x
"Bunda, kata Ayah ini untuk Bunda,"
191Please respect copyright.PENANAsBY1X0fwOC
Aku menoleh kursi di sebelahku. Violet, anak perempuanku yang baru berumur enam tahun memberikan setangkai bunga putri malu padaku. Ah, namaku Mykha, itu adalah nama panggilan yang kusandang sejak aku masuk di bangku SD. Kini aku sudah berkeluarga, memiliki seorang anak lelaki tampan berumur 13 tahun bernama Krisna dan juga si kecil Violet.
191Please respect copyright.PENANAsfiyLQqCf5
"Apa kata Ayah lagi Dek?" tanyaku lembut.
191Please respect copyright.PENANAy5zYWLEZSc
Violet bergumam tak jelas, ia berbalik ke arah suamiku di kejauhan, "Aduh Nda, Vio lupa lagi kan," keluh anakku menggemaskan.
191Please respect copyright.PENANAZtOwiHCO1r
"Coba tanya lagi ke Ayah ya, nanti baru dateng ke Bunda,"
191Please respect copyright.PENANAMtOQRDG1kC
Violet gadis manisku mengangguk setuju. Langkah kecilnya yang sekarang telah kokoh berlari-lari dan langsung menubruk ayahnya di taman bunga. Ia bercengkerama bahagia bersama dua lelaki hebatku, Violet melupakan misi bertanyanya.
191Please respect copyright.PENANAAFALHKA2O0
Berbicara tentang lelaki hebat, aku akan mengenang seseorang. Dia adalah masa lalu paling indah yang tak bisa kulupakan. Ia bernama Ernest, kakak kelasku semasa SMA.
191Please respect copyright.PENANAAZ2a38cQfu
Dan dimulailah cerita tentang Ernest hari itu....
191Please respect copyright.PENANA6S7IV8DxVI
Aku baru berumur 16 tahun. Kukenakan seragam putih abuku dengan bangga tersemat di dada. Sebagai seorang gadis dari keluarga biasa saja dan sederhana, aku berhasil masuk ke sekolah terfavorit di kabupaten tempatku tinggal. Ayahku seorang polisi dan ibuku adalah ibu rumah tangga. Kebetulan aku anak tunggal yang sama sekali tidak dimanja. Berjalan kaki ke sekolah sudah menjadi hal biasa bagiku, apalagi jarak SMP dan SMA-ku hanya berdekatan.
191Please respect copyright.PENANAYfjAPs1Ej4
Ernest bukanlah ketua OSIS yang menarik perhatian kaum hawa saat aku mengikuti MOS. Dia juga bukan kapten tim sepakbola, voly, futsal dan semacamnya. Ia hampir tak menonjol di bidang apapun. Masalah siswa nakal, maaf-maaf saja, sekolahku adalah sekolah terfavorit yang notabene berisi siswa-siswa pandai. Kami tidak punya waktu untuk tawuran, saling beradu kekuatan dengan berkelahi, membentuk geng perempuan yang ditakuti, atau mengintimidasi adik kelas yang terlalu sering mencari perhatian ketua OSIS kami yang sempurna lahir dan batin. Jadi, Ernest pun tidak termasuk dalam golongan siswa nakal yang terkenal seantero sekolah.
191Please respect copyright.PENANAyH75sqyC3a
Aku mengenalnya pertama kali sebagai kakak kelas adalah saat pemilihan pleton inti (grup baris-berbaris) di hari ketiga MOS. Ernest yang biasa itu memperkenalkan dirinya cukup singkat di depan adik kelas barunya.
191Please respect copyright.PENANAVCgBKdcIwR

191Please respect copyright.PENANAZeKpN9CGmY
"Kenalin, gue Ernest, kelas XI IPS dua," ucapnya dengan senyum simpul.
191Please respect copyright.PENANAgL6X4SvLEe
Hanya nama itu saja yang kukenal dari Ernest hari itu. Dia seorang kakak kelas, bernama Ernest dan biasa saja. Penampilannya seperti remaja kebanyakan, dasi rapi dengan kancing baju paling atas yang dibiarkan terbuka, rambut lurus pendek berwarna sedikit kemerahan karena terbakar matahari, juga seragam yang dimasukkan asal-asalan. Ada sedikit bagian bajunya yang keluar menutupi pantat, huft, sengaja dikeluarkan kukira.
