
***
125Please respect copyright.PENANAiu94L1m8uy
Aiden tersadar dari lamunannya. Bukan karena pintu café itu terbuka tiba-tiba hingga suaranya menarik perhatian pengunjung. Bukan karena seorang pria berdasi yang kini berdiri disamping kasir itu mengumpat cukup keras. Tapi karena kata-kata pria itu.
125Please respect copyright.PENANAgco5MMVwoi
"Kau terlambat lagi hari ini, Irina!"
125Please respect copyright.PENANAxNNZXtmgJN
Irina? Aiden menoleh ke arah pintu.
125Please respect copyright.PENANAOPIHtRrW7J
Disana ada seorang gadis berdiri dengan canggung. Dia terlihat ragu dan tidak yakin sesaat sebelum akhirnya melangkah menghadap pria berdasi tadi.
125Please respect copyright.PENANAayB03kzQaS
"I'm sorry, Boss," ucapnya pelan.
125Please respect copyright.PENANAKKluywDxd6
"Apalagi alasan konyolmu kali ini? Membeli bunga lagi? Atau membeli kue ulang tahun? Apa lagi?"
125Please respect copyright.PENANAclag0bY6S8
Gadis yang dipanggil Irina itu hanya terdiam.
125Please respect copyright.PENANAispKL1SdZZ
"Sekali lagi, Irina.. Hanya sekali lagi aku memberimu kesempatan. Setelah itu apapun alasanmu terlambat, kau tidak perlu kembali lagi ke sini untuk bekerja."
125Please respect copyright.PENANAAm35wLa5CZ
"Thanks, Boss," ucapnya ceria dengan tatapan terkejut.
125Please respect copyright.PENANAWKhy2HlubA
Boss berdasi hitam itu lantas berbalik dan masuk melalui sebuah pintu bertuliskan 'Staff Only'. Irina segera bergeser ke kasir dan melepas jaket hitam yang dikenakannya.
125Please respect copyright.PENANAAYMlLBZQTF
Ada sesuatu yang dirasakan Aiden. Suatu perasaan asing. Perasaan itu perlahan berkembang mendominasi perasaan lainnya. Seakan sebelumnya perasaan itu tertidur dan kini terbangun karena gadis bernama Irina itu. Kakinya ingin melangkah kesana, menghampiri gadis itu. Dia menggigit bibirnya karena takut jika tiba-tiba bibirnya memanggil namanya. Otaknya seakan berhenti berfungsi. Yang dia lakukan hanya duduk di kursinya, tidak bergerak. Matanya menatap lekat setiap gerak-gerik Irina. Cara kedua kaki jenjangnya melangkah bergantian, caranya berdiri, caranya melepas jaket, caranya mengikat rambut dan caranya berbicara. Pemikiran itu mengganggunya.
125Please respect copyright.PENANAv5zVpe2IIy
"Thanks sudah menggantikanku, Claire."
125Please respect copyright.PENANAOLl33HLBgd
"Ya, ya aku tahu kau punya hal-hal aneh yang kau kerjakan pada waktu yang tidak tepat. But seriously, Irina, Boss benar-benar akan memecatmu jika kau terlambat sekali lagi."
125Please respect copyright.PENANAhNF3jhIzdp
"Yah. Semoga lain kali aku punya kesempatan memilih, melakukan hal aneh atau datang tepat waktu dan tidak kehilangan pekerjaanku."
125Please respect copyright.PENANAdzrKdNfXNC
"Kau benar-benar harus berusaha. Ya sudah, aku harus membantu Boss menyiapkan laporan keuangan bulan lalu. Fokuslah bekerja. Jangan banyak berulah hari ini."
125Please respect copyright.PENANA0QDPlXzb1p
"Alright, Mom!" Irina tersenyum memperlihatkan deretan gigi putihnya sambil mengikat rambut panjangnya ke belakang secara terburu-buru.
