x
Klik.
144Please respect copyright.PENANAkAIo7b7aMh
Irina baru saja menekan saklar salah satu lampu di Café saat bayangan itu muncul. Irina tidak terkejut, dia sudah menyadari kehadirannya sejak Claire pulang dua jam lalu.
144Please respect copyright.PENANAnNc98lY9v4
"Kau sudah selesai, sweetheart?"
144Please respect copyright.PENANArdrP0rKjun
Suara itu bagi orang lain mungkin akan terdengar menyeramkan. Tapi bagi Irina justru terdengar menjengkelkan.
144Please respect copyright.PENANA1gA2gjBTy9
"Kupikir kau tidak akan kembali lagi, Robert." Irina menekan saklar lain dan kini café itu hanya diterangi oleh lampu jalan yang menembus ke balik dinding kaca café, membuat seluruh ruangan menjadi temaram. Irina melangkah menuju ruang kerja. Ruangan itu tidak luas, hanya berupa beberapa kubikel tempat meja kerja Mr.Russo, bosnya, dan beberapa lemari besar untuk penyimpanan dokumen dan loker barang-barang pribadi. Claire mendapatkan satu meja di ruangan itu dan Irina melihatnya sekilas saat akan bergerak menuju ruangan belakang. Tumpukan tagihan dan lembaran kertas yang diduga Irina merupakan coretan catatan belanja Café tergeletak diatasnya. Sebenarnya Claire merupakan seorang akuntan disana, namun Mr.Russo memintanya menjadi pelayan juga saat Café sedang ramai. Efisiensi, begitulah pria berperut buncit itu menyebutnya. Claire sendiri tidak keberatan karena pendapatannya menjadi sedikit bertambah. Dan sejak Irina bergabung disana, Claire lebih sering menjadi pelayan saat harus menggantikan Irina atau saat Irina terlambat. Seperti kemarin.
144Please respect copyright.PENANAKo94cv1NSq
Irina mengulurkan tangan, membuka lokernya dan mengenakan jaket hitam yang selalu dipakainya selama musim gugur ini. Dia ada disana saat Irina menghempaskan pintu lokernya.
144Please respect copyright.PENANAJvfzjK7wV8
"Apa lagi maumu? Bukankah semuanya sudah kulakukan? Kenapa kau masih disini?" tanya Irina sambil membungkuk untuk mengenakan ankle bootnya.
144Please respect copyright.PENANAzX7epV7ruC
"Entahlah. Mungkin karena aku masih ingin bersamamu."
144Please respect copyright.PENANAY4aRl5aMfn
Irina meliriknya namun tidak mengatakan apapun. Dia kemudian berdiri, membuka pintu besi didepannya dan memasang alarm seperti rutinitasnya setiap kali dia pulang malam.
144Please respect copyright.PENANAQd8A5JtER9
Irina berjalan menyusuri jalan kecil yang diapit pepohonan rindang. "Jalan ini mengerikan."
144Please respect copyright.PENANA8HBbL2KUAc
Irina tersenyum mengingat Aiden yang siang tadi mengantarnya, menyusuri jalan yang sama. Perasaannya menghangat. Bukan karena jaket hitamnya, tapi karena mengingat bagaimana Aiden menggenggam tangannya. Ingatan tentang sentuhan tangan Aiden di pipinya membuat senyumnya semakin lebar. Dia menunduk menyembunyikan senyumnya dan melangkah sambil mengamati dedaunan kering dibawahnya. Meski sudah memasuki musim gugur, namun cuaca cukup lembab sehingga ankle bootnya meninggalkan motif tertentu pada tanah di bawahnya.
144Please respect copyright.PENANAqL9YIjhoRn
"Kenapa kau tersenyum?" pria itu bertanya tiba-tiba.
144Please respect copyright.PENANA7lQb1cUcPV
Irina masih menunduk. Dia melihat bagaimana tanah dibawahnya sedikit tertekan saat dia melangkah namun tanah disebelahnya tidak berubah. Irina mendesah panjang.