191Please respect copyright.PENANAfmbA6iX8kM
Tidak banyak yang kutahu tentang Ernest setelah itu karena MOS berakhir di hari ketiga dan aku baru bertemu lagi dengannya dua minggu kemudian. Ernest menjadi pelatih Tonti (Pleton Inti) ku di mana ia dijadwalkan melatih kami--anak baru di hari Selasa. Kegiatan latihan baris-berbaris itu dilaksanakan setiap hari setelah jam pulang sekolah. Dari jam 2 siang hingga jam setengah 5 sore. Hanya di hari Selasa bertemu, Ernest masih tetap biasa saja.
191Please respect copyright.PENANAvOJXMAEXq1
Hidungnya mancung, ya ... aku mengamatinya setelah hampir satu bulan aku dilatih olehnya. Itu artinya aku baru bertemu dengannya dalam jarak dekat sebanyak 5 kali. Karena bentuk gedung sekolah kami yang mirip huruf U, juga perbedaan waktu istirahat setiap kelas paralel membuat aku dan Ernest tak pernah bertemu. Dia ternyata lebih suka menghabiskan waktu istirahat di luar sekolah daripada menikmati soto Mbak Atin di kantin sekolah.
191Please respect copyright.PENANAzUlTDTpBId
Tidak banyak informasi tentang Ernest yang kudapat. Setauku, dia kelas XI, anak IPS dan biasa saja. Aku bahkan sama sekali tidak tertarik padanya. Hingga suatu ketika, seperti kejadian romantis anak SMA kebanyakan, aku bertemu secara tak sengaja dengan Ernest di perpustakaan. Bu Damayanti, guru Biologi yang sedang mengajar di kelasku meminta untuk diambilkan buku panduan paket di perpustakaan. Dan kebetulan itulah yang akhirnya membuatku benar-benar berbicara, ah bukan, bercakap dengan Ernest.
191Please respect copyright.PENANA1DjNsIYk7S
"Kelas lo Bu Damayanti ya?" Ernest menegurku lebih dulu.
191Please respect copyright.PENANAIWeswn5gmx

191Please respect copyright.PENANA244WeLvvUO
Aku mengangguk perlahan, sialnya aku hari itu karena harus membawa setumpuk buku paket tebal sendirian. Aku memang berangkat kesiangan dan tugas piketku sudah digantikan. Itulah akhirnya kenapa aku kebagian mengambil buku di perpustakaan.
191Please respect copyright.PENANAsCFTNe8i4w
"Kok nggak ngajak temen?" tanyanya lagi.
191Please respect copyright.PENANAFi5E8rInJP
"Yang laen tadi pagi udah piket Kak," jawabku. "Mbak Risa, aku ambil enam belas ya," kataku menoleh Mbak Risa, admin perpus yang dipekerjakan secara honorer.
191Please respect copyright.PENANAcxPe8euONS
"Itu tebel lho, ehm, siapa sih nama lo?" Ernest tampak meneliti seragamku. Ya, seragam kami memang dilengkapi tanda pengenal lokasi sekolah dan nama di dada sebelah kiri. "Mykhailivna!" serunya bangga.
191Please respect copyright.PENANA4FWtYCIUEh
"Mykha Kak, kepanjangan kalo Mykhailivna," sahutku.
191Please respect copyright.PENANA8zkGsrBNVD
Ernest tertawa, ia mengambil uang yang disodorkan Mbak Risa, kukira ia baru saja didenda karena telat mengembalikan buku pinjaman. Dia tampan. Kau baru sadar, Mykha? Sejak kapan kau tidak menganggap Ernest tampan? Dia tampan sekali. Kulitnya yang putih dihiasi hidung mancung menantang dan bola mata coklat kemerahan yang aduhai. Jangan salahkan jika aku melewatkan keindahan ciptaan Tuhan ini beberapa minggu kebelakang, kami jelas jarang berinteraksi.
191Please respect copyright.PENANAPqYI6meomf
"Gue bantu!" tanpa seijinku, Ernest mengambil lebih dari separuh buku yang kupinjam dan meletakkannya di atas kepala seperti penjual sate keliling yang keren. Aku sampai menganga melihat tingkahnya.