125Please respect copyright.PENANAAAECy8e0Qj
Ikatan rambutnya tidak rapi. Membuat beberapa helai jatuh membingkai wajah cantiknya. Aiden menahan diri untuk tetap duduk. Dia hanya mengizinkan dirinya untuk menatap saja. Ya, ya. Benar. Hanya menatap saja. Tidak lebih.
125Please respect copyright.PENANAapWBZ8zipg
Tidak, dia tidak ingin menghampiri gadis itu, mengajaknya bicara dan menyematkan helaian rambut yang terjuntai itu kebelakang telinganya. Tentu saja tidak.
125Please respect copyright.PENANAfpDqLBCnCn
"Hei, aku bahkan lebih muda darimu. Berhenti memanggilku begitu. Bagaimana kalau ada yang salah paham?"
125Please respect copyright.PENANAgAg2FBCkgA
"Salah paham bagaimana?" kata Irina sambil tersenyum menatap Claire.
125Please respect copyright.PENANApGlJAqEBqR
"Yah bagiamana kalau ada pria tampan yang potensial sebagai kekasih dan dia salah paham menganggapku sudah tua karena kau memanggilku 'Mom' ?"
125Please respect copyright.PENANAHE9zyM1sLH
"Memangnya ada yang akan salah paham padamu?"
125Please respect copyright.PENANAzX6kO3g3Yh
"Hati-hati bicaramu, Nona. Kau sendiri juga payah soal urusan asmara. Yang jelas, aku tidak ingin pria seperti dia salah paham."
125Please respect copyright.PENANAkVxwKsxKpv
"Pria apa?"
125Please respect copyright.PENANATk0R91e8x6
"Pria di meja di sudut jendela ujung sana yang sejak tadi menatapmu," Claire berbisik pelan kemudian bergegas menemui Bossnya. Irina menoleh ke meja yang tadi ditunjuk Claire. Matanya bertatapan dengan sepasang mata berwarna hazel yang menatapnya tajam. Dia terkesiap ketika pria itu tiba-tiba berdiri dan berjalan ke arahnya.
125Please respect copyright.PENANAiZSNopswEl
***
125Please respect copyright.PENANA7yEalwgW5V
Hayden langsung mengerutkan alisnya saat Aiden berjalan menghampirinya dengan membawa satu kotak sandwich dan tiga gelas kopi.
125Please respect copyright.PENANA8otoWKF7cG
"Aku yakin belum lama ini kau sarapan denganku, Aiden."
125Please respect copyright.PENANAEgC541q2NP
Ucapan Hayden membuat Rick ikut menatapnya. Aiden lantas memberikan satu gelas kopi untuknya.
125Please respect copyright.PENANAn0pQqFzT2v
"Aku tidak tahu ada apa, but thanks, man." Rick segera mencium dalam-dalam aroma kopi panasnya. "Yah. Paling tidak aku memang layak mendapatkan kopi setelah semalaman harus berada di ruang interogasi."
125Please respect copyright.PENANAKl07D3VUC0
"Kalau begitu kau patut bersyukur Tuhan mengirimkan sesorang sepertiku setelah penderitaanmu semalam," ujar Aiden sambil mengalihkan wajahnya menghindari tatapan geli Hayden.
125Please respect copyright.PENANAdXNxidPbAc
Aiden menanggapi ucapan Rick dengan tersenyum sewajarnya. Dia memang tidak sehebat Hayden dalam berpura-pura, tapi setidaknya kemampuan berbohongnya lebih baik daripada Rick. Pikirannya kacau mengingat kejadian di Café tadi.
125Please respect copyright.PENANA15B2rVnfrA
Tuhan tahu bagaimana dia berusaha untuk tetap duduk di kursinya dan hanya menatap Irina. Dia berusaha memikirkan hal-hal lain yang menyenangkan. Hal-hal seperti memaksa Rick menelan saus pasta kental atau mengacau di kencan Peter dengan si dokter cantik -kalau dia berhasil mengajaknya kencan-, atau menghabiskan waktu dengan gadis di kasir depan. Shit.