144Please respect copyright.PENANA1MEWmX0k6i
Haaah... Yah. Dia tidak bisa meninggalkan jejak kakinya.
144Please respect copyright.PENANAjGUEHCjLsZ
"Aku hanya ingin tersenyum."
144Please respect copyright.PENANAWPWgAojMPS
"Karena pria itu? Pria yang tadi siang mengantarmu?"
144Please respect copyright.PENANAt9zmIiWJB7
Kepala Irina bergerak menatap pria itu. Wajah pria itu pucat, pandangannya tanpa ekspresi dan auranya dingin. Yah, bukan pemandangan yang menyenangkan untuk dilihat. Terlebih saat malam hari dan sendirian seperti sekarang. Tapi Irina pernah melihat yang lebih buruk. Hantu di depannya itu setidaknya masih mengerti bersikap sopan. Atau setidaknya begitulah anggapan Irina.
144Please respect copyright.PENANAESXUNH8PEV
"Apalagi yang kau inginkan? Aku sudah menyerahkan dokumen asuransi jiwa milikmu pada adikmu kemarin. Aku bahkan sampai harus terlambat bekerja."
144Please respect copyright.PENANAklScp5u3gL
"Yah. Dan bosmu berteriak padamu. Aku melihatnya."
144Please respect copyright.PENANA22TENKhvYO
"Terima kasih kalau begitu. Semuanya berkat dirimu!"
144Please respect copyright.PENANAx5pi6GjXty
Irina menghentakkan kakinya berusaha meninggalkan hantu itu meski tahu usahanya sia-sia. Merekalah yang memutuskan kapan meniggalkanmu, bukan sebaliknya. Irina sudah tahu itu sejak dia bisa mengingatnya saat kecil.
144Please respect copyright.PENANA1WPBtBkcqq
Irina menatap sekilas pada area parkir rumah sakit Brigham. Malam ini ada dua mobil patroli disana, namun mobil Hayden tidak terlihat. Irina melanjutkan langkahnya sambil mendesah kecewa. Apa yang kau harapkan, Irina? Tidak mungkin Aiden menunggumu. Kau hanya kebetulan ada di lorong yang sama dengannya saat terjadi tragedi di Anne Marie.
144Please respect copyright.PENANA84NMj7Rehv
"Akhir-akhir ini mendapatkan pekerjaan terasa lebih sulit dibanding tiga tahun lalu. Aku tidak ingin kau dipecat begitu saja."
144Please respect copyright.PENANAwwEVYEdn40
"Terima kasih lagi untuk pengertianmu. Kalau kau memang sungguh paham, tolong jangan mencariku lagi. Keinginan terakhirmu sudah kulakukan. Aku yakin adikmu akan menggunakan uang asuransi kematianmu dengan bijak. Dia terlihat seperti gadis yang baik."
144Please respect copyright.PENANAXBmXANPGUD
"Dia memang gadis yang baik, Irina."
144Please respect copyright.PENANAWlgd39lqJi
"Kalau begitu kau bisa pergi."
144Please respect copyright.PENANAw3B8nwkkso
"Kau tidak suka aku disini? Bukankah dulu kita sering makan siang bersama?"
144Please respect copyright.PENANA3nFFWSxgrX
Robert Romanov, seorang pria keturunan Rusia berusia pertengahan dua puluhan. Irina mengenalnya saat bekerja di Clark Victory tiga tahun lalu. Gosip mengenai Andrew dan Claire merebak cukup cepat disana. Robert termasuk salah satu karyawan yang penasaran mengenai gosip yang menyeret nama calon pewaris Clark Victory. Cukup penasaran hingga dia sengaja mengunjungi Irina di lantai empat belas. Sampai sekarangpun Irina tidak pernah tahu bagaimana Robert menyadari kedekatannya dengan Claire. Dan Irina tidak pernah bertanya.
144Please respect copyright.PENANAz5Et40sPKp
Semula memang karena gosip itu, namun Robert tetap menemuinya bahkan setelah gosip itu tidak lagi menjadi bahan perbincangan. Mereka berteman, kalau memang beberapa kali acara makan siang bersama yang terjadi secara kebetulan bisa dikategorikan sebagai pertemanan.