191Please respect copyright.PENANAOVAnKLSuJD
"Mbak Risa, aku bawa dulu," pamitku tergesa pada Mbak Risa karena takut tertinggal jauh dari Ernest. "Kak, biar gue bawa sendiri aja," tahanku mengimbangi langkah lebar Ernest yang seperti tak melihat keberadaanku.
191Please respect copyright.PENANADu74Ixo6qV

191Please respect copyright.PENANAqPHXqGlmBJ
"Nggak papa, sekalian gue jalan ke kelas."
191Please respect copyright.PENANAefRHiVtPHO
"Tapi 'kan kelas Kak Ernest di gedung seberang,"
191Please respect copyright.PENANAaNgOqmJTrb
Langkah Ernest tiba-tiba terhenti mendengar ucapanku. Ia menolehku konyol lantas tersenyum, "Kalo gitu biar gue lebih lama di luar kelas," katanya enteng. Langkahnya berlanjut, melewati dua kelas tanpa sadar hingga aku lagi-lagi menahan langkahnya.
191Please respect copyright.PENANA7qCYFbzUTS
"Kelas gue X-E Kak, udah kelewat dua ruang kelas dan Kak Ernest mau jalan sampe ujung?" tegurku.
191Please respect copyright.PENANAeczEEqUHoj
"Eh?" Ernest melongo cengoh. "Salah kelas ya? Gue kira lo anak X-A. Haha, Sorry," ia nyengir kuda malu-malu.
191Please respect copyright.PENANAoALzuj6qRz
Ya Tuhan Ernest, aku rindu tawa khasmu itu.
191Please respect copyright.PENANADms5NB1IDz
"Assalamualaikum!" Ernest berteriak lantang di depan pintu kelasku hingga membuat semua pandangan terarah padanya. "Permisi Bu Dam, mau nganterin buku paket," katanya tanpa rasa berdosa.
191Please respect copyright.PENANAMSEyU2K7aD
"Kok kamu yang nganter?" Bu Damayanti bertanya heran.
191Please respect copyright.PENANAZctYPWw8bg
"Tadi kebetulan ketemu Mykha di perpus. Kasian Bu, anak perempuan suruh bawa buku sebanyak ini. Nih, saya aja yang bawain. Dan lo semua anak cowok di dalam kelas ini! Malu dong sama jakun! Masak anak cewek lo perlakuin begini, operasi aja kalo masih cemen begitu!" Seusai berkata dan tanpa berpamit pada Bu Damayanti, Ernest kabur secepat kilat. Baru kutahu dua hari setelahnya bahwa Bu Damayanti yang sangat lucu saat mengajar di kelas itu terkenal sebagai guru tegas dan galak di kelas XI.
191Please respect copyright.PENANAAYW2FJFTOa
***
191Please respect copyright.PENANAexKdebh4nz
"Myk, apa aja yang lo bawa?" Mila yang melihatku datang dari arah gerbang sekolah langsung menunjuk ranselku yang penuh.
191Please respect copyright.PENANAx8k0UcDEIm
Ini adalah malam minggu, malam di mana menjadi momen indah untuk melupakan penat kegiatan sekolah. Tapi justru di sinilah aku, di sekolah dengan agenda pelantikan anggota Tonti SMA Negeri 1 Eka Cipta. Karena peringatan HUT RI sudah semakin dekat dan Tonti sekolah kami akan diikutkan dalam lomba baris-berbaris tingkat kabupaten, pelantikan ke-62 anggota Tonti diajukan. Kami diwajibkan menginap di sekolah untuk semalam. Diharuskan membawa banyak perlengkapan yang tidak mudah didapat. Baru kusadari setelah aku menjadi pelatih di kelas XI, semua persyaratan mengikuti pelantikan bertujuan untuk mengerjai kami.
191Please respect copyright.PENANATct4tCZFKo
"Ya semua yang kemaren disuruh ngebawa," aku mengambil duduk di samping Aleta, anak kelas X-C, diikuti Mila. Hingga aku lulu, kuliah dan menikah, dua orang inilah yang menjadi sahabat dekatku karena kami berada di kelas yang sama setelah naik ke kelas XI.
191Please respect copyright.PENANAnMQhxR57pl
"Oke! Wulan sebagai penjuruu!"