125Please respect copyright.PENANA3Xe7fjp2ZS
Tepat ketika dia bermaksud memalingkan wajah untuk kembali mengagumi dedaunan maple yang tidak istemewa itu, Irina berbalik dan Aiden melakukan kesalahan dengan menatap langsung pada sepasang mata hijaunya yang indah.
125Please respect copyright.PENANAZ2trNPqkRh
That's it. Satu tatapan darinya, and I'm done.
125Please respect copyright.PENANAMv89oKy1Q0
Aiden berdiri dan dengan langkah mantap berjalan menuju kasir. Tatapan tajamnya membalas tatapan mata hijau Irina. Dia juga tidak melewatkan kesiap terkejut yang lolos dari bibir merahnya. Dia menyeringai kecil menyadari keberadaannya cukup mempengaruhi Irina.
125Please respect copyright.PENANAb72UTjX1eo
"Kau ingin pesan apa?"
125Please respect copyright.PENANAmuCkMZjpYU
Bahkan pertanyaan sederhana itupun mengganggunya. Oh bukan, bukan pertanyaannya tapi suaranya. Dan tiba-tiba Aiden menyadari kebodohannya.
125Please respect copyright.PENANA2MvmWN9iYA
"Kau ingin pesan sesuatu?" Irina menatapnya penuh tanya.
125Please respect copyright.PENANAygZN1tfc4s
"Hmm... ya. Sure."
125Please respect copyright.PENANApjdbTydM1c
"Oke" jawab Irina sambil tersenyum sambil menunggu Aiden meyebutkan pesanannya. Senyum itu menular pada Aiden. Dan hanya itu yang dia lakukan.
125Please respect copyright.PENANAPstKiGgajN
Tatapan penuh tanya Irina kini berubah menjadi kebingungan. Dia menoleh ke kanan dan kiri seakan mencari sesuatu yang tidak beres. Pandangannya kembali pada Aiden dengan kedua alis mengerut.
125Please respect copyright.PENANAG0Tys7YrqK
Double shit.
125Please respect copyright.PENANAAMSGjTNsFq
"Ah ya... Hmm, sandwich. Beef sandwich. Satu beef sandwich, please."
125Please respect copyright.PENANAoIjXDXt3JJ
"Sure." Irina tersenyum kembali dan mulai menyentuh layar di depannya kemudian berbalik untuk menyiapkan sandwich. Lagi-lagi Aiden memperhatikan segala hal saat Irina bergerak. Bagaimana tangannya bergerak untuk membuat toast, bagaimana jemarinya melipat aluminium foil, bagaimana helaian rambutnya yang menjuntai bergerak mengikuti gerakan kepalanya, lalu bagaimana... Damn it. Pikirkan hal lain, Aiden.
125Please respect copyright.PENANAZPn8brOsdj
Oke, karena tadi dia gagal memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka sekarang dia akan memikirkan hal-hal yang indah. Ferrari. Ah, ya benar. Memiliki Ferrari Lusso di halaman rumah jelas merupakan pemandangan yang indah. Bayangkan mobil itu berwarna hitam dan bagaimana kilau cahaya matahari yang terpantul dari mobil itu. Tapi dalam bayangannya tiba-tiba pintu mobil itu terbuka dan Irina melangkah keluar dari sana, melepaskan jaket hitamnya dan membiarkan rambut panjangnya tertiup angin. Kemudian...
125Please respect copyright.PENANAuZFR1qk2bQ
"Ada yang lain?"
125Please respect copyright.PENANAbpZw7xqulf
Holy Shit. Pikirannya benar-benar kacau. Mungkin seharusnya dialah yang berada di UGD dan meminta dokter Candice memeriksa kepalanya.
125Please respect copyright.PENANAGR465hcItA
"Kopi."
125Please respect copyright.PENANAwHmon7xEse
"Gula atau cream?"
125Please respect copyright.PENANALgpgcpcHQk
"Boleh aku dapat keduanya?"
125Please respect copyright.PENANAK42UvCvimg
"Sure." Sekali lagi Aiden menatap Iriana yang bergerak untuk menyeduh kopinya.