144Please respect copyright.PENANAIgu2PtyMiw
Hampir satu tahun setelahnya, Irina dan Claire memutuskan berhenti dari Clark Victory dan mencoba peruntungan sebagai staff wedding organizer di Dallas. Takdir berpihak, dan mereka mulai memantapkan karir dan keuangannya perlahan. Bahkan sampai saat itupun, Robert masih menemuinya. Kadang bertiga bersama Claire, namun lebih sering berdua. "Aku merasa tidak lama lagi akan menyusun rencana untuk pernikahanmu, Mrs.Romanov." Irina ingat Claire sering menggodanya begitu. Dan bukannya tersipu, Irina justru merasa terganggu.
144Please respect copyright.PENANAbfW3NjGbHQ
Oke, dia belum pernah dekat dengan pria manapun sebelumnya. Percayalah, pernah ada pria yang benar-benar mendekatinya. Tapi semuanya tiba-tiba menghilang tanpa kabar atau berubah sikap menjadi orang asing setelah menyadari keanehan Irina. Yah, Irina mampu melihat dan berbicara dengan roh-roh orang yang sudah meninggal.
144Please respect copyright.PENANAl02QUxJNee
Dia tidak mengerti bagaimana cara kerjanya, tapi banyak roh-roh yang datang padanya entah untuk memintanya melakukan sesuatu atau sekadar mengajaknya bicara. Mereka datang padanya pada waktu-waktu yang tidak terduga.
144Please respect copyright.PENANApgia2Nga1P
Salah satunya pernah menemuinya saat Irina kecil sedang berendam di kamar mandi dirumah lamanya di Los Angeles. Sejak saat itu dia memiliki kebiasaan baru, mandi tanpa melepas pakaiannya.
144Please respect copyright.PENANAqYRjFPrpPO
Hampir seluruh tetangganya mengatakan dia mendapat kutukan. Sebagian lainnya mengatakan dia pembawa sial. Seluruh ibu yang tinggal di gedung apartemen yang sama memastikan anak mereka menjauhi Irina. Bahkan kasir minimarket di depan gedung apartemennya enggan bertatap muka dengannya. Jadi begitulah kehidupan penuh keheningannya dimulai. Dan dengan dia bekerja di dekat rumah sakit -dimana hampir setiap hari selalu ada yang meninggal- tidak banyak merubah hal itu.
144Please respect copyright.PENANA6REBW8XExR
Saat dia kecil, beberapa roh anak-anak yang meninggal sering bermain dengannya. Seiring berjalannya waktu dan perubahan usianya, tidak banyak lagi roh-roh kecil itu yang muncul menemuinya. Mereka kadang bisa sangat mengganggu, namun juga terlihat menyenangkan layaknya anak-anak manusia yang bermain penuh tawa.
144Please respect copyright.PENANAbcpP7BLRhJ
Bayangkan betapa terkejutnya dia saat seminggu yang lalu tiba-tiba melihat Robert Romanov muncul di Black Russo, Café tempatnya bekerja. Bukan lagi sebagai teman lama yang menginginkan makan siang bersama.
144Please respect copyright.PENANAtQgdh9aJBj
"Sudah hampir satu tahun berlalu sejak terakhir kali kita bertemu, Rob."
144Please respect copyright.PENANA8jGfJjLeme
"Tidak juga, Irina. Aku merasa kita baru saja bertemu satu minggu yang lalu."
144Please respect copyright.PENANAwWOmfOShIG
"Karena kau memang menemuiku satu minggu lalu."
144Please respect copyright.PENANAa3tuLUMFSh
Irina sudah tiba di kompleks apartemen tempatnya tinggal. Kompleks itu memiliki empat gedung. Setiap gedung memiliki dua puluh lantai dengan empat unit apartemen di masing-masing lantainya. Tidak mewah dan tidak terlalu luas. Asalkan layak disebut rumah, bagi Irina sudah cukup. Bonus tambahannya adalah jarak apartemennya ke Black Russo hanya tiga puluh menit berjalan kaki.