191Please respect copyright.PENANAUJVEMTAV9E
Aba-aba itu adalah pertanda neraka selama semalam akan dimulai. Kami diperintahkan untuk membuat barisan rapi dan dipanggil satu per satu masuk ke dalam sekolah. Aku mendapat giliran keempat. Kuambil tas ranselku dan segera berlari begitu Kak Farid memanggil namaku. Di balik lorong hall depan, seorang Kakak senior cantik yang sudah memasang wajah galak menyambutku.
191Please respect copyright.PENANAJaDEi0PFef
"Laporan dulu!" katanya ketus.
191Please respect copyright.PENANAnapY8DgxLP
"Siap!" aku memberi hormat setelah meletakkan ranselku di lantai. "Lapor Kak, saya calon anggota Pleton Inti Smansa siap mengikuti prosesi pelantikan!" laporku tegas.
191Please respect copyright.PENANA9rusenL3Dk
"Emang lo bakalan dilantik? PD banget lo? Udah yakin lo pantes ikut jadi anggota Tonti?" cibirnya sinis.
191Please respect copyright.PENANAzDRpNvkZ4L
"Siap, belom Kak!"
191Please respect copyright.PENANAtwYLGPBpWa
"Belom? Pulang aja lo!" gertaknya menggelegar.
191Please respect copyright.PENANA7eXcCxY29a
"Siap! Maaf kak!"
191Please respect copyright.PENANAEJYIAFNfEM
"Maaf? Nggak ada minta maaf. Lo tau aturannya kan Mykha?"
191Please respect copyright.PENANA3Pwl2vHodD
"Siap tau Kak," kuberitahu satu hal, neraka pelantikan tidak pernah mengijinkan calon anggota Tonti untuk berbuat benar. Apapun yang kita lakukan adalah salah di mata kakak angkatan.
191Please respect copyright.PENANAruHfHPeg6X
"Apa?"
191Please respect copyright.PENANAcGnM4eHGwj
"Peraturan pertama, pelatih selalu benar. Peraturan kedua, jika pelatih salah, lihat kembali peraturan pertama," ucapku masih bertahan dengan sikap istirahat.
191Please respect copyright.PENANAvHuy66X1gk
"Jadi itu artinya lo tau harus dapet hukuman kan?"
191Please respect copyright.PENANAi39GARehGe
"Siap iya Kak!" Tuhan! Aku ingin segera menyingkir dari hadapan perempuan ini!
191Please respect copyright.PENANAsaqTc4BNF8
"Oke. Ini perintah dari gue. Lo cari Kakak yang namanya Airine, dan bilang yang keras di depan dia begini: Kak Airine, gue cinta banget sama lo, gue nggak bisa hidup tanpa lo, mau nggak lo jadi pacar gue? Gitu! Cepet!"
191Please respect copyright.PENANAZeg31eDM6C
Tanpa pikir panjang kuseret tas ranselku menjauh dari Kak Andrea yang memakai nametag milik Kak Gilang. Di sepanjang selasar gedung lantai dua yang kulewati, banyak teman-teman seangkatanku yang melakukan hal-hal konyol sesuai perintah dari senior. Ada yang bernyanyi Garuda Pancasila sambil jalan di tempat, atau menghitung jumlah daun cemara secara berulang-ulang dengan hitungan akhir yang tak pernah sama. Yang paling sial adalah aku, kenapa? Karena aku harus menyatakan perasaan cinta pada seorang perempuan.
191Please respect copyright.PENANAe7WJc3EMz3
"Hei! Ke mana lo!"
191Please respect copyright.PENANAGRUg2qjUtc
Langkahku terhenti mendadak saat mendengar panggilan di depan kelas XI IPA dua yang sepi. Wajar saja Mykha! Ini sudah hampir maghrib dan hanya ada beberapa senior yang berkeliling memantau keadaan.
191Please respect copyright.PENANAkJQvlPxa1M
"Ah, sore Kak. Ini mau nyari Kak Airine," kataku sopan. Seberapa akrabpun aku dengan para Kakak kelas yang menjabat sebagai pelatih Tonti di luar pelantikan, tidak akan membantu saat ini. Mereka seperti tengah diberi obat ngamuk yang luar biasa tinggi dosisnya.
191Please respect copyright.PENANAs9Mx4akksO
"Gue Airine," katanya santai. Ia menunjuk nametag yang menggantung di depan dadanya.