125Please respect copyright.PENANA9rQhPAKAEm
Jangan berpikir apapun, Aiden. Jangan berpikir apapun. Jangan berpikir apapun. Jangan berpikir apapun.
125Please respect copyright.PENANAbFbLoKbqXt
"Make it three, please," ucap Aiden tiba-tiba saat dia menyadari Irina lebih cepat menyiapkan kopi daripada saat membuat sandwichnya. Karena otak kacaunya sedang tidak dapat diandalkan, jadi dia hanya berharap semoga mulutnya tidak mengucapkan hal aneh. Sudah cukup jauh dia mempermalukan dirinya.
125Please respect copyright.PENANAIOPm6sz5r7
Dan dia tidak bermaksud menambahnya dengan bersikap jujur pada Hayden sekarang.
125Please respect copyright.PENANA1TLCgHzl4s
"So... karena kau hanya berdiri diam sejak tadi, aku anggap hanya segelas kopi inilah yang kudapat?" kata Rick sambil menelengkan kepalanya menatap kontak sandwich di tangan Aiden. "Tanpa sandwich?" lanjutnya.
125Please respect copyright.PENANAZtusWW4iEQ
Aiden baru akan menjawab 'tidak' pada Rick saat dia melihat Peter berbelok dari ujung lorong. Wajahnya menunjukkan kelelahan yang sama dengan Rick. Peter duduk di ujung kursi di kanan Hayden. Rick mencondongkan tubuhnya dan memandang Peter melewati Hayden.
125Please respect copyright.PENANAX6XSfdbSqP
"Wajahmu terlihat lebih mengerikan, Pete.." Rick kembali menyandarkan punggungnya pada kursi dan menyibukkan diri dengan kopi panasnya.
125Please respect copyright.PENANARvo1DlaHf1
"Liza mengatakan sesuatu pagi ini saat dia terbangun," gumam Peter sambil menerawang.
125Please respect copyright.PENANAcz4fXcqMCa
"Liza?" Aiden yang baru sadar dari lamunannya tentang Irina tiba-tiba merasa tertarik dengan ucapan Peter.
125Please respect copyright.PENANABiG08svSDp
"Liza... Elizabeth Marlon."
125Please respect copyright.PENANAPV4eW4nJJT
"Aahh... jadi itu nama Ms. Marlon."
125Please respect copyright.PENANAkvWSKs27zY
"Apa yang dia katakan?" tanya Hayden.
125Please respect copyright.PENANAVbRWRKpV8X
Peter melepas jaket cokelatnya dan membiarkannya terkulai di kursi. "Dia bilang ibunya pernah terlihat dengan seorang pria disebuah restoran Italia kira-kira hampir dua minggu lalu."
125Please respect copyright.PENANAAXNljlB0Uh
"Perselingkuhan?"
125Please respect copyright.PENANAlmHdaapmMf
"Kurasa bukan, Hayden. James Marlon dan Amy Marlon sudah bercerai empat tahun lalu. Saat itu Liza masih berusia lima belas tahun dan mereka tinggal di LA."
125Please respect copyright.PENANAaNF2oINMVn
"Jadi dia melihat ibunya secara kebetulan dengan pria itu?"
125Please respect copyright.PENANATyC7qC9poW
"Tidak bisa disebut kebetulan."
125Please respect copyright.PENANA1zMSipHkYL
Kini Aiden dan Rick ikut memandang Peter. "Liza mendapat email yang memberitahunya bahwa beberapa hari lagi ibunya akan melakukan sesuatu yang menarik. Orang itu memberikan tempat, waktu dan letak meja yang akan didatangi ibunya."
125Please respect copyright.PENANAnqxyKXVUBl
"Liza kesana?"
125Please respect copyright.PENANAnv6IGyCxhc
"Yah. Dia datang kesana dan melihatnya tepat seperti yang dijelaskan di email."
125Please respect copyright.PENANAsrHe6JHQYY
"Dia melihat pria itu?"
125Please respect copyright.PENANAnocfSYazLx
Peter mengangguk menjawab pertanyaan Hayden. Dia terdiam sesaat sebelum akhirnya melanjutkan.