144Please respect copyright.PENANAQPyRBTeaam
Irina baru saja melewati gedung apartemen Claire. Gedung apartemennya sendiri berada tepat di belakangnya. Claire masih sering memintanya tinggal bersama. Selain untuk berhemat, menyadari ada seseorang dirumah saat pulang membuatnya merasa memiliki keluarga sungguhan. Begitu kata Claire. Tentu saja Irina sangat menginginkannya. Tapi perasaan khawatir dianggap aneh oleh Claire membuatnya bertahan tinggal seorang diri. Setidaknya saat dia berteriak terkejut karena kemunculan hantu lain saat mandi atau tidur, Claire tidak akan ada disana.
144Please respect copyright.PENANAuLQ8tcQRFY
Irina menengadah menatap salah satu balkon apartemen di lantai tiga. Balkon kamar Claire. Balkon itu memiliki sepasang kursi kayu dan sebuah meja kecil, tempat favorit mereka saat menghabiskan sore bersama. Irina tersenyum menatap vas bunga lily putih di meja. Dia membelinya dua hari lalu saat seorang hantu wanita muda, pasien di rumah sakit Brigham yang meninggal karena kanker yang dideritanya dua tahun terakhir, memintanya membelikan bunga mawar putih untuk diserahkan ke orang tuanya. Dia bilang menyukai bunga itu dan menginginkannya untuk pemakamannya. Di toko bunga itulah, Irina melihat lily putih itu. Dia memutuskan untuk membelinya dan memberikannya pada Claire.
144Please respect copyright.PENANAIcTxCF2UQc
Bunga lily selalu berhasil mengingatkannya pada mendiang ibunya.
144Please respect copyright.PENANAddurIWj0wo
Irina menatap sedih bunga di balkon Claire. Kemudian dia kembali berjalan menuju gedung apartemennya sendiri. Suasana malam itu sunyi, sama seperti malam-malam lainnya. Belum terlalu malam, namun banyak toko dan minimarket yang telah terpasang tanda 'TUTUP' dipintunya. Paling tidak dia tidak perlu khawatir ada tetangga yang memergokinya bicara seorang diri.
144Please respect copyright.PENANAk9RAcpPsXz
"Aku hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu, Irina."
144Please respect copyright.PENANArkJpa48xZ2
Irina mendesah. "Rob, kau tahu sekarang tidak sama lagi. Kau sudah tidak punya waktu."
144Please respect copyright.PENANAiWqjltGJhr
Tiba-tiba Robert terlihat marah. "Apa karena dia? Karena pria yang bersamamu siang tadi?"
144Please respect copyright.PENANAIm7xC4JF2S
Irina menatapnya sedih. "Kenapa kau datang sekarang? Kita sudah tidak bertemu lagi selama lebih dari satu tahun, Rob."
144Please respect copyright.PENANAzoIcRMhFVy
"Kau salah, Irina. Kita bertemu beberapa waktu lalu. Kau hanya tidak melihatku."
144Please respect copyright.PENANAnKHwvICYHJ
Mendengar itu Irina hanya terdiam. Mungkin Rob sudah melihatku sejak awal minggu lalu sebelum akhirnya benar-benar muncul di hadapanku.
144Please respect copyright.PENANAye9w3moyPM
Irina kembali melanjutkan langkahnya. Apartemennya terletak di lantai lima. Dia menatap pantulan bayangannya pada pintu lift, kebiasaannya yang baru dia sadari sekarang. Dulu dia juga selalu melakukannya saat bekerja di lantai empat belas. Saat itu dia bisa memperhatikan orang lain yang sedang berbisik atau orang yang menatapnya atau bahkan yang tidak peduli sama sekali. Irina pernah memperhatikan bagaimana penampilan Rob saat mereka berada dalam satu lift bersama. Bagaimana cara Rob mengajaknya bicara atau bagaimana pria itu berusaha terlihat mendominasi suasana. Meski saat ini Rob bersamanya, tapi pantulan dirinya pada pintu lift mengatakan sebaliknya. Irina sedih menyadari fakta itu. Fakta bahwa dia tidak akan memiliki kesempatan lagi untuk memperhatikan Rob melalui pantulan pintu lift.