191Please respect copyright.PENANAVEIOv62BNy
"Eh? Airine? Kok? Katanya gue disuruh bilang cinta sama Airine? Kok nggak sesuai sama bayangan gue ya?" aku berusaha mengingat-ingat nama yang tadi sempat diperintahkan untukku. Airine, jelas dan sangat keras Kakak Andrea di depan mengucap nama itu.
191Please respect copyright.PENANAmjUtFAA6H4
"Apa? Gue kurang keren dan jauh dari bayangan lo? Cepet buruan kasih tau perintahnya!"
191Please respect copyright.PENANAv3KgFX6wlv
"Tapi, nama lo kan?" Aku masih ngeyel.
191Please respect copyright.PENANA5LaCy0QmVo
"Airine Ernest Akai Abimanyu. Lega?"
191Please respect copyright.PENANAjV3vRIeiHU
Susah payah kutelan ludahku di depan seniorku ini. Sial! Tidak mungkin 'kan namanya Airine? Apa aku harus percaya pada lelaki ini? Yang benar saja nama depannya adalah Airine!
191Please respect copyright.PENANA7mKxGiU2zi
"Ehm, Airine bukan nama cewek Kak?" bantahku berusaha sesopan mungkin.
191Please respect copyright.PENANACDvjQPEdkh
"Apa dengan wujud gue yang begini gagah dan kerennya lo masih meragukan gue?"
191Please respect copyright.PENANAuvIElBxJO5
"Enggak. Tapi Airine itu, kok kayak aneh gitu. Lo tukeran nama sama Kakak pelatih yang lain ya Kak?"
191Please respect copyright.PENANAKcvqKWeEWy
"Mykhailivna! Apa peraturannya?" gemasnya sok galak.
191Please respect copyright.PENANAvUTDwUSvcm
"Eh, iya maaf Kak Ernest." Aku menunduk takut. Dia lebih mengerikan dari bayanganku sebelumnya. Wajah tampannya yang memerah terpantul cahaya senja itu lurus menatapku, siap menghakimi.
191Please respect copyright.PENANAVxc5jQ9Iec
"Panggil gue dengan nama yang ada di tanda pengenal!" perintahnya kejam.
191Please respect copyright.PENANAfFAYBTt8Oo
"Siap. Maaf Kak Airine," aku berjenggit geli. "Saya disuruh Kakak yang di depan buat bilang cinta sama Kak Airine," kataku.
191Please respect copyright.PENANANaeRVOFz5e
"Kakak yang di depan siapa? Banyak yang di depan tu," kata Ernest mulai menyebalkan.
191Please respect copyright.PENANAjvto978XXf
"Yang menyambut di lorong hall Kak,"
191Please respect copyright.PENANAHxqd2Sb3U1
"Gue butuh nama Mykha!"
191Please respect copyright.PENANANM22gDK2eQ
"Lupa Kak,"
191Please respect copyright.PENANAonrPatZ1Mx
"Balik dulu lo ke hall, tanya namanya, baru dateng ke gue lagi!"
191Please respect copyright.PENANA4UXAHuwEMT
Ernest sialan!
191Please respect copyright.PENANAFkxPzNBKuM
"Tapi Kak--"
191Please respect copyright.PENANATx19CXnV7e
"Lo ngelawan gue?"
191Please respect copyright.PENANA630ItFHoqe
"Siap. Enggak Kak," aku berbalik lemas. Hari ini aku benar-benar dikerjai habis-habisan. Ernest! Di mataku nilai plus kamu hangus!
191Please respect copyright.PENANAWjBjTfCtXD
"Mykha! Balik ke sini!"
191Please respect copyright.PENANAFgrwhgJiBP
Bener-bener deh ni cowok minta dipites pake peti kemas! Aku berbalik malas dan berusaha berdiri dengan sikap sempurna di depannya. Ia manggut-manggut, wajahnya dibuat seseram mungkin hingga nampak memerah karena kulitnya yang putih bersih.
191Please respect copyright.PENANAfhl1MEtZCG
"Siapa nama lengkap lo?" tanyanya.
191Please respect copyright.PENANAgmT69zQbuk
"Mykhailivna Kak."
191Please respect copyright.PENANAp2UYiSdUkH
"Cuma itu? Hemat amat nama lo," gumamnya menyeringai licik.
191Please respect copyright.PENANAfbZimTXDuk
"Primrose Mykhailivna Milan Garnasih Kak!" jawabku keras-keras.