125Please respect copyright.PENANA14ZbpcqUud
"Dia mengaku tidak tahu siapa pria itu. Tapi saat aku minta dia menyebutkan ciri-cirinya, Liza terlihat ketakutan. Aku meninggalkannya sejenak untuk sarapan dan bermaksud menanyakannya kembali setelahnya."
125Please respect copyright.PENANAXayZOKT7mX
Hayden lantas berdiri di ikuti oleh Rick. "Oke... Kau beristirahatlah Pete, aku yang akan menemui Ms.Marlon."
125Please respect copyright.PENANAhchf91op25
"I don't think so, Hayden."
125Please respect copyright.PENANA5rzzsfKuEB
Hayden dan Rick yang baru mulai melangkah berhenti mendengar kalimat tegas Peter. Aiden yang menatap Peter tiba-tiba terlihat gusar.
125Please respect copyright.PENANAIvvMEQWe9Q
"Why, Pete?" tanya Rick.
125Please respect copyright.PENANALkdFCYXiKb
Peter menghembuskan nafas panjangnya. Masih sambil menatap menerawang dia berujar, "Seorang perawat yang mengantarkan sarapannya pagi tadi mengucapkan bela sungkawa padanya atas kematian ibunya. Dia mencoba bersikap ramah dan tanpa sadar terlalu banyak bicara."
125Please respect copyright.PENANAy9garZJ6Kl
Kali ini Peter menoleh, menatap langsung pada Hayden. "Dia tahu kondisi ibunya. Dia histeris dan dokter Candice terpaksa memberinya penenang."
125Please respect copyright.PENANAP2HNxnGEjD
Tidak ada yang berbicara untuk beberapa waktu. Mereka berempat sibuk memikirkan informasi tadi.
125Please respect copyright.PENANAL2srmJ6FQ4
"Kau sudah berbicara dengan perawat itu?" suara Rick mengembalikan focus mereka.
125Please respect copyright.PENANA92owDK4Kut
"Tentu saja. Aku baru saja selesai menanyainya sebelum kesini. Tidak ada yang aneh. Dia bilang dia hanya ingin membuat Liza merasa nyaman dengan mengajaknya bicara, terlebih setelah tiga hari ini dia berada di ruangan yang secara khusus hanya dikelilingi polisi. Dia mengira mungkin Liza perlu teman bicara. Tapi dia tidak tahu bahwa belum ada yang mengatakan padanya tentang kepala ibunya yang kini masih menjadi misteri."
125Please respect copyright.PENANAuBfggpaT0a
"Dia pasti sangat terpukul." Rick terlihat sedih sambil menatap pintu kamar Liza Marlon di kejauhan.
125Please respect copyright.PENANAqsKN5vgTSj
"Aku ingin bertemu dengan perawat ini. Dimana dia, Pete?" tanya Hayden sambil melihat jam tangannya.
125Please respect copyright.PENANARzaiNvchCT
"Belok kanan di ujung lorong itu kemudian berbeloklah ke kiri. Dia ada di ruangan staff di dekat sana. Kau tidak akan kesulitan menemukan ruangan itu. Namanya Alicia Taylor."
125Please respect copyright.PENANA30DcdRSFcG
"Oke." Hayden menepuk bahunya singkat kemudian melangkah menjauh.
125Please respect copyright.PENANA7V5jgTiNZj
"Kurasa aku akan pulang sebentar. Aku butuh tidur," ucap Rick sambil menguap. "See you later, guys."
125Please respect copyright.PENANAWuEVNT1W4v
Aiden duduk di samping Peter. Dia menyerahkan kotak sandwich dan segelas kopi panasnya. Peter tersenyum simpul. "Kadang aku lupa bahwa kau pandai menebak, Aiden." Peter meneguk kopinya kemudian melahap sandwich itu.
125Please respect copyright.PENANAKVGEzIxoRE
"Tentang apa?"
125Please respect copyright.PENANAvIEm7CWlFl
"Banyak hal."
125Please respect copyright.PENANAIOrxOB4gvf
"Seperti?"