144Please respect copyright.PENANAUgeqVyoegv
Ding.
144Please respect copyright.PENANA5nJmz6Iiqd
Pintu lift terbuka dan Irina disambut oleh lorong sunyi dengan pencahayaan redup. Seperti malam sebelumnya. Saat berjalan menuju pintu apartemennya, dia mendengar suara televisi dan gelak tawa dari apartemen Mr. Stan. Irina tersenyum lirih, sadar bahwa saat pintu apartemennya terbuka suasananya sangat berbeda dengan apartemen Mr.Stan.
144Please respect copyright.PENANAXhuxgLMum5
Tidak ada keluarga.
144Please respect copyright.PENANADYf3PVjAcA
Tidak ada tawa.
144Please respect copyright.PENANAom8ob5sipz
Irina langsung melangkah menuju kamarnya setelah menutup pintu apartemennya. Irina memastikan apartemennya terkunci hanya ketika dia berada diluar. Ironis, dia merasa lebih aman saat berada di apartemen dengan pintu yang tidak terkunci. Dia selalu merasa akan ada waktu dimana dia perlu lari secepatnya. Entah untuk apa. Tapi Irina tetap melakukannya karena hal itu memberinya ketenangan. Sedikit.
144Please respect copyright.PENANAsAiUEnPjau
Irina membuka jendela kamarnya. Dia bisa melihat balkon kamar Claire dari sana, tersenyum sedih saat memandang bunga lily itu.
144Please respect copyright.PENANA3GLeLabOaT
Irina tidak begitu ingat masa kecilnya di Los Angeles. Dia juga tidak ingat apapun tentang ayahnya. Tapi dia ingat saat setelah pindah ke Dallas ketika berusia sepuluh tahun, dia tinggal di sebuah rumah sederhana di perbatasan kota. Tidak banyak orang yang tinggal di sekitarnya. Irina ingat dia sering bermain di hutan dekat rumahnya. Hutan itu menyeramkan tapi juga menggoda, menawarkan banyak hal untuk diketahui. Semula Irina hanya bermaksud melihatnya sebentar, bukan untuk mencari tahu seluk beluk hutan itu, hanya ingin berada di sana sejenak. Rasa penasarannya tinggi, tapi Irina tahu arti kata bahaya. Jadi dia hanya akan mengintip hutan itu sebentar, kemudian kembali ke rumahnya. Dan disanalah dia pertama kali melihat bunga itu. Putih dan cantik. Bunga itu terlihat begitu indah diantara tanaman liar yang tumbuh disana. Irina ingin membawanya pulang, tapi tidak tega memotongnya. Itulah yang membuatnya terus kembali ke hutan itu.
144Please respect copyright.PENANAA0wQhHjWaG
Petualangan kecilnya itu harus berakhir ketika Ibunya melarangnya kembali ke hutan.
144Please respect copyright.PENANAOASd96miRA
"Kenapa, Ibu? Aku suka kesana."
144Please respect copyright.PENANAlN31MJR97Y
"Tempat itu berbahaya, Irina."
144Please respect copyright.PENANA0WU8AUiQ6d
"Tapi aku sudah sering kesana. Dan aku baik-baik saja."
144Please respect copyright.PENANAVYhZjOxwp2
"Bukan berarti tempat itu tidak berbahaya. Kadang bahaya justru muncul disaat kita merasa semuanya baik-baik saja seperti biasa."
144Please respect copyright.PENANAppCi2ppBJ6
Irina terdiam menatap ibunya. "Tapi aku suka disana..." ucapnya lirih.
144Please respect copyright.PENANAkJ1hhTUeKF
"Apa yang kau sukai disana?"