191Please respect copyright.PENANAVC5pREldva
"Lakuin tugas dari Andrea,"
191Please respect copyright.PENANAMLKUqKcweQ
"Nah itu Kak Ernest tau namanya Kak Andrea!" sungutku sebal.
191Please respect copyright.PENANA4h1VLPmsuU
Ernest berdecak marah, "Bisa nggak kalo nggak usah nyela omongan orangtua? Lakuin sekarang!"
191Please respect copyright.PENANA2Z4eWCdFOU
"Iya, siap Kak. Kak Airine, saya disuruh--"
191Please respect copyright.PENANA6zQHbreMjl
"Apa perintahnya pake kata disuruh juga?" ia memotong ucapanku tanpa permisi.
191Please respect copyright.PENANATXlG1qFmno
Kuhela nafas panjang, tunggu pembalasanku cowok tengil! "Kak Airine gue cinta banget sama lo, gue nggak bisa hidup tanpa lo, mau nggak lo jadi pacar gue?" kataku jengah.
191Please respect copyright.PENANAKugEDoUsMS
Kulihat dari sudut pandanganku Ernest berusaha menahan tawanya. Ditutupnya bibirnya dengan kedua tangannya.
191Please respect copyright.PENANA2opqfggq6M
"Gue nggak mau!" ucapnya tegas.
191Please respect copyright.PENANAdDCJ53mATH
"Eh? Maksudnya Kak?"
191Please respect copyright.PENANAkTE8fxRDrO
Ernest menyeringai penuh kemenangan, "Gue nggak mau jadi pacar lo. Barusan lo nembak gue kan?"
191Please respect copyright.PENANAxqeshByA7L
Dasar kuda! Mana bisa begitu. Ini hanya tugas dan dia menganggapnya serius begitu? Kusumpahi kau tidak akan bisa makan nasimu dengan nikmat setelah ini ERNEST!!
191Please respect copyright.PENANAuqtmhcpf43
"Lhoh Kak, itu kan perintahnya, bukan karna gu-eh-saya yang pengen," aku berusaha mengelak.
191Please respect copyright.PENANA9xH5504lsJ
"Gue ditembak Mykha Men!!!" teriak Ernest pada Kak Bayu di seberang tanpa memedulikan protesku.
191Please respect copyright.PENANASZ2lLFHZz3
"Kak Ernest!" sentakku tak sabar.
191Please respect copyright.PENANAnHzfo6VkoL
"Ya?"
191Please respect copyright.PENANA8LmmTCkDfA
"Enggak gitu!"suaraku melemah, sungguh, aku sudah hampir menangis karenanya.
191Please respect copyright.PENANAnJnxkHwm6d
"Yaudah, yaudah. Bikin nangis anak orang ntar gue. Gue terima deh pernyataan cinta lo, jangan sedih gitu," ledeknya makin menjadi.
191Please respect copyright.PENANAeNIuKwLG4q
"Kak Ernest!"
191Please respect copyright.PENANAi11rw0Abzx

191Please respect copyright.PENANApdBZbZ5q4x
"Apa lagi? Gih, ke barak. Capek kan lo," usirnya mendorong-dorong tubuhku.
191Please respect copyright.PENANAyPJCHMJcue
Aku bergerak. Kugendong lagi ranselku ke pundak dan tanpa berpamit aku berlalu. Lamat-lamat masih bisa kudengar ia terkikik sendirian. Entahlah, mungkin dia puas sudah bisa mengerjaiku. Seandainya saat itu aku langsung tahu bahwa Ernest sudah bekerja sama dengan Andrea untuk sengaja mengerjaiku sekaligus menyelamatkanku dari tugas tak manusiawi dari senior lainnya.
191Please respect copyright.PENANA68yfGUIMU4
"Hei, Primrose! Lo itu Mawar pertama gue!"
191Please respect copyright.PENANAamMW12H5AX
Teriakan Ernest ke arahku menggema di lorong kelas sore itu. Sungguh, jika ingat sikap menyebalkannya dulu, aku benar-benar bingung kenapa aku bisa begitu jatuh dalam pesonanya.
191Please respect copyright.PENANARwrldEmbDX
Yang aku tahu, sore itu aku melihat senyum menawan Ernest menggetarkan hatiku.
191Please respect copyright.PENANAgNEsNjRwTC
###
Kalimantan Tengah, 28 Agustus 2017
ns 172.69.58.226da2