125Please respect copyright.PENANA8YRjAHbAzL
"Seperti kenyataan bahwa aku kelaparan dan tidak sempat sarapan pagi ini."
125Please respect copyright.PENANASqBt9MHGfb
Aiden lantas memandangnya. "Yah... mungkin aku punya insting polisi yang luar biasa."
125Please respect copyright.PENANARQXxU4xPqX
"Entahlah. Aku sering merasa kau tahu banyak hal bahkan sebelum seseorang mengatakan apapun padamu. Kau bahkan bukan polisi."
125Please respect copyright.PENANAA4003nfy3V
Aiden hanya tersenyum samar. Dia mengalihkan pandangannya. Menatap orang-orang yang berlalu di koridor di hadapannya.
125Please respect copyright.PENANArW76wr72IV
"Darimana asalnya ini?"
125Please respect copyright.PENANAuU0WEmLWt3
"Apa?" Aiden bertanya tanpa menoleh.
125Please respect copyright.PENANAvQ8ENfUVH2
"Sandwich ini. Rasanya lezat. Sepertinya aku sudah menemukan menu sarapanku untuk besok. Dimana kau membelinya?"
125Please respect copyright.PENANAJHLUpakqXG
"Kau bermaksud memakannya setiap hari untuk sarapan?" Ada sedikit perasaan tidak suka yang Aiden rasakan saat bayangan Peter sang penggoda wanita itu bertemu Irina setiap pagi untuk sekotak sandwich atau kopi. Atau keduanya.
125Please respect copyright.PENANA74I8wbX8e5
"Aku bilang besok, bukan setiap hari."
125Please respect copyright.PENANAf7eKmq5lQ5
"Aku bisa membantumu membelinya."
125Please respect copyright.PENANAe1fyhwmWSq
Kali ini Peter menoleh sambil memicingkan matanya. "Kenapa kau tiba-tiba baik hati padaku?"
125Please respect copyright.PENANA2Bykx2NWuS
"Baik hati adalah nama tengahku. Kau saja yang terlambat menyadarinya."
125Please respect copyright.PENANAHrU6PII9Ms
Peter berdiri, melangkah menuju kotak sampah di sudut ruangan di dekat pintu keluar. Setelah memastikan kotak sandwich dan gelas kopinya yang sudah kosong mendarat sempurna di kotak sampah itu, dia berbalik. Peter masih berdiri di dekat Aiden tetapi tidak memutuskan untuk duduk.
125Please respect copyright.PENANAxYkBsEOKGy
"Hei Aiden. Apa instingmu mengatakan sesuatu tentang Alicia Taylor?"
125Please respect copyright.PENANAVaFLACteiV
Aiden menggelang. "Aku tidak pernah mendengar namanya sebelum ini."
125Please respect copyright.PENANAVqFMRPD0Jd
"Aku juga tidak pernah. Tapi insting polisiku mengatakan ada sesuatu."
125Please respect copyright.PENANAF1y9ApoE3w
"Apa yang dikatakan insting polisimu?"
125Please respect copyright.PENANAYIaS4qSqI7
"Wajahnya. Aku memang tidak tahu tentang dia ataupun namanya. Tapi aku merasa pernah melihat wajahnya sebelum ini. Aku hanya tidak yakin kapan dan dimana."
125Please respect copyright.PENANAoKihksGiTM
"Wajahnya mirip selebritis yang foto seksinya kau koleksi? Atau mungkin mirip salah satu one night stand-mu?"
125Please respect copyright.PENANA8WJ2ZfOeDC
Peter berdecak dan mencibir Aiden. Dia menendang kaki kanan Aiden. Bukan tendangan serius, tapi cukup membuat Aiden tersentak. Dia baru saja akan membalas Peter saat melihat Hayden berjalan tergesa-gesa ke arah mereka.
125Please respect copyright.PENANAIjmpmuVVAG
"Hey, man. Kau dapat sesuatu? Sudah kubilang kau tidak akan kesulitan menemukan ruangan staff itu." tanya Peter khawatir.