144Please respect copyright.PENANAJQmCA1NMbq
"Ada sesuatu yang cantik disana."
144Please respect copyright.PENANAFzJuLk7N8B
Ibunya wanita yang lembut. Irina merasakan tangan ibunya di pipinya. Tangan itu terasa kasar akibat kerja keras yang harus dilakukan ibunya setiap hari sebagai karyawan gudang di salah satu pabrik pakaian di Dallas. "Oke, Irina. Tunjukkan pada ibu apa yang kau sukai disana. Tapi hanya sekali ini saja."
144Please respect copyright.PENANAyb5BBA1YlW
Irina yang terlalu senang segera menggandeng tangan ibunya, membawanya ke hutan itu. Tidak terlalu jauh, mereka hanya perlu berjalan beberapa menit.
144Please respect copyright.PENANAHFROsAFzsN
"Ibu, lihatlah. Bukankah bunga itu cantik?" ucap Irina sambil tersenyum. Ya Irina memang mudah tersenyum karena hal-hal yang sederhana.
144Please respect copyright.PENANAb8XrBsRdEL
"Jadi itu yang membuatmu selalu ke hutan ini?" tanya ibunya terkejut. Irina hanya mengangguk.
144Please respect copyright.PENANA74eFIzZrw7
Ibunya mendesah, kemudian berkata lembut, "Irina, ibu akan sering membelikanmu bunga itu. Tapi berjanjilah kau tidak akan kembali lagi kemari. Tempat ini berbahaya."
144Please respect copyright.PENANAlC0Qcrwkcm
"Sungguh? Ibu akan membelikanku bunga itu? Jadi aku bisa melihatnya dirumah?"
144Please respect copyright.PENANAMXVLeiwukL
"Ya. Tentu saja," jawab ibunya tersenyum.
144Please respect copyright.PENANAsI9jjOLaLm
Sejak itu beberapa kali dalam sebulan ibunya akan pulang kerumah sambil membawa beberapa tangkai bunga lily putih. Irina selalu meletakkan bunga itu di kamarnya.
144Please respect copyright.PENANALgtup0WDmK
"Bunga ini tetap cantik meski berada di dalam vas. Aku merasa bunga ini bahkan lebih cantik dariku," ujar Irina di suatu sore.
144Please respect copyright.PENANAHMyjU33oTZ
Ibunya menoleh. "Kau cantik, Irina. Kau dan bunga lily itu memiliki kecantikan yang berbeda. Kau tidak bisa disamakan dengan bunga lily," kata ibunya sambil memandangnya heran.
144Please respect copyright.PENANA6gEVld2xEL
"Lily? Jadi bunga ini adalah bunga lily?"
144Please respect copyright.PENANA93zE8aJdMJ
"Yah. Kenapa?"
144Please respect copyright.PENANAZajDvMFcU7
Irina menggeleng. "Aku merasa bunga ini punya nama yang lebih mudah diucapkan. Annika bilang namaku jelek," ucap Irina sedih.
144Please respect copyright.PENANAGtc0UQpvps
"Annika?" ibunya terkejut. "Annika putri Mr.Quill yang tinggal di ujung blok itu?"
144Please respect copyright.PENANA66DsFXOcG4
Irina mengangguk. "Iya, ibu. Dia bilang namaku jelek karena sulit di ucapkan."
144Please respect copyright.PENANAEMpIwgMG8Z
Ibunya tersenyum lembut tapi matanya menatap penuh kesedihan. "Irina, ingatlah ini baik-baik. Tidak ada seorangpun yang berhak merendahkanmu, namamu atau apapun. Kau adalah kau. Jangan pedulikan apa yang mereka katakan. Pikirkanlah hal yang membuatmu bahagia, lakukanlah hal yang menyenangkan. Biarkan mereka mengatakan apapun, memikirkan apapun. Tapi jangan biarkan itu mempengaruhimu, nak."
144Please respect copyright.PENANAKMrC3T5XKj
"Lalu kenapa mereka selalu menggangguku, Ibu? Kenapa mereka bersikap buruk padaku."
144Please respect copyright.PENANAdUkxO44Xtn
"Irina..., segala hal di dunia ini terjadi karena suatu alasan. Mungkin suatu hari nanti kita bisa memiliki kesempatan untuk mengetahui alasan itu. Hidup tidak pernah mudah, tapi bertahanlah dan ikuti kata hatimu maka suatu hari nanti kau akan cukup kuat untuk mencari tahu alasan itu."
144Please respect copyright.PENANAc8Y2yzkU5m
Irina memeluk ibunya. "Aku suka lily, ibu."
144Please respect copyright.PENANA4LROvLT0t1
Ibunya mendekapnya erat sambil mengelus kepalanya. "Kau mau ibu memanggilmu Lily?"
144Please respect copyright.PENANAjlc7EXi4nE
Irina lantas mendongak. "Bolehkah?"
144Please respect copyright.PENANAcQ4fPCM4q4
"Tentu. Kau bisa memilih nama apapun yang kau suka."
144Please respect copyright.PENANABoJw1JQ2D0
"Kalau begitu Lily saja. Aku suka Lily. Mulai sekarang aku akan mengatakan namaku Lily jika ada yang bertanya," jawab Irina sambil tersenyum lebar. Ibunya mengangguk dan tersenyum. Malam itu mereka makan malam bersama kemudian Irina terlelap dalam dekapan ibunya.
144Please respect copyright.PENANAYO7XT6Bckj
Pandangan matanya mengabur. Irina mengerjapkan matanya, berusaha menghalau air mata yang akan meluncur. Hatinya hancur menatap tempat tidurnya yang kosong. Dia akan tertidur sendirian malam ini. Seperti malam-malam sebelumnya selama sepuluh tahun terakhir. Tidak ada lagi kecupan selamat tidur. Tidak ada lagi dekapan hangat ibunya.
144Please respect copyright.PENANA0QsDGebfOw
Irina yakin dia belum terlelap terlalu lama saat merasa sesuatu menindih tubuhnya. Sesuatu yang dingin. Irina ingat dia sudah menutup jendela kamarnya tadi. Perlahan dia mengerjapkan mata, berusaha memfokuskan pandangannya. Seketika matanya membelalak ketakutan. Rob ada disana, menindih tubuhnya. Kedua tangannya berada di dada Irina, seakan mencoba menyentuh payudaranya. Wajah Rob yang berada beberapa inci diatasnya bergerak turun ketika menyadari mata Irina terbuka.
144Please respect copyright.PENANAPKsh4663xk
"Harusnya kulakukan ini sejak dulu. Atau sejak bulan lalu saat aku melihatmu keluar dari café itu di malam hari. Kau tidak tahu kan berapa lama aku melihatmu? Mengikutimu hampir setiap hari. Tapi kau justru mengatakan bahwa aku baru datang sekarang! Saat pria botak itu menabrak mobilku, satu-satunya hal kusesali hanyalah bahwa kau belum menjadi milikku. Betapa beruntungnya aku saat mengetahui ternyata kau bisa melihatku."
144Please respect copyright.PENANAgLjzl9IpUj
Irina terkejut. Dia merasakan hawa dingin bergerak dari pahanya perlahan menuju perut ratanya, menyentuh kulitnya yang terbuka karena sweater yang dikenakannya tersingkap.
144Please respect copyright.PENANAj9mHRYd7O1
"Rob!" teriak Irina. Dia mencoba menggerakkan tubuhnya menjauh. Tapi Rob yang menindih tubuhnya terasa membebaninya. Seakan tubuh Rob benar-benar sedang berada diatasnya, mengurung tubuh langsingnya. Irina ketakutan menyadari hal itu. Mungkinkah? Mungkinkah roh orang yang sudah mati bisa melakukan pemerkosaan?
144Please respect copyright.PENANAqYRj9fc8iu
***
Thanks for reading.
Sorry for the typos.
If you want to read a chapter ahead, you can read it free on wattpad: The Black Angels by ghian7st
ns 172.70.127.35da2