125Please respect copyright.PENANAQGYzwjBFBt
"Yah, ruangan itu memang mudah ditemukan. Sayangnya justru perawat yang kau maksud tadi yang tidak kutemukan."
125Please respect copyright.PENANAf4HcUmFRuT
"Tapi dia ada disana tadi. Belum berselang lama sejak aku meninggalkannya diruangan itu dan menemui kalian disini."
125Please respect copyright.PENANA7LwrQAIDF6
"Well... Aku bertanya pada perawat lain yang kebetulan berada diruangan itu. Coba tebak?"
125Please respect copyright.PENANAeRbofZuUUu
"Aku tidak suka main tebakan. Kau cobalah, Aiden. Insting bukan polisi milikmu mungkin bisa membantu."
125Please respect copyright.PENANAiQn9fq1UQI
Aiden meringis mendengar komentar Peter. "So? Kenapa dengan perawat itu? Dia tiba-tiba menolak memberikan keterangan?"
125Please respect copyright.PENANAeFzveVPApl
"No, Aiden. Berdasarkan informasi yang aku dapat dari bagian administrasi kepegawaian rumah sakit ini, Alicia Taylor sedang dalam masa cuti melahirkan sejak sebulan lalu."
125Please respect copyright.PENANADLZlKDeHJR
Peter dan Aiden tidak menutupi keterkejutannya. "Bagaimana mungkin? Dia menunjukkan tanda pengenalnya sebelum aku mulai bertanya padanya pagi ini. Dan dia kelihatan baik-baik saja, bukan seperti seseorang yang baru saja melahirkan. Dia sangat seksi dan terlihat siap melenggang di ajang pameran lingerie edisi terbaru Victoria's Secret," tegas Peter dengan wajah bingung.
125Please respect copyright.PENANAApobIxaMQX
"Kalau begitu kurasa kita bisa sepakat dalam satu hal." Hayden memandang Aiden dan Peter bergantian. "Wanita itu, perawat yang tadi kau temui, Pete... dia bukan Alicia Taylor."
125Please respect copyright.PENANA6ErP6MzMSs
"Shit." Peter mengusap wajahnya gusar.
125Please respect copyright.PENANAZEtQjorl46
"Sepertinya insting polisimu kali ini tepat, Pete. Cobalah kau ingat dimana kau melihatnya."
125Please respect copyright.PENANAlt7ib0blfl
"Insting polisi?" Hayden menatap Aiden dengan kedua alis yang terangkat.
125Please respect copyright.PENANAehZ0aE6XVS
"Peter merasa pernah melihat wajahnya entah dimana."
125Please respect copyright.PENANAmCIuWt6Dpr
Hayden memandang Peter sesaat. "Yah... pulanglah Pete. Kau pasti kelelahan berada di rumah sakit sejak kemarin. Istirahatlah sebentar, mungkin bisa membantu menyegarkan ingatanmu."
125Please respect copyright.PENANAlYHgSuLHn0
Peter mendesah pasrah. Dia berbalik menuju pintu keluar, menyetujui saran Hayden untuk beristirahat.
125Please respect copyright.PENANAUpqIwLe6AH
"Bagaimana dengan para tersangka?" tanya Aiden setelah Peter tidak terlihat lagi.
125Please respect copyright.PENANAvGQbXj46I0
"Belum banyak perkembangan. Mereka bertiga sama-sama tidak memiliki alibi pada saat kematian Amy Marlon."
125Please respect copyright.PENANAz5trviCGoC
"Beritahu aku kalau ada perkembangan. Mungkin aku bisa membantu sesuatu."
125Please respect copyright.PENANAfA9HhZqL7A
Hayden duduk disamping Aiden. Dia menatap Aiden tajam dari samping. "Kau tahu, selama ini kau selalu membantu, Aiden. Kau bahkan bukan polisi, tapi aku selalu melibatkanmu."
125Please respect copyright.PENANAdUS67EbLLs
"Aku tidak keberatan terlibat."
125Please respect copyright.PENANA75Q6HLDZ5Z
"Aku tidak ingin kau terlibat terlalu jauh."
125Please respect copyright.PENANAN0CucmD3fs
Aiden terdiam. Dia paham kemana kalimat Hayden barusan mengarah. "Kejadian di Anne Marie itu hanya kebetulan. Aku tidak tahu salah satu dari mereka akan menikamku."
125Please respect copyright.PENANA0PZYg1IeWJ
"Itu tidak akan terjadi lagi. Aku tidak akan melibatkanmu terlalu jauh seperti itu lagi. Terlalu beresiko."
125Please respect copyright.PENANAlU5qyZ2yCW
Yah memang benar. Itu pertama kalinya Aiden terlibat terlalu jauh. Operasi semacam itu biasanya harus dilakukan oleh polisi terlatih, bukan warga sipil amatiran sepertinya. Sayangnya kepolisian Costa City sudah kehabisan waktu dan orang-orang di Anne Marie sudah mengenali wajah Hayden dan Rick serta beberapa polisi lainnya. Jadi ketika dia mengajukan diri, Marcus Quilan -Atasan Hayden sekaligus Kepala Polisi Costa City- langsung setuju. "Kurasa sebanding dengan yang kita dapat. Informasi tentang BA itu memberikan inspirasi baru bagi kepolisian Costa City untuk menentukan pergerakan yang tepat selanjutnya."
125Please respect copyright.PENANAA1hXBTAqhX
"Dengan meresikokan dirimu? No, Aiden. Itu tidak sebanding." Hayden mengucapkannya agak terlalu keras hingga menarik perhatian beberapa pengunjung di dekat mereka.
125Please respect copyright.PENANAYu5wxFjH3B
Aiden menyeringai menatpnya. "Berbicara tentang resiko yang harus aku terima, kau berhutang padaku Hayden," ucapnya sambil menyentuh lengan kiri Hayden dengan kepalan tangan kanannya.
125Please respect copyright.PENANAmPTltDiEwv
"Aku tahu." Hayden berdiri dan melangkah menuju pintu keluar. Aiden merasa pria itu bermaksud menghindari topik balas budi, apappun bentuknya.
125Please respect copyright.PENANARvFVTo4EP9
"Waahh... jadi wakil kepala polisi sekaligus bujangan paling diincar di kota ini bermaksud menghindar dari tanggung jawab?" sindir Aiden sambil menahan senyumnya. Hayden yang sudah hampir tiba di depan pintu keluar kemudian berbalik. "Aku tidak pernah lari dari tanggung jawab. Aku merasa kau akan meminta sesuatu yang tidak mudah, karena itu aku berimprovisasi memulai misi balas budiku lebih awal."
125Please respect copyright.PENANAIuabh9GYcZ
Aiden menatapnya sambil mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu, Hayden?"
125Please respect copyright.PENANA3i6Xct2E6Y
"Dari semua tempat makan yang potensial di kota ini, menurutmu kenapa aku mengajakmu memilih sarapan sandwich di Café di seberang sana?" Hayden menjawab santai sambil menunjuk ke arah Café dengan gerakan kecil kepalanya.
125Please respect copyright.PENANAOrOZapAjXZ
Aiden menatapnya bingung. Namun begitu pemahaman itu merasuk ke kepalanya, sedetik kemudian dia menatap terkejut pada Hayden. Kalau yang ada di kepalanya benar, maka dia tidak akan salah mengartikan tatapan geli Hayden pagi ini saat melihatnya datang dengan membawa sandwich dan kopi tambahan. Hayden ingat dengan gadis itu? Irina?
125Please respect copyright.PENANAalJq9UhbXm
"Ya, ya. I know. Your welcome, Aiden." Hayden meraih kenop pintu sambil menatap penuh arti pada Aiden, mendorongnya terbuka kemudian melanjutkan langkahnya keluar dengan cengiran lebar di wajahnya.
125Please respect copyright.PENANASwfM63feIf
Shit!
***
Thanks for reading.
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead, you can read it free on wattpad: The Black Angels by ghian7st
ns 172.70.130.5